Rabu, 15 Januari 2014

THE PUNK CODE (dengan Danu MH)


Skip basa-basi, berikut adalah poin-poin respon terhadap beberapa hal yang perlu saya tambahkan pada blog ini dirilis:

1. Saya ga habis pikir jika ada yang beropini bahwa saya membuat banyak aturan dan kemudian menyuruh saya diam. Seperti layaknya fanzine, blog ini merupakan blog pribadi, bukan portal umum. Semua yang ditulis disini merupakan perspektif personal, ditulis di blog personal. Bukan khotbah sejuta umat pada media massa satu channel yang siap mencuci banyak otak. Oleh karenanya saya ga punya kepentingan untuk mengedit tulisan atau bahkan menghapusnya. Perdebatan adalah bagian dari tulisan saya kemaren, sesampah apapun itu. Jadi, komentar yang menyuruh orang-orang berhenti berdebat atau diam di ruang yang bukan milik kalian itu sama sekali ga ada gunanya, meski memang saya ga akan membalas atau menghapus komen-komen bernada seperti itu. Jika kalian ga menyukai banyak hal yang saya tulis di sini, sudah seharusnya kalian membuat media kalian sendiri dan menulis pendapat kalian tentang apapun yang kalian suka disana. Jika kalian membenci saya atau apapun yang saya tulis, ga seharusnya kalian mampir disini dan pergunakanlah waktu berharga kalian untuk hal-hal lain yang lebih penting. Sesederhana itu.

2. Pendapat itu seperti lubang pantat. Sebau apapun, setiap orang punya satu. Saya ga pernah mengklaim sebagai yang paling benar, dan ga pernah berniat membuat sebuah daftar FAQ tentang punk atau kitab suci punk karena memang ga akan pernah ada. Punk selalu personal, oleh karenanya ga pernah ada yang seragam. Justu karena individualisme punk itulah saya menulis opini saya tentang sesuatu (dalam hal ini perihal ideologi), sekali lagi, di blog saya sendiri. Yang saya tulis merupakan pandangan pola pikir yang seperti layaknya berjuta opini diluar sana, beberapa orang sepakat, beberapa lain ga setubuh.

3. Saya besar bersama punk yang saya ketahui. Sedikit banyaknya berjasa membentuk dan membuat saya sampai kuat di hari ini, karena jatuh-bangkit berlandaskan semangat punk. Dan satu-satunya kontribusi balik saya bagi punk adalah berbagi nilai-nilai yang saya pahami dan sepakati dengan beberapa lainnya. Senihil apapun makna itu hari ini, saya terlanjur yakin bahwa punk bukan sekedar pilihan selera musik. Yang saya tekankan pada tulisan/artikel di blog ini adalah soal prinsip ideologi yang selalu disalahpahamkan. Bukan hal lain. Saya ga punya hak mengganggu gugat bagaimana seharusnya mereka memainkan musik, harus bersuara seperti apa musik punk, atau harus terlihat seperti apa mereka. Thats pointless. Kebebasan berekspresi sudah seharusnya mutlak milik punk dan ga penting dipersoalkan dengan prinsip punk yang saya pahami tentang otoritas. Saya ga paham juga mengapa isu belok jadi soal debat apakah punk itu boleh bernuansa pop atau ga. Atau isu ‘hiphop’ mengadu domba ‘punk’ yang sungguh terdengar menggelikan di era seperti sekarang dengan scene yang berjalan sejauh ini. Bagaimana bisa seseorang menghembuskan isu gogon sedangkal dan sehina itu?

4. Isu tentang mereka bermusik dengan pop sudah menjadi bahan perbincangan dimana-mana, di angkringan dimanapun dengan nada dan sentimen yang sama sebelum saya menulisnya di blog. Tuduhan bahwa saya yang mengakibatkan semua isu punk ini sama sekali mengada-ada, apalagi isu niatan menghancurkan ‘karir’ sebuah band. Sebuah band dengan basis fans sebesar Morning Horny ga akan runtuh oleh sebuah tulisan pendek di blog kecil di samudera informasi seperti hari ini. Satu-satunya yang saya harapkan untuk runtuh adalah keyakinan kalian menggantungkan hidup pada otoritas korup.

5. Saya dan Danu (frontman Morning Horny) bertemu dan berbicara beberapa hari kemarin tepatnya Selasa malam di kosan saya. Yang ga banyak orang paham bahwa kami berkawan. Sulit untuk ga saling kenal di scene di kota sekecil Yogyakarta (Yk) terutama dengan teman mutual kami sebanyak itu. Seperti mengenal banyak kawan lainnya, sebuah kehormatan pernah berkenalan dengan orang seperti Danu dimana kami bisa bertukar pikiran, argumen dan pandangan. Perbedaan ga perlu disamakan, toh jalan yang kami tempuh ga sama. Tapi bukan artinya kami ga bisa berteman apalagi sekedar nangkring di skate spot dan berbagi kopi, meski Danu maunya beer. Yang ga saya paham, gimana bisa artikel kecil soal prinsip ideologi yang selalu disalahpahamkan bisa berujung pada isu gosip murahan tentang saya yang menantang tarung fisik personil Morning Horny? Menyebarluaskan fitnah tentang hal-hal yang bahkan ga saya tulis di blog ini. In the end of the days, we’re just regular guys who walk the walk, talk the talk. Saya jalan dengan keyakinan saya, ia dengan prinsipnya. Kadang di satu titik bersinggungan, di titik lain berjarak. Morning Horny tentu berhak membuat (atau ga membuat) pernyataan mereka sendiri di media milik mereka sendiri. Mereka berhak menjelaskan apapun, mengklarifikasi apapun soal acara itu bahkan menertawakan apa yang saya tulis sesuka mereka. Yang pasti apapun yang mereka tulis ga akan merubah pendapat saya tentang Danu sebagai kawan baik, juga ga akan merubah pendapat saya perihal ideologi yang selalu disalahpahamkan.

6. Isu ini berangsur menjadi menjijikan seperti gosip tabloid. Isu krusial tentang otoritas dilibas oleh isu-isu sampingan yang malah sama sekali ga penting. Ketika sebuah gagasan ga lagi bisa memprovokasi, diskusi sudah saatnya disudahi. Time to put action where your mouth is and practice what you preach.

7. Life goes on. Now, move on.


Cheers,
-GJG-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar