Senin, 17 Juni 2013

DEWASA DEMI MASADEPAN

Dalam keluarga, saya memiliki diktator (Ibu) dan seorang yang bijak (Babe). Menurut saya kebijakan si Babe bukan bawaan asli (sifat), tetapi lebih dari pengalaman hidup yang selalu dipahaminya, selain itu di dunia kerjanya waktu itu si Babe rajin mengikuti beberapa acara tentang permasalahan hidup yang bisa disebut sebagai pertemuan dengan motivator yang disediakan oleh instansi tempat bekerjanya dahulu. Nah Ibu saya? Inilah yang selalu menjadi problematika dalam hidup saya. ke-DIKTATOR-annya alamiah sekaligus anugerah karena jiwa diktatornya itulah yang menjadi tombak kariernya sebagai kepala sekolah. Tidak mudah dirayu, kuat dalam prinsip, berani untuk diejek/dikatain di belakang serta ego merupakan tipikal diktatornya Ibu saya. Apakah itu keberuntungan bagi saya? Tidak, karena jiwa diktatornya itu dibawanya sampai ke bahtera rumah tangganya. Saya dan kedua kakak perempuan saya sebagai anaknya merasakan pahit dan getir memiliki Ibu yang diktator, anugerah Tuhan dilimpahi ke kami karena tidak semua anak memiliki Ibu yang diktator. Saya mengambil positifnya, diktator mengajarkan kami untuk menjadi kuat. Once again: not to complained (jangan mengeluh)!!!

Pagi ini saya di Kupang, mencoba untuk mencurahkan apa yang ada diotak saya serta yang sudah saya lakukan dalam hidup saya. Semoga bisa mengilhami kamu, anda, dan kalian. Bergegaslah DEWASA DEMI MASADEPAN. Well, I suppose this is a short profile about myself. Thankyou very much. Lets read!

============================================

PRIA UMUMNYA

Pertumbuhan dan kemajuan ekonomi membuat generasi kita tidak perlu lagi mengalami keterpaksaan untuk hidup mandiri seperti ayah-ayah kita dulu. Begitu lahir, segala sesuatunya sudah tersedia. Makanan, tempat tinggal, edukasi, dan uang jajan, adalah hal-hal yang langsung kita miliki. Hal-hal yang pada jaman dulu adalah sebuah kemewahan sudah menjadi hal yang normal dan wajar. Ditambah lagi dengan orang tua kita yang ingin memastikan anaknya selalu terpelihara tanpa kekurangan suatu apapun, membuat mereka enggan untuk melepas anaknya untuk hidup mandiri. Tanpa disadari, hal ini membuat pria-pria menjadi anak mami yang manja.

Dewasa ini kita bisa melihat di sekeliling kita, pria-pria yang bahkan di usia di atas 30 tahun masih tinggal dengan orang tuanya dan bergantung secara emosional pada orang tuanya. Khususnya, sang ibu tercinta. Makan masih dimasakin mama, pergi larut malam masih dicariin mama, segala keputusan besar harus dengan persetujuan mama, masalah pacar pun harus sesuai kriteria yang mama inginkan. Jujur saja, tinggal bersama orang tua memang nyaman tapi ketika Anda tidak bisa mengurus diri sendiri dan mengambil keputusan sendiri, Anda tidak akan pernah bisa menjadi seorang pria dewasa seutuhnya.

Satu hal yang harus diingat, kedewasaan yang saya maksud tidak ada hubungannya dengan mandiri secara finasial. Karena saya melihat begitu banyak pria dengan karir dan bisnis yang sukses tapi memiliki sifat egois yang kekanakkan bila berhadapan dengan pasangannya dan menjadi bocah tukang ngambek di hadapan orang tuanya. Seorang bocah ceroboh yang tidak pernah berpikir panjang, karena dia tahu bahwa bila terjadi sesuatu yang tidak enak, dia tinggal berlindung ke balik ketiak mamanya.

Bagaimana mungkin Anda menjadi pria dewasa yang seutuhnya bila orang tua Anda saja tidak menganggap Anda dewasa dan selalu melihat Anda sebagai anak kecil yang harus diatur-atur dan dijaga? Coba dipikirkan...


KONFLIK ANAK VS ORANGTUA

Saya TIDAK menganjurkan Anda untuk melawan dan menentang orangtua, jangan sampai salah paham! Justru tindakan melawan dan menentang adalah sikap seorang bocah ingusan yang tidak memiliki kendali. Seorang pria dewasa harus memiliki kapasitas emosional untuk tidak melawan, tetap mencintai orang tuanya, tapi juga mengerti bahwa yang menjalani hidupnya adalah dirinya sendiri. Saya mengajak Anda untuk mulai bersikap sebagai pria dewasa yang mampu mengambil keputusan bagi hidup Anda sendiri.

Orang tua ingin anaknya aman sejahtera dalam kandang, tapi anak ingin terbang bebas dan mengarungi kehidupan, terciptalah sebuah konflik kepentingan. Konflik antara anak dan orang tuanya adalah salah satu konflik utama dalam perkembangan diri seorang manusia, bagaimana cara Anda mengatasi konflik inilah yang akan menentukan kedewasaan Anda di mata orangtua. 

Bila Anda tidak bisa menyelesaikan konflik dengan orang tua Anda sendiri, bagaimana mungkin Anda bisa menyelesaikan konflik dengan orang lain dan pasangan Anda? Bila Anda tidak bisa mengkomunikasikan dengan baik dan membuat orang tua Anda sendiri mengerti tentang keinginan hati Anda, bagaimana mungkin Anda bisa melakukan hal tersebut pada orang lain dan pasangan Anda? Bila jalan hidup Anda masih ditentukan oleh orang tua Anda, bagaimana mungkin Anda bisa menjadi pemimpin bagi wanita yang menjadi pasangan Anda? 

Bila Anda sendiri manja dan selalu mencoba menyelesaikan konflik dengan cara marah, ngambek, ataupun cuek menghindari masalah, bagaimana mungkin Anda bisa mengayomi wanita pasangan Anda yang juga manja dan tukang ngambek? Wajar saja bila hubungan Anda dengan wanita selama ini selalu penuh dengan konflik yang tidak terselesaikan, Anda dan pasangan Anda seperti dua bocah egois yang selalu bertengkar dan saling ngambekan. Putus-nyambung, putus-nyambung seperti koneksi intrenet dengan modem murahan.



MENJADI PRIA DEWASA

Menjadi dewasa adalah sebuah proses yang akan terus berlanjut seumur hidup, sebuah proses tiada henti untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Saya juga tidak bisa mengaku bahwa saya sudah dewasa sepenuhnya, tapi paling tidak saya bisa memberikan beberapa tips dan acuan untuk membantu Anda (bisa untuk pria dan wanita):


  1. Mandiri secara finansial. Ini adalah langkah pertama menuju kedewasaan. Tidak mungkin Anda bisa dianggap dewasa oleh siapapun, bila makan dan beli hand-phone saja masih minta pada orang tua. Miliki pekerjaan yang layak dan hidupi diri Anda sendiri, ini adalah ukuran kedewasaan universal yang berlaku di seluruh dunia.
  2. Bersikaplah sebagai individu yang independen di hadapan orang tua Anda. Ingat, meskipun mereka adalah sosok yang membesarkan Anda, tapi saat ini posisi Anda dan mereka sama-sama manusia dewasa dengan harkat dan martabat yang setara. Anda wajib menghormati orang tua Anda, sebagaimana orang tua Anda juga wajib menghargai Anda sebagai individu yang dewasa. Bicarakan segala konflik dengan baik-baik, Anda tidak perlu menentang tapi Anda juga tidak harus menuruti segala keinginan mereka. Tentukan batasan yang jelas tentang apa yang bisa mereka atur dalam hidup Anda, dan apa yang menjadi hak asasi Anda.
  3. Berpikir panjang dalam mengambil keputusan dengan mempertimbangkan segala resiko. Ada begitu banyak masalah dalam hidup Anda yang bisa dihindari dan tidak perlu dialami, bila Anda mau sedikit saja berpikir dan melihat segala resiko yang ada. Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan. Sebagai pria dewasa, sudah seharusnya Anda memiliki kemampuan untuk menganalisa setiap permasalahan dengan logis dan mengambil keputusan yang terbaik, terutama bagi diri Anda sendiri, dan juga bagi orang lain di sekitar Anda. Penyesalan terjadi akibat kelalaian seseorang mempertimbangkan resiko ketika mengambil keputusan, dan ketika penyesalan datang, segala sesuatunya sudah terlambat.
  4. Terima segala konsekuensi dan jangan menyalahkan orang lain. Meskipun sudah berpikir matang dalam mengambil keputusan, tapi terkadang hal-hal tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan Anda harus mengalami pengalaman yang pahit dan tidak enak. Tapi sebagai pria dewasa, tugas Anda adalah untuk menerima semua itu dengan lapang dada dan tidak menyalahkan siapapun, ingat semuanya adalah hasil keputusan Anda. Jadikan itu sebagai pelajaran berharga.
  5. Kendalikan diri dan emosi dalam menghadapi konflik. Hanya bocah ingusan yang selalu mengikuti emosinya dan tidak bisa mengendalikan dirinya, tapi Anda sudah bukan bocah lagi sekarang, jadi belajarlah mengendalikan diri dan emosi Anda. Memang tidak bisa instan, karena pengendalian diri adalah sebuah skill yang hanya bisa dikuasai lewat proses latihan yang panjang. Buang kebiasaan memaki dan berkata-kata kasar, dan ganti dengan kebiasaan mengekspresikan pikiran lewat komunikasi baik-baik.
  6. Hormati dan hargai setiap orang sebagai sesama manusia. Sebagaimana Anda berhak untuk diperlakukan dengan baik selayaknya seorang manusia, maka Anda juga wajib untuk memperlakukan orang lain dengan baik dan menghargai hak individunya. Sebagai anggota masyarakat, Anda harus mengerti norma-norma sosial yang berlaku dan bersikap sesuai norma-norma tersebut ketika berinteraksi dengan setiap orang. Hargai dan terima perbedaan, karena Anda hidup dalam dunia yang terdiri dari beragam jenis orang.
Ketika saya terbiasa melakukan hal-hal diatas, maka tidak akan sulit bagi saya untuk menerapkannya dalam konteks hubungan romansa dengan pasangan saya nantinya. Hubungan saya akan menjadi lebih sehat, saling menghargai, lebih memuaskan, dan saya pun akan merasa lebih bahagia. Ketika saya bahagia, yang akan menjadi pasangan saya pun akan bahagia. Bukankah itu yang kamu inginkan?

Saya akan tinggalkan sang bocah dalam diri saya, dan berdiri sebagai pria dewasa.


Salam,
-GJG-


Referensi dan saran lisan dari:
Kei Savourie.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar