Tanpa prolog, ada yang nagih mulu *bye!
============================================
Maaf, aku selalu tertarik pada cerita tentang kesetiaan.
Setiap melihat atau baca atau nonton kisah tentang itu, aku selalu melihat dari berbagai unsur.
Aku itu yang penting nekat dan gila. Tampang urusan kesekian dan yang penting penampilan dengan akunya.
"Jangan selalu terpikat pada perempuan, tapi pertahankanlah perempuan." Itulah ilmu Arjuna (hasiiik ya ga, si Juna gw bawa-bawa) Arjuna diganti Armstrong saja. Karena perempuan yang memikatkku bisa membelokkan cita-cita sosialku. Tapi perempuan yang berhasil aku pertahankan, hampir pasti akan mendukung cita-cita sosialku. Ini make sense saja (sambil ngeributin si mulia di mesengger).
Aku mendapatkan ilmu pada saat latihan sama Christian Chivu untuk memperkuat pertahanan dan cara bertahan yang baik, itu kalau di Inter Milan. Tapi kalau di kehidupanku, pengalamanku dan pengalaman dia yang aku jadikan bahan latihan. Bahkan yang pantas untuk aku pertahankan adalah dia sosok wanita yang:
- Kamu akan menerima kenyataan bahwa aku suka bepergian meninggalkan Kota Yk, bahkan tidak tidur semaleman gara-gara mengejar cita-cita hidupku.
- Kamu akan menerima badanku semakin legam, wajah rada kusam, karena kamu tahu aku ga bisa menghindari tubuhku dari sengatan teriknya matahari saking sibuknya memburu masadepan demi cita-cita sosialku.
- Kamu akan menerima kos-kosanku yang bau, buku-buku yang berantakan, poster/pamflet yang asal tempel dan coretan dinding. Karena kamu tahu dan setuju aku banyak membaca buku, mendesain baju serta kaos, bergaul dengan berbagai komunitas, berdialog dengan mimpi-mimpi basahku (saat tangan patah, Dr. Tedjo ngasih obat yang memperlancar tiiit), sampai tidak sempat menata kembali kamar dan buku-bukuku serta isi lemariku. ~Tks atas pembenahan dan pemberesan lemari tanggal 3 Juni, rempong taa mau ngambil bajunya~
- Oh ya, kamu akan menerima buku-bukuku yang berantakan karena kamu tahu aku sedang mengerjakan tesis, peta, sedang menyelesaikan tulisan lain, atau rencana lain yang membuatku justru pusing kalau buku-buku itu dikembalikan ke rak. Karena aku sudah tahu diluar kepala dimana buku yang kamu perlukan di antara serakan-serakan di kamar.
Kalau aku yang mempertahanin kamu, aku akan berusaha membuat kamu tersenyum, aku akan membuat kamarku nyamannya kamu, aku akan menyambut hangatmu di kamarku, akan sikat gigi, dan berharap kamu tidak memakai bedak, supaya aku mengenal dirimu sendiri.
Ingat, secara umum, sekali lagi secara umum, perempuan cenderung menarikku ke urusan rumah tangga dan keluarga besarnya. Bukan cita-cita sosialku. Lihatlah betapa aku yang dulu mengimpikan punya cita-cita sosial, akhirnya nanti setelah menikah cuma mikirin kesejahteraan rumah tangga plus keluarga besar aku dan kamu. Ini naluri aku sebagai calon kepala rumah tangga (kalem ga usah bacot ye).
Tolong amati juga, hampir ga ada satupun raksasa yang berhasil dibunuh Arjuna (baca: Armstrong) tanpa bantuan perempuan yang menyelidiki lebih dulu rahasia kesaktian si raksasa itu.
Ciri masyarakat berbudaya rendah, kalau nanti aku berprestasi pasti semua langsung kagum pada aku sendiri. Masyarakat berbudaya tinggi pasti akan kagum pada perempuan di balik aku. Masyarakat berbudaya tinggi akan bertanya, siapa saja perempuan yang memberi energi dan inspirasi sehingga aku bisa mencuat dan melejit? Ini sekedar perandaian, doakan aku bisa berperestasi, mencuat, dan melejit.
Aku ga pernah ngimpi perubahan sebelum kamu (wanitaku) mampu ngasih energi dan spirit, sehingga aku ga takut lagi sama negara Jepang dan USA.
Hmmmm... Oke, kamu bertanya: Aku itu dari dukungan berapa perempuan ya?
Jawab: tak terhingga, yang pasti terhitung ada 2, pertama Ny. Sri Heri dan yang kedua kamu.
Begini lho kekuatan kalian itu (Ibuku dan kamu) sangatlah dasyat. Ga perlu diperjelas apa alasannya. Bisa dirasakanlah ya...
Maaf, aku tertarik pada kisah tentang kesetiaan. Setiap melihat atau baca atau nonton kisah tentang itu, aku selalu melihat dari banyak unsur (global dan regional). Gimana aku begitu sangat percaya pada kesetiaan, wong aku yakin cinta itu gaib. Datang ga pake ketok pintu, kemudian perginya berdasarkan kemampuan aku untuk mempertahankan (asal masih ada rasa cint*).
Aku kagum Pak Habibie di sektor teknologi dan demokrasi termasuk di soal kesetiaan. Aku punya prinsip sendiri soal itu. Hmmm... sangat kagum pada kesetiaan, buktinya kisah-kisah Sampek-Eng Tay, Pronocitro-Roro Mendut, Shah Jahan-Mumtaz Mahal, John Smith-Pocahontas, Rama-Shinta masih selalu menggetarkan hatiku.
Silahkan kalau aku dituduh meremehkan kamu. Asal tau saja, hampir setiap pulang liburan ke rumah aku minta dilangkahi ibuku di pintu. Aku bersujud, meskipun beliau diktator.
Salam,
-GJG-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar