Minggu, 25 Mei 2014

PDKG

Yep, ga kerasa banget. Rasanya baru kemaren aku ngikutin rangkaian acara tentang PDKG yang 3 hari 2 malem di gumuk pasir itu. Tiba-tiba aku uda mau wisuda aja nih sekarang. Dari kemaren sih sebenernya aku mau cerita-cerita banyak banget nih, tapi gimana yah maklum orang sibuk. Hhh... *self toyor*

Oke, aku akan memulai paragraf ini dengan "PDKG itu". Jadi PDKG yang kepanjangan dari Pengenalan Dasar Kehidupan Geologi itu sebenernya semacem masa-masa orientasi yang dikemas secara halus. Terusnya, yang ditugasin ke elo itu bukannya apa yang iseng-iseng doang, tapi ada maknanya. Trus beda sama orientasi-orientasi yang lain, ini tuh diadainnya selama sekitar tiga bulan gitu. Nah bayangin aja sendiri "dikerjain" selama tiga bulanan. Sebenernya sih ya sama aja ngerepotinnya sama ospek gitu. Tapi bener deh, aku ngerasa ini acara positif dan seru banget. Meskipun ngerepotin. *ga boleh ketinggalan gitu kata ngerepotinnya*

(2007)
And today, PDKG is officially over. Sumpah aku sedih. Aku ga ngerti sih, apakah ini cuman aku doang yang sedih atau gimana. Kayaknya harusnya aku seneng berarti mulai minggu depan baju ga harus seragaman merah lagi selama seminggu. Mulai minggu depan ga harus mikirin dresscode segala. Mulai minggu depan ga perlu lagi ngeribetin minta tanda tangan di buku merah. Dan mulai minggu depan, jadwalku uda mulai nyantai lagi.

Tapi pada kenyataannya ga semenyenangkan itu. Belom apa-apa aja aku uda sedih duluan karena berarti mulai minggu depan aku uda ga bakalan bisa ngobrol-ngobrol bareng kawan baru saat itu dan kawan sekelompok Fracture. Mulai minggu depan ga bakalan main games-games ga jelas tapi seru. Dan mulai minggu depan, uda ga bisa lagi sering-sering ketemu sama mbak-mbak cakep yang sok galak. Padahal dari seminggu itu selalu hari Selasa dan Sabtu yang aku tunggu-tunggu. Hari Selasa dan Sabtu yang selalu membuat seminggu itu berlalu begitu cepat.

Hari ini sebagai perpisahan, aku dan kelas nulis surat gitu buat temen-temen dan kambing (kakak pembimbing) di kelas. Lumayan banyak sih yang ngasih ke aku, walaupun aku cuman ngasih ke kambing-kambingnya doang. Abisnya aku pikir kalo ke temen-temen kan masih bisa besok-besok juga ketemu lagi gitu bareng-barengnya. Lha, kalo kambingnya kan uda bubaran. Well, anyway, dari mereka-mereka yang nulis ke aku itu bilangnya antara aku serem, atau aku ceria. HMMM. First of all, mereka yang bilang aku serem itu kayaknya bener-bener belom kenal sama aku. Cause I'M NOT. Gila ini kalo temen-temen SMA dan temen-temen deketku pada tau sih pasti bakalan diketawain abis-abisan! Karena aku sangat jauh dari kesan serem. Kalo lugu... iya ga yaa... go figure it out yourself :P *eh tapi pertanyaannya, emang lugu sama polos itu beda apa sama sih?* Dan setelah aku baca berulang kali pertanyaan yang aku bold barusan itu.. kayaknya aku ngerti, yang mereka maksud dengan lugu itu lemot ga sih? Oh dan satu lagi, temen-temen dan kambing rata-rata bilang aku ceria. Sampe ada satu temen aku yang nulis "Are you not tired of being so cheerful?" and it got me thinking. Memang akhir-akhir ini kayaknya aku sangat bahagia banget. And I really am. Setelah semua yang kejadian sama aku selama ini, aku masih tetep bisa cengengesan ketawa-ketawa. Ini semua gara-gara temen-temen yang selalu ada di sekitar aku, yang selalu bikin semuanya terkesan lebih gampang. Kita uda ngejalanin semuanya, seneng-sedih-susah-sampe nangis-nangis pun bareng bareng. Dan jadilah aku menjawab ke diri aku sendiri,
"you'll never get tired of happiness. When you're happy you just did. Dan dengan membagikan kebahagiaan dan positiveness ke orang lain, that will not do any harm to you, malah nambah kebahagiaan di kalian. So why should I be tired of being so cheerful?" Cuma yang mau aku tegesin adalah bahwa ga semua orang selama-lamanya bisa se-cheerful yang biasa kamu kenal :)
Hah, yes. Ini bener-bener pointless. Maaf ya aku belom bisa keluar dari kebiasaan lamaku buat nyerocos panjang pendek dan fokus ke satu hal. Sebelom ini tambah lebar selebar pantat gajah, aku cuman mau bilang sekali lagi that I was glad I found you, I found us, dan aku bener-bener bersyukur kelompok Fracture aku sebegitu kompaknya. Seneng banget bisa ngelewatin ini semua sama Fracture. This is so precious and memorable, that no way I can forget a single thing about us.

Jangan lupain aku yah teman-teman semuanyaaaa. Aku sayang kalian dan kalian uda jadi kayak keluarga aku sendiri :D *hugs* TAIKUCINGJADILEBAYBANGSATGINIDAH.


Cheers,
-GJG-

KISAH SADIS DI HARI MINGGU

(2004)
Minggu adalah hari dimana semua umat manusia bisa hidup dengan damai setelah beberapa hari sebelumnya bapak-ibu beraktivitas dan bekerja keras bagaikan kuda. Begitupun dengan aku. Waktu itu aku bertekad akan istirahat total, demi bertahan hidup. Karna hari-hari sebelumnya aku kurang tidur akibat sibuk mengerjakan tugas. AKU MAU TIDUR 24 JAM PENUH! Tapi, hari minggu yang aku kira akan menjadi hari yang indah itu menjadi hari yang paling tragis dalam hidupku. Iya. Kisah sadis di hari minggu..

Sabtu malam. Aku berencana untuk tidur dari Minggu pukul 1 pagi, sampai Senin pukul 1 pagi. Rencana brilianku berjalan lancar ketika aku tertidur sekitar pukul 1. Dan semua kisah sadis dalam cerita ini dimulai dari awal aku membuka mata. Pukul 4 pagi, disaat ayam-ayam masih tertidur pulas, aku terbangun karena suara berisik yang berasal dari handphone-ku. Ada telpon masuk dari nomer tak dikenal. Awalnya aku reject. Karna aku termasuk tipe orang yang ga mau diganggu ketika sedang tidur. Walaupun ada ombak menyapu rumahku, kalo aku masih pengen tidur, aku ga bakal bangun. Tapi setelah aku reject berkali-kali, penelpon misterius itu ga mau nyerah. Dia tetap optimis bahwa telponnya bakal aku angkat. Akhirnya, aku yang nyerah. Aku nerima telpon itu dengan harapan, setelah aku terima, dia ga bakal nelpon lagi, dan aku bisa dengan tenang melanjutkan tidur.
"Hallo?"
"Hallo?" Ternyata si penelpon misterius ini adalah seorang bapak-bapak.
"Ini siapa ya?" Tanyaku.
"Ini opung kau! Lupa kau sama opung sendiri? Bah!"
Sampai di sini, aku merasa ada yang salah dengan orang ini. Pertama, dia berbicara dengan logat batak yang cukup kental. Sedangkan aku, ga pernah punya saudara orang batak. Kedua, spesies manusia macam apa yang nyariin saudaranya pagi-pagi buta.
"Salah sambung, om!"
"Ah macam mana bisa salah sambung! Jangan mengada-ada kau!"
"Sumpah, salah sambung!"
"Kau ini Sondang anaknya si Alex kan?"
"Bukaaaan. Saya Dimas. Bukan Sondang. Dan setau saya, saya ga punya bapak yang namanya Alex". Aku mencoba meyakinkan.
"Wah kalau begitu, aku salah sambung!"
"Kan tadi saya bilang begitu!!" Aku pun menutup telpon dan kembali melanjutkan tidur.
Beberapa menit kemudian, hp-ku kembali berbunyi..
Si penelpon misterius itu, menghubungi aku lagi. Terpaksa harus aku angkat karna aku tau, kalo ga aku angkat, dia pasti ga bakal berhenti nelponin aku.
"Apa lagi?"
"Jadi, Sondang mana Sondang?" Tanpa pikir panjang, aku langsung menutup telpon. Dan segera mematikannya. Sebelum aku reflek jual hp karna dibikin kesel sama opungnya si Sondang yang entah siapa itu.
Pukul 6 pagi. Aku terbangun lagi. Kali ini gara-gara hal yang ga kalah ngeselin dari sebelumnya. Aku terbangun gara-gara suara kucing kawin. Sengaja aku diemin karna aku pikir, kucing kawin biasanya ga lama. Paling cuma 5 menit.

30 menit kemudian...

Setaaan! Dua kucing ga tau aturan itu masih teriak-teriak. Aku harus nyari cara buat menghentikan perilaku amoral mereka. Dengan penuh rasa kesal, aku keluar rumah. Melempar sendal, yang entah sendal siapa, ke arah dua kucing yang sedang dimabuk asmara itu.

Setelah aku lemparin sendal, kucing betinanya kabur. Sedangkan kucing jantannya menatap sinis ke arahku. Matanya seakan berkata, "Biadab! Tunggu pembalasanku!" Tapi aku ga mau kalah. Aku juga membalas tatapan sinisnya, seraya berkata "APA KAU?!" Dan kucing mesum itu pun kabur.

Aku kembali ke kasur. Mencoba melanjutkan perjuangan menikmati setiap lekuk tubuh kasurku yang indah. Baru 5 menit tertidur, muncul lagi satu cobaan hidup dari Tuhan.
"TEVAANNN!" Suara teriakan ibuku, memecah keheningan. Bahkan hampir memecahkan gendang telinga setiap orang yang ada di sekitar komplek dalam radius 10 kilometer.
"Yaaa Mah? Kenapa?"
"Kamu uda bangun?"
"Belum nih"
"...."
Pagi itu ibuku iseng nyobain resep masakan yang dia baca dari sebuah majalah. Tanpa sadar bahwa keisengan dia secara nggak langsung sudah menyiksa dan mengorbankan darah dagingnya sendiri.
"Mamah lagi nyobain resep masakan dari majalah. Tapi, bahannya kurang"
"Terus?"
"Tolong beliin jeruk nipis ya!"
Saat itu aku seakan ada di situasi yang paling sulit dalam hidupku. Kalo aku tolak, aku khawatir akan langsung dikutuk jadi batu. Kalo aku turutin, hidupku akan semakin tersiksa. Harus masuk ke pelosok pasar dan dempet-dempetan dengan ibu-ibu bau balsem. Hanya demi seonggok jeruk nipis.

Setelah menatap mata ibu yang penuh ancaman, aku terpaksa memilih untuk menurut. Karna aku ga mau bernasib sama seperti Malin Kundang. Lagian ga keren banget dikutuk jadi batu cuma gara-gara jeruk nipis.

Dalam otakku, mencari jeruk di tengah pasar pasti gampang. Tinggal nanya dari satu tukang sayur ke tukang sayur lainnya, kelar. Tapi ternyata aku salah. Sesampainya di pasar, aku muter-muter nyari tukang jeruk nipis. Tukang sayur yang aku tanya, jawabnya cuma "di situ". Tanpa memberikan arah yang lebih spesifik. Satu jam berlalu. Aku masih belum menemukan si tukang jeruk nipis sialan ini. Perjalanan mencari jeruk nipis, terasa seperti perjalanan mencari 9 bola naga. (Eh, 7 apa 9? Ya pokoknya segitu lah).

Setelah nanya-nanya ke hampir semua pedagang, akhirnya aku menarik kesimpulan. Bahwa mungkin tukang jeruk nipis yang aku cari, hari itu sedang cuti. Pencarian gue adalah Mission Imposible. Aku pun kembali ke rumah. Tanpa hasil. Karna uda terlalu capek, aku uda ga peduli kalaupun nantinya aku dikutuk jadi batu sama ibu sendiri. Aku pasrah.

Matahari semakin terik. Setelah panas-panasan di jalan dalam perjalanan pulang, akhirnya aku sampai di rumah. Ada perasaan cemas yang mengganggu aku saat itu. Takut ketika aku kabarin bahwa aku pulang tanpa membawa jeruk nipis pesanannya, dia langsung shock, dan teriak "APAH?! TIDAK MUNGKIN!" Lalu dilanjutkan dengan adegan memegang dada. Matanya mengarah ke atas. Badannya kejang-kejang. Serangan jantung. Tapi kayaknya ga mungkin. Itu cuma terjadi di adegan-adegan sinetron dan ftv.

Aku memberanikan diri menghadapi kenyataan. Dengan perasaan cemas yang bercampur dengan rasa takut dikutuk jadi batu, aku berjalan ke dapur untuk bertemu dengan ibu. Dia terlihat sedang sibuk mengiris-ngiris wortel. Belum sempat aku bersuara, ibu uda menengok ke arahku.
"Eh. Gimana? Dapet jeruk nipisnya?" Aku seketika merasa seperti seorang spionase Amerika yang tertangkap di Rusia. Dan sebelum dieksekusi mati, ditanya dulu "ada kata-kata terakhir?"
"Jadi gini, mah.."
"Gimana gimana?"
"Uuuumm"
"Kamu pasti ga dapet jeruk nipisnya ya? Yaudah gpp. Ternyata setelah mamah periksa lagi, di kulkas, jeruk nipis masih banyak."
"Emanueel!"
Rasanya campur aduk. Antara lega dan kesel. Lega karna aku ga jadi dieksekusi mati, kesel karna uda buang-buang energi keliling pasar buat nyari jeruk nipis yang sebenernya uda ada di kulkas. Untuk yang kesekian kalinya, aku segera kembali ke haribaan kasur untuk kembali melanjutkan tidur. Ga lama, aku bisa tertidur lelap. Kali ini, aku bisa tidur sekitar 5 jam. Dari pukul 10 siang, terbangun di jam 3 sore. Lumayan.

Saking enaknya tidur, aku lupa dari kemaren sore belum makan. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul, aku berjalan menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Cuma ada beberapa peralatan masak, piring-piring kotor, dan sendal jepit yang tergeletak tak berdaya di lantai. Sepertinya aku ga menemukan sesuatu yang bisa aku makan. Aku pun mencari ibu untuk meminta klarifikasi tentang kemana perginya masakan yang tadi dia masak.
"Maaaah.. maaaah..."
"Apaaaa?" ibuku menyaut. Suaranya berasal dari dalam kamarnya.
"Makanan yang tadi mamah masak, kemana?"
"Oh itu? Gagal. Rasanya aneh. Daripada ga ada yang makan, mamah kasih kucing aja"
"Yaaammpuuun.."
"Oh iya tadi Rensi ke sini." kata ibuku, mencoba membahas topik lain sebagai pengalihan isu atas kegagalannya memberi makan anaknya. "Dia nyari kamu. Tapi kamunya ga bisa dibangunin"
"Terus?"
"Ya dia pulang. Dia nunggu kamu di rumahnya".
Renchyta (ini nama samaran) adalah cewekku. Kami uda jalan 3 tahun lebih. Akhir-akhir ini, hubungan kami agak renggang. Karena jarak, aku di Yk dan dia di Kaltim. Sama-sama rindu.
Sore itu, aku dateng ke rumah Rensita. Sekalian minta makan.
"Hai..." Sapaku.
"Eh, kamu. Kangen ya sama aku?" Jawabnya yang penuh rasa pede.
"Iya. Mamah kamu, masak?"
"....."
Sambil melahap dengan cepat makanan dari Rensi, kami ngobrol. Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Sampai akhirnya Rensi berkata..
"Kayaknya kita uda ga cocok". Ucapan Rensi ini sempat membuat beberapa nasi yang ada di mulutku, melompat ke muka Rensi. Saking kagetnya.
"Maksud kamu?"
"Percuma, yang berusaha mempertahankan hubungan ini cuma satu pihak. Cuma aku. Bukan kita"
"Tapi..."
"Aku harus memilih jalan yang terbaik. Maaf, kita putus"
"Hmm.."
"Kok hmm?"
"Sebenernya yang membuat kita seperti ini ya kita berdua. Aku sibuk, kamu sibuk. Kita berjarak. Jalan yang terbaik harusnya bertemu. Bukan berpisah."
Rensi terdiam. Aku pergi meninggalkan dia dan meninggalkan makanan yang belum sempat aku habiskan. Aku memang sengaja ga meminta dia untuk tetap mempertahankan hubungan kami. Karena dari kalimat yang dia ucapkan, bisa diambil kesimpulan kalau sebenarnya, ga ada lagi tempat buat aku di hatinya.

Sore berganti malam. Biru dan jingga mulai habis ditelan gelap. Pelan-pelan.
Pukul 7 malam. Entah kenapa, malam itu, suasana kamarku terasa lebih sunyi dari malam-malam sebelumnya. Membuat seluruh sel-sel dalam otakku serempak meneriakan nama Rensi. Di satu sisi, aku benci dengan dia. Di sisi yang lain, ada harapan dalam hatiku, semoga malam ini dia nelpon aku. Dan meminta aku untuk memulai semua dari awal.

Waktu hampir menunjukkan pukul 10 malam. Harapanku terancam pupus. Rensi ga nelpon. Hp-ku sepi. Aku menghembuskan napas panjang. Mencoba menenangkan diri, sambil berkata dalam hati "Yaudah lah.."

Setelah beberapa menit melamun, hp-ku bunyi. Nada dering telpon masuk. Aku dengan cepat menyergap hp-ku yang tergeletak di kasur. Dengan penuh harapan bahwa itu telpon dari Rensi.
"Hallo?"
"Ya hallo. Sondang mana Sondang?"
"Innalilahi wainailaihirojiun.."
"Hah?"
THE END.
Beberapa fiktif.


Cheers,
-GJG-

MASA LA(LAU)

(2012)
Doi menulis alinea keempat. Menimbang-nimbang apakah doi perlu memesan satu gelas bir lagi dengan risiko honornya amblas demi sedikit memanjakan perasaan. Doi memutuskan untuk memesan bir ketiga dan akan menyuap pelayan dengan imbalan lima puluh ribu rupiah (Rp 50k,-) supaya ga menagih biaya minuman yang doi pesan. Ga apalah korupsi kecil-kecilan. Toh ga akan membuat hotel berbintang lima ini gulung tikar hanya dengan ga membayar sepuluh botol bir sekalipun.
Kemang, Jkt. 24 Mei 2014. 3:19:21 AM.

Doi serasa melayang. Menyentuh hujan, menggapai pepohonan, menyapa ombak pasang, mengecup pasir, menendang bebatuan, mencari bayang-bayang Rhencyta (bacanya Rensita, tokoh dalam fiktif) di dalam kegelapan malam.

Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya delapan bulan berhubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar.

***

Lounge itu mulai ramai, mendadak nuansa stage. Sudah saatnya untuk tahu diri dan memberikan tempatnya kepada pengunjung yang datang. Doi sudah beranjak menuju sudut backstage. Memantau crew yang sedang setting alat, dengan damai doi sambil memainkan playlist di iPod-nya yang akan menuntutnya untuk enerjik di atas stage.

Doi mempelajari songlist yang harus digebuk. Hampir semua lagu-lagu tentang kelas pekerja yang kembali mengingatkannya kepada Rensita. Mengingat akan perasaannya. Mengingat akan kerinduannya. Rindu akan kebersamaan. Rindu akan waktu yang tak terbatas (28 jam, hhh...). Rindu akan rasa memiliki. Rindu akan harapan yang selalu menjauh tak terjangkau hingga tanggal dan bulan kelahirannya di 24 tahun yang lalu. Selamat panjang umur, semoga ulangtahun.

Pandangannya tertumbuk pada pemandangan sebuah keluarga di depannya. Doi teringat kembali kepada orangtuanya. Teringat akan kehangatan rumah sebelum bundanya pergi. Teringat perubahan dan teror yang terjadi hingga doi memutuskan untuk angkat kaki dan ga pernah kembali.

Doi menggelengkan-gelengkan kepala mengusir kecamuk dalam pikirannya. Salah satu personil band mengingatkannya untuk bersiap-siap. Doi meneguk birnya sampai habis lalu berjalan menuju stage.

Lautan cahaya menari. Lautan tawa membahana. Lautan tepuk tangan menggelora. Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya ketika doi melihat sesosok gadis berdiri menatapnya. Gadis yang telah membuat hidupnya jungkir balik. Gadis yang telah membuat dirinya terasing dari dirinya sendiri. Gadis yang telah membuat hitam jadi putih, putih jadi kelabu, dan merah jadi ungu.

Musik telah dimulai. Gadis itu melempar senyuman. Ketukan snare dan ihate melantun gemulai, gadis itu memberi isyarat kecupan. Gitar melengking syahdu, gadis itu menucapkan selamat tinggal. Bas berirama sendu, gadis itu melambaikan tangan. Biola tergesek sunyi. Gadis itu pergi dan doi mulai menggebuk drum sekuatnya, tanpa dapat mendengar alunan musiknya.


Cheers,
-GJG-

Sabtu, 24 Mei 2014

LAWAK WALAS

Mengingat masa SMA, eh jangan salah biar gini-gini aku bisa lulus SMA juga lho, suwer deh! Kala itu aku merasa bodoh, karena menjadi orang baru diantara orang-orang yang candaannya setipe. Ya, mereka kawan-kawan baruku (saat itu) banyak berasal dari kota-kota besar di Pulau Jawa, terutama didominasi Jabodetabek. Lha aku, hanyalah laki-laki tampan yang berasal dari suatu pulau yang dimensinya 10000x dibanding Pulau Jawa. Bukan Pulau Kalimantan yang aku sebutkan, tapi Pulau Bunyu yang aku tekankan. Semua se-Indonesia uda pada tau pastinya Pulau Kalimantan, nah kalau Pulau Bunyu hanya nol koma berapa persen gitu yang ngeh. Makanya aku perkenalkan.

Ga segampang itu Pulau Bunyu bisa seterkenal seperti saat ini (emang uda terkenal apa?), butuh mental memperkenalkan Bunyu ke khalayak ramai. Aku sempat beberapa bulan dijuluki Munyu. Gegara ditanya senior, "we asalmu ko endi e dab?" Lalu aku jawab jujur biar manjur, "Bunyu mas, Pulau Bunyu." Si penanya pun langsung sok-sok an tersentak, "Haah, emang eneng penyu nduwe pulau po?" Itulah, semua binatang pun hinggap dibalik ceng-cengan Pulau Bunyu.

Kondisi saat itu aku sempat terpikir ingin berhenti sekolah karena ga sanggup lagi hidup di kota pelajar ini, tapi aku takut pemuda-pemudi harapan bangsa kehilangan sosok idola. Paham ya?

Nah sekarang aku pen nulis canda-candaan kami semasa itu, berikut..

1.          Kalo susah cari pacar, coba cari di google.


2.          Remote tv hilang. Mau lapor polisi tapi belum 2x24 jam.


3.          Barusan ga sengaja nginjek polisi tidur. Semoga aja polisinya ga bangun.


4.          Heran sama ikan, sering berenang tapi ga bisa tinggi.


5.          Gw mau perpanjang SIM nih. | Wuidih berapa meter?


6.          Orang Inggris itu keren-keren. Disana anak kecil aja uda lancar bahasa inggris.


7.          Pesan moral: janganlah menyiksa perasaan orang lain dengan lawakan-lawakan yang lucunya uda lama hilang.


8.          Duh, pengen pipis nih. Belilah jangan kayak orang susah deh.


9.          Uda dijalan, mau jemput pacar. Eh baru inget kalo gw ga punya pacar.


10.       Ikan mas yang uda bangkrut, berubah jadi ikan perunggu.


11.       Ah, dasar lu BIMOLI. Bibir monyong lima senti.


12.       Ah, dasar lu SGM. Singting gila miring.


13.       Tombak itu cewek, kalo cowok Tomas.


14.       Apa lu liat-liat? Emang gw pisang. | Dih monyet dong...


15.       "Boleh minta nomer hp kamu ga?" | "Minta? beli.


16.       "Apa nama ibukota Peru?" | "Lima" | "Coba sebutkan satu-satu."


17.       "Eh ada guru!" | *nengok* | "Satu monyet telah tertipu merasa malu kesian deh luu~"


18.       "Kemarin dia putus." | "Siapa?" | "Gebetan gw." | "YANG NANYA!!!"


19.       "Ini berapa?" | "1, 2, 3, 4, dan 5" | "Dadah monyet."


20.       Pos dibalik? Sop. Sop dibalik? Tumpah.


21.       "Kecil, putih, bisa terbang." | "Nasi nempel di pesawat."


22.       Pengen nonton Dragonball Z, tapi belum nonton yang A-Y.


23.       "Tu dia orangnya." | "Mana?" | "Tu lang ayam."


24.       "Kenapa BMW mahal?" | "Karena ada W-nya, coba kalo diganti X."


25.       "Kamu mau ga jadi pacar aku?" | "Aaahh mau :3" | "Aku sih gak."


26.       "SHOGUN yang mahal apanya?" | "Huruf G-nya. kalo ga ada G jadi SHO'UN.


27.       "Buah apa yang bisa ditonjok?" | "Buahpak lu."


Cheers,
-GJG-

Jumat, 16 Mei 2014

MEDIA-MEDIA SOSIAL-SOSIAL

Gw senang menceritakan keresahan-keresahan yang gw rasakan di blog ini. Dan kali ini gw ingin menceritakan keresahan yang pernah gw rasakan di sepanjang perjalanan hidup gw di dunia maya.

Media sosial adalah sesuatu yang sangat identik dengan dunia maya. Sekarang ini, hampir setiap umat manusia punya minimal satu akun media sosial. Mulai dari anak-anak, ibu-ibu, kakek-kakek, nenek-nekek, bahkan di Twitter, makhluk gaib semacam pocong pun bisa menjadi idola para remaja-remaja lucu nan menggemaskan. Gw sendiri, akun media sosial pertama yang gw punya adalah Friendster. Jujur gw uda mulai lupa fitur-fitur apa aja yang ada di Friendster. Uda lama banget, yang gw inget dari Friendster cuma perihal kirim-kiriman testimoni. Selebihnya gw lupa.

Dulu waktu masih pake Friendster gw sangatlah alay. Foto profil Friendster gw pun setelah gw inget-inget, ternyata sangat menjijikan. Gw berpose manyun-manyun sok imut sambil nempelin jari telunjuk di bibir. Entah waktu itu gw lagi keserupun jin kafir macam apa. Yang jelas, pada waktu itu, pose seperti itu sangatlah nge-hits di kalangan remaja-remaja gaul dan salah asuhan. Rambut gw dulu juga masih belah tengah ngikutin style-nya Ariel Peterporn. Jadi foto profil Friendster gw mungkin bisa dibilang mirip seperti anak hasil perkawinan silang antara soang dan Ariel Peterporn.

Seiring berjalannya waktu, Friendster mulai ditinggalkan. Muncul situs pertemanan baru yang sangat fenomenal. Sebut saja namanya Facebook (bukan nama samaran). Pada waktu itu, seseorang akan dianggap hina jika orang itu ga punya akun Facebook. Dikucilkan dari pergaulan. Dipandang sebelah mata. Dan dipendam hidup-hidup di dalam tanah.

Karena gw ga mau hal itu menimpa hidup gw, akhirnya gw pun memutuskan untuk ikut-ikutan bikin akun Facebook, sama seperti teman-teman gw yang lain. Agak maksa sih sebenernya. Karena gw waktu itu adalah remaja ingusan yang lumayan gaptek. Gw masih inget waktu pertama kali ditanya temen perihal Facebook.
"Jo, gw minta Facebook lu dong."
Gw pun bingung harus jawab apa. Karena gw juga ga tau Facebook itu apa. Gw mencoba tenang. Walau panik, harus tetap terlihat cool. Dengan gaya yang sangat elegan dan senyum menawan ala nabi Yusuf, gw pun menjawab..
"Uuuumm.. Facebook ya? sorry, Facebook gw ketinggalan di rumah. Besok deh gw bawa."
Entah temen gw ngerti atau ga, dia jawab.. "Oh. Yaudah. Besok aja gpp."
Facebook adalah situs pertemanan paling populer saat itu. Hampir semua temen gw punya akun Facebook. Setelah gw tau Facebook itu apa, gw secepat mungkin minta bikinin temen gw. Ya itu tadi, dulu gw masih gaptek. Yang gw ngerti cuma gimana cara ngetik keyboard komputer pake tangan. Itu pun gw ngetiknya cuma bisa pake jari telunjuk. Nulis beberapa kalimat aja kadang bisa sampe setengah jam.

Akun Facebook gw pun akhirnya lahir dengan selamat berkat bantuan temen gw. Dan langsung gw kasih nama: "Join Hura-hura". Ada juga kawan gw akun Facebook-nya bernama: "Nesh Suka Hujan".

Masalah kembali muncul ketika gw tau, ternyata temen gw cuma bikin akun Facebook gw aja. Tanpa ada foto profil terpajang di sana. Gw mau minta tolong masukin foto, cuma gw ga enak, takut ngerepotin. Akhirnya akun Facebook itu gw biarkan kosong dan sepi seperti sebuah taman. Taman makam pahlawan.

Setelah punya akun Facebook, gw jadi norak. Semua temen gw yang lewat di depan gw langsung gw tanyain nama akun Facebook-nya apa. Gw catet di kertas, dan pulang kuliah langsung gw add. Tujuannya simple, cuma buat gaya-gayaan doang. Karena pada waktu itu, semakin banyak jumlah teman di Facebook, semakin bertambah tinggi kedudukan sosial seseorang.

Foto profil Facebook gw yang kosong tadi, masih menjadi masalah yang membuat hati gw resah dan gelisah. Hampir semua akun Facebook temen gw, ada foto profilnya. Sedangkan akun Facebook gw masih tetap tanpa foto profil.
Setiap ada temen gw yang nanya, "Facebook lu kok ga ada foto profilnya sih?"
Gw cuma bisa jawab dengan bijaksana. "Iya nih, gimana ya, gw orangnya ga narsis sih. Makanya gw males masang foto profil Facebook." 
Padahal dalam hati gue berteriak.. "KAMPREEET! GW GA TAU GIMANA CARANYA MASANG FOTO PROFIL FACEBOOK!! PASANGIN LAH WOOOY!!"
Akhirnya Facebook bernasib sama seperti Friendster. Mulai ditinggalkan karena makin kesini, orang makin sadar, Facebook  udah ga seasik dulu. Mulai banyak alien dan makhluk astral yang ikutan main Facebook. Situasi itu membuat banyak pengguna Facebook, hijrah ke situs media sosial baru yang bernama Twitter.

Awalnya gw ga tertarik main Twitter karena banyak temen gw yang masih pada main Facebook. Gw terpaksa main Twitter karena cewek gw pada waktu itu, maksa gw buat bikin akun Twitter. Ya daripada dia ngambek, akhirnya gw ikutin apa maunya dia.

Pertama buka Twitter, gw bingung. Karena waktu itu belum banyak temen gw yang main Twitter. Ada sebagian yang udah main Twitter, tapi gw ga tau username-nya apa. Hal pertama yang gw lakukan di Twitter adalah nge-follow akun artis-artis yang ga jelas asal muasalnya dari planet mana. Sampai akhirnya gw nge-follow sebuah akun yang konten Tweet-nya menarik. Akun itu setiap hari selalu nge-Tweet hal-hal yang di luar nalar. Bisa dibilang aneh. Tapi gw suka. Karena dia terlihat berbeda dari akun Twitter lainnya. Setiap hari gw selalu baca Tweet-nya. Dan tanpa gw sadari, gw mulai terpengaruh dengan ide-ide absurd-nya. Gw mulai tertantang buat nyoba nge-Tweet seperti dia.

Dalam hal ini gw bukan meniru isi Tweet-nya, tapi gw meniru sudut pandangnya. Sudut pandang yang gw curi dari dia adalah, gimana cara mengungkapkan keresahan terhadap suatu hal dengan cara yang menyenangkan. Semacam cara merubah curhat yang menye-menye, menjadi curhat yang elegan Memang awalnya gw kesulitan, tapi lama-lama gw mulai terbiasa. Kebiasaan itu masih melekat sampai sekarang. Bahkan dengan sudut pandang itu, gw jadi bisa berpikir lebih dewasa. Iya, Twitter mendewasakan gw. Banyak hal baru yang gw dapat di Twitter. Bertemu orang-orang luar biasa dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Sudut pandang mereka juga terus gw ambil. Tentu ga semuanya, cuma sudut pandang yang sekiranya cocok dengan diri gw sendiri.

Hari-hari gw aktif singgah ke tiga media sosial yaitu Twitter, Path, Instagram, serta terkadang ngintip ke Facebook dan LinkedIn. Sama sih kayak anak muda lainnya, cuma gw berusaha ga kekinian kayak mereka yang setiap Path/Instagram dilimpahkan ke Twitter dan Facebook. Gw berusaha kreatif kayak idola yang gw idolain, gw berusaha paham makna media sosial, dimana nge-post foto yang ga kesemuanya.

Media sosial ajang pamer, emang! Lihat aja bio-nya SBY: Presiden Republik Indonesia. Wow Pak SBY pamer kalau beliau presiden. Masih banyak tokoh-tokoh dunia yang pamer. Nah, di Twitter gw juga sering pamer keleus. Gw memamerkan pola pikir gw (seperti di blog ini), sebisa mungkin gw usahain untuk terus pamer yang bermanfaat meskipun ada bumbu jayusnya.


Cheers,
-GJG-

Kamis, 15 Mei 2014

ANAK SD PUN PACARAN

"Kamu udah punya pacar, Yah?" Tanya aku ke anaknya dosen yang saat itu baru kelas 4 SD. "Ummm" dia bergumam sebentar. "Punya dong. Pacar aku dua!" Dan dia menjawab sambil mengacungkan tiga jari.

Namanya Yahya. Biasa dipanggil "Yah". Di umurnya yang masih belia, dia udah punya pacar dua. Kasian sekali pemuda belia ini. Baru kelas 4 SD sudah harus merasakan gimana pusingnya pacar-pacaran. Apalagi pacarnya dua. Duh, nggak kebayang gimana rasanya diribetin dua cewek sekaligus. Aku takut Yahya tumbuh dewasa dengan rambut yang tak kunjung tumbuh. Rontok satu persatu gara-gara pusing mikirin ceweknya.

Setelah tau Yahya udah punya pacar, aku jadi penasaran, kira-kira gimana gaya berpacarannya anak SD. Gimana proses PDKT-nya, dan apa aja yang mereka lakukan ketika sedang pacaran.

"Aku suka sama Salma (pacar pertamanya) soalnya dia tuh sering ngasih aku ciki. Kalo sama Jasmine (pacar keduanya) sih aku ga terlalu suka. Tapi dia baik. Sering minjemin aku rautan. Yaudah aku pacarin aja". Kira-kira begitulah penjelasan Yahya mengenai kehidupan percintaannya. Sungguh kisah cinta yang sangat-sangat dramatis.
Yahya melanjutkan curhatnya. "Sebenernya aku mau mutusin Jasmine mas" dia terdiam sebentar untuk mengelap ingusnya. "Jasmine tuh jahat. Dia deketin sahabat aku sendiri"

JENGJENG! Drama dimulai.

"Aku mau mutusin dia. Aku males dibikin cemburu terus!". Denger curhatan Yahya barusan, aku sempat mikir dia bakal langsung lari ke kamar mandi sambil mengusap air mata dan ingusnya. Lalu nangis di bawah shower sambil teriak-teriak penuh rasa kecewa.. "KENAPAAAH? KENAPAAAAH?"

Sebagai orang yang dianggapnya abang yang baik, aku mencoba menenangkan Yahya. "Yaudah, jangan sedih. Kayaknya Jasmine lebih bahagia sama sahabat kamu daripada sama kamu". Ucapan aku itu membuat Yahya makin sedih. Dia menatap mataku. Mengelap ingusnya. Lalu berkata.. "Iya juga ya. Jangan-jangan dia ga cinta sama aku. Jangan-jangan dia cintanya sama sahabat aku". 

Sampai di sini, aku mulai khawatir dengan kondisi kejiwaan Yahya. Ga nyangka dia bisa berpikir sedrama itu. Aku takut tau-tau dia nangis sambil baca puisi. "Kulari ke hutan kemudian teriakku."Lalu dia terdiam menatap langit. Sambil ngelap ingus dia lanjutin baca puisinya. "Sepi. Sepi sendiri aku benci. Pecahkan saja gelas biar ramai! Biar mengaduh sampai gaduh! Apa aku harus lari ke hutan, kemudian belok ke pantai?"

Setelah banyak bercerita tentang Jasmine, Yahya melanjutkan ceritanya tentang Salma, pacar pertamanya. Ternyata Salma adalah temen les di Kumon. Mereka udah pacaran selama tiga minggu. Dari apa yang dia ceritain, keliatannya Yahya sayang banget sama Salma. "Salma baik banget mas sama aku. Dia aja suka minjemin sapu tangannya buat ngelap ingus aku"

"Terus kamu udah ngapain aja sama Salma? Pernah ciuman ga?" Tanyaku ke Yahya. Aku pikir, anak sekecil Yahya ga bakal berani nyium cewek. Aku menanyakan hal itu buat make sure aja, takut kalau ternyata dia beneran udah pernah ciuman sama Salma. Setelah ngelap ingusnya, Yahya menjawab pertanyaanku tadi. "Udah lah! Masa pacaran ga pernah ciuman!"

Mampus.

Romansa cinta Yahya harus segera dihentikan sebelum dia bertindak lebih jauh. Kalau sebelumnya cuma ciuman, bukan ga mungkin suatu saat mereka mencoba hal yang lebih ekstrim.  "Aku juga pernah mandi bareng sama Salma" Yahya melanjutkan ceritanya. Gue kaget. "Hah? Serius?". Sumpah ini udah ga lucu lagi. "Iya" kata Yahya sambil ngelap ingusnya. "Aku waktu itu pernah mandi bola bareng Salma"

Aku harus memikirkan cara buat misahin Yahya sama dua pacarnya. Bahaya. Semua harus dihentikan. "Beneran kamu udah pernah ciuman sama Salma?" Tanyaku ke Yahya. "emang kenapa sih Mas Stev?" Dia nanya balik dengan nada penuh rasa penasaran. "Hati-hati aja. Cewek itu kalo dicium bisa hamil. Apalagi kamu sempat mandi bareng sama dia. Biarkata cuma mandi bola, tetep aja judulnya mandi bareng"

Mendengar penjelasanku, Yahya langsung bengong. Pandangannya kosong. Dia seakan berkata dalam hati.. "Aku belum siap jadi ayah"

Beberapa hari kemudian pas aku ke Mantrijeron, aku iseng nanya ke Yahya tentang perkembangan hubungannya dengan Salma dan Jasmine. "Aku udah putus sama Salma mas. Jasmine juga udah aku putusin". Aku lumayan lega denger Yahya udah ga pacar-pacaran lagi. Ternyata dia belum selesai cerita. Sambil ngelap ingusnya, dia bilang.. "Aku udah ga mau pacaran lagi. Sekarang aja aku cuma TTM-an sama kakak kelas aku. Hehehe"

TAMAT!

Setelah menulis cerita ini, seketika aku merasa direndahkan oleh Yahya. Aku aja yang uda 24 tahun, belum pernah mandi bareng, aku merasa harga diriku terinjak.


Cheers,
-GJG-

Rabu, 07 Mei 2014

ANJING DAN BABI


Anjing dan Babi saling berseteru sehingga menimbulkan kecemburuan sosial terhadap dunia binatang.

Anjing mengapa kamu yang selalu jadi cacian. Hey, Babi kenapa kamu yang jadi makian. Apakah kamu yang selalu jadi masalah? Mengapa kamu yang selalu dosalahkan?

Ada apa dengan kalian? Ada apa dengan duniamu? Mengapa kamu yang salah? Mengapa kamu yang selalu bermasalah?

Hai, Anjing…”Emang Anjing lu pada ye!”

Babi mana Babi? Hei Babi Babi…”Ah Babi, ga ngertiin banget sih.”

Padahal dalam artikel karakter punkrockers aku sudah coba menjelaskan, supaya ga banyak yang menganggap itu kotor.

Punkrockers tuh orang yang ga bisa mengumpat dengan nama-nama alam. Karena semuanya baik. “Anjing” tuh setia dan hargai teritorial. Mungkin itu yang melatarbelakangi alasan band ska senior dari Yk menggunakan nama Anjing yaitu Shaggy Dog. Mereka juga menamai fans serta merchandise store-nya dengan mengandung unsur Anjing yaitu Doggies dan Doggy House. Dog is not food.

Punkrockers juga ga bisa ngumpat dengan “Babi”. Karena babi tuh kompas atau navigator kuno untuk para pelaut. Mereka yakin bahwa di kapal babi selalu cenderung menghadap ke arah daratan. Sudah aku buktikan waktu pulang kampung nyeberang lautan, kan aku anak pulau.

Trucker hat cuma-cuma dari Om Bimex "Pyongpyong" (punkrock Smg), emang BABI lah.


Cheers,
-GJG-

Sabtu, 03 Mei 2014

SELINGKUH

Menurut penelitian (ga) ilmiahku ternyata banyak banget orang yang menyalah-artikan "selingkuh". Sebelum pembahasan ini terlalu berat, ada baiknya kalian letakkan dulu semua kenangan pahit tentang masa lalu.

In my opinion yang dimaksud selingkuh adalah membuka hati untuk orang lain. Apapun konteksnya, walaupun cuma saling sapa tapi kalo udah dengan perasaan "menginginkan" itu udah include "perselingkuhan" (kalo Maman nyebutnya selir). Walaupun katanya "cinta selalu memaafkan" tapi cinta perlu didikkan biar ga bodoh untuk mengulangi kesalahan.

Kebanyakan pola pikir kita adalah "hasil akhir" padahal relationship itu menitik-beratkan proses. Bukan lagi, siapa yang ditinggal atau meninggalkan tapi tentang siapa yang berjuang dan bertahan. That's why aku pernah nge-Tweet yang kata-katanya kek gini:
"@gojoin_go: and don't judge someone by cover. Faktor kebencian yg utama adalah karena ga kenal deket. Setiap orang punya alasan untuk pilihan hidupnya."
Dalam masalah ini it's mean.. sometimes orang akan lebih melihat tentang si antagonis dari siapa yang menemukan pengganti lebih dulu atau siapa yang meninggalkan tapi di sudut pandang ini ga tau proses kenapa "harus" pindah kelain hati.

Ada dua tipe modus perselingkuhan.


1  Ga cukup satu

Tipe-tipe pasangan yang kurang ajar, pasangan yang ga menghormati hubungannya. Biasanya cuma ngeliat dari fisik luarnya aja. Bahasa kasarnya adalah tipe yang "celamitan". Tapi beruntunglah kamu yang masuk ke golongan ini dan masih dipertahankan, mungkin karena cintanya masih kuat tak terkalahkan. Tapi inget, benteng aja bisa rubuh apalagi hati yang lebih rapuh? Tips aku sih buat orang yang kayak gini adalah:
  • Beri "pergaulan", ajak ke tempat-tempat yang banyak cowok ganteng/cewek seksinya. Mungkin doi butuh piknik karena "kaget fisik". Ini sih menurut pengalaman kawan ya, ceweknya yang "cukup pergaulan" ga celamitan sekalipun cowok-cowok ganteng seliweran di mall, menurut pacarnya itu pemandangan biasa karena yang dia lagi gandeng sekarang adalah "cintanya". Wuanjiiing, pede gila.
  • Kalo dia selingkuh karena "kaget gaul" dideketin sama cowok ganteng/cewek seksi ya cukup dampingi saat bergaul, toh seharusnya pasangan yang punya hati lama-lama bakal enggan nyeleweng kalo pacarnya selalu ada mendampingi.

2  Menyerah

Someone bilang ke aku kalo pacaran itu buat have fun dan aku mengartikan dengan kata "bahagia". Yoi, cinta emang ga melulu seneng. Tapi cinta juga punya tenggang waktu buat luka. So guys, jangan biarkan pasanganmu seolah berjuang sendirian, karena kalo sampe nantinya ada yang menawarkan bantuan malah bakal bubar jalan. Justru, orang-orang yang "bersedih" bakal lebih cepet respect sama orang lain yang menawarkan kebahagiaan yang lain. Coba kalo kamu ga ngerasa berjuang sendirian, orang lain mau bantuin juga buat apa? Toh kalian merasa "cukup" dengan berdua. Selingkuh dengan definisi menyerah ini emang sekilas terlihat antagonis, tapi biasanya dia punya puluhan alasan dan ratusan perbandingan antara pacar dengan "orang lain yang menawarkan bantuan".


Kesimpulanku. "Pria selingkuh karena matanya, wanita selingkuh dengan hatinya. Itu sebabnya pria selalu kembali dan wanita akhirnya pergi".
Buat kamu yang perempuan, berusaha semaksimal mungkin untuk jadi lebih baik di penampilan, itu ga salah dan penilaian yang ga munafik kok. Kalian dilahirkan untuk cantik, maka cantiklah.
Buat kamu yang pria, jangan sampe ngecewain wanita berkali-kali karena wanita adalah makhluk yang paling "sensitif" tentang perasaan. Sedikit terluka bisa kecewa, sedikit kebahagiaan bisa merubah pilihan.

Beruntunglah bagi pria, masih "banyak" wanita yang mempertahankan walaupun belasan/puluhan kali diselingkuhi karena ia percaya yang berpaling itu matamu bukan perasaanmu, kalau sudah begitu kamu hanya tinggal banyak-banyak berdoa agar tak ada pria lain yang lebih membahagiakannya. Karena jika wanita berpaling ia akan membawa seluruh perasaan, kesetiaan, dan harapan terhadap pria yang menurutnya lebih baik. So, cintai pasangan lu seolah esok tiada hari lagi tuk bersama.

Heavy weekend, dude!
Selamat malam buat kalian yang tukang copy-paste tanpa menyertakan sumber. Tai kucinglah!


Cheers,
-GJG-

PANTAI-SHIT, FUN-TASSY, PANTAT-SIH. YOI, FANTASI.

Namaku Mike.
Rasaku mati kemarin sore. Setelah kudapati kekasihku mengobral tubuhnya riang dengan pria lain. Apa yang kulihat, cukup membuat sel otakku membeku, sesak, perih dalam hati.
Yang kutahu, segala yang kupunya. Cinta, kurasa sepenuh hati untuknya. Materi, terlebih lagi berhamburan dalam saku maupun bank. Belum lagi kendaraan yang kumiliki ga begitu banyak orang yang punya, kupesan khusus dari luar negeri.
Tak lupa hadiah yang kuberi tiap hari, khusus untuknya, dari berlian berbentuk cincin yang kupesan dari Paris. Sampai asesoris tubuh dengan merk yang orang lain hanya lihat dimimpi.
Sampai hari ini, yang kurasa hanya kehancuran, pengkhianatan, dan dendam.
Aku terlampau bingung. Masa depanku tak perlu ditanya, cerah, hingga beranak tujuh generasi. Gadis mana menolak bercinta denganku. Apalagi menikah.
Sekarang semua hampa. Apalagi cinta, aku pun terlanjur jijik mengingatnya.

Namaku Rhency.
Baru saja berpisah dengan kekasihku, setelah dia melihatku bergumul mesra dikamar tidurku dengan pria lain. Entah apa yang kupikirkan, adalah warna-warni dari pijak dan langkahku.
Entah apa yang kurasa, adalah kenyamanan. Sejak kumengenalnya, tak pernah kurasakan kenyamanan seperti saat ini. Jiwaku seakan ikut tersenyum, menikmatinya.
Tak pernah kupikir sebelumnya, ada pria lain yang begitu memesonaku:
   1. tanpa embel-embel kertas berangka,
   2. tanpa label masa depan nyata,
   3. tanpa berpikir bertahta harta, dan
   4. hidup layak.
Yang kupikir hanya rasa. Yang kupunya hanya cinta. Segala yang ia punya, hanya sekedar harta yang berbicara untuk cinta. Tak ada kata tulus disana.
Sekarang aku punya cinta!!! Tak perduli seperti apa, karena saat ini aku menikmatinya.

Namaku Bob.
Baru saja menjalin kasih dengan seorang wanita, yang telah lama aku tunggu untuk kumiliki seutuhnya. Kemarin sore, saat yang tak disengaja, namun membuatku lega, kekasihnya mendapati kami sedang bergumul mesra dikamarnya.
Aku seorang seniman gila katanya, hidup sederhana, dan kujalani apa adanya.
Yang kupunya hanya usaha membuatnya bahagia, bahagia yang tulus, bahagia atas rasa.
Saat ini, nanti, dan harapanku selamanya, adalah menggenggam hatinya. Menyiraminya hingga berbunga. Terlalu sederhana mungkin. Tapi aku percaya, tiap langkahku, adalah senyumnya.

Namaku Rasa.
Saat ini aku sedang berbunga diatas hati yang baru saja bertautan. Senang rasanya, bisa membuat mereka bahagia. Semoga saja aku tak lekas pergi karena logika. Semoga saja dunia nyata tak lekas membunuhku setelah sebuah kesadaran pikiran sedang menyesal.
Saat ini, betapa indah hati mereka kusirami hingga berbunga. Mungkin akan kucoba mendiami nafas yang terbingkai ini. Semoga seperti apa yang mereka harapkan dan mereka impikan.

Namaku Moral.
Entah apa peranku saat ini. Begitu dilupakan. Begitu murah dijual. Biar saja, toh banyak manusia yang lupa dirikku dengan alasan rasa. Seperti wanita itu, apa ia lupa padaku??? Apa lupa telah mengobral tubuhnya dengan cuma-cuma? Biar saja, mungkin jika memiliki harga, ia tak lebih hanya penjaja tubuh. Ah aku tak perduli…
Atau pria kaya itu? Yang membuatku seakan membanjiri hidupnya, padahal tak sedikitpun aku disentuhnya. Lupakanlah, bahkan pria satunya, sepertinya ia cukup bangga bertelanjang diatas rasa.
Kini biar aku dilupakan, ada rasa disana yang membuatku tak berharga.
Aku akan berdiri di etalase, dan dipajang indah untuk diobral. Tunggu siapa yang hendak membeliku. Biar manusia berpikir, "untuk apa?"
Bagiku, saat yang tepat memilikiku adalah saat mereka telah memiliki dirinya utuh, dan mencoba melangkah untuk hidup dan selanjutnya mati. Biar mereka menjadi dirinya sendiri, tanpa beban, tanpa membebani. Manusia punya cara berbeda untuk memajang atau bahkan menutupiku.
Karena aku hanya fantasi…


Cheers,
-GJG-

WOY, AKU MENULIS!!!

Ini blog isinya random, apaan aja aku tulis terus aku bagi-bagiin, hhh...
Maklum deh soalnya aku "..." Ah sudahlah!!!


"Karena, menulis akan meninggalkan jejak-jejak positif, salah satunya  adalah memberikan paradigma berfikir untuk generasi berikutnya." ~ Denny Chandra.

Ah, sok iye bet dah!

Jadi gini, 70 artikel di blog ini semuanya..

..berawal dari bosennya sendirian dan sedihnya ngeliat modem yang nganggur di meja, gw jadi paham betul perasaan tuh modem. Kalau modem gw udah lama nganggur gitu, anak istrinya mau dikasih makan apa. Cari kerja di Yogyakarta yang luas aja susah apalagi cari kerja di kamar gw yang cuma ga lebih lebar dari kolor mantan gini. Setelah curi-curi pandang, akhirnya gw saling bertemu mata dan berpandangan mesra sama modem pengangguran yang tergolek manja diatas meja, dengan macho-nya dia bilang ke gw "masukin aku, please masukin..." Akhirnya gw genggam modem dengan perlahan, gw nyalain laptop pelan-pelan, dan iman gw menyerah pasrah. Gw masukin. Iya, masukin modem ke laptop.

Dengan modal nekat dan niat yang ga bulat-bulat banget akhirnya ketik keyword "cara membuat blog" di google dannnnnnn... Akhirnya gw nge-blog juga!!! #DuniaHarusTau.

Gagasannya adalah karena gw mulai merasa ga cukup pake micro blog semacam Twitter yang cuma bisa muat 140 karakter sekali update-nya. Padahal di otak eh di logika pria (karena pria selalu main logika bukan perasaan) kayak gw gini banyak banget hal yang butuh banget di "meledakin". Blog ini pun murni buat kepuasan pribadi gw, buat nulis dan nge-share unek-unek di kepala gw karena harga diri gw lebih mahal daripada sekedar di ketawain penonton kalo gw nge-share unek-unek pas acara hipnotisnya Uya Kuya. Persetan dengan pembaca, karena "setiap penulis punya pembacanya sendiri". Walaupun cuma satu orang, itu ga masalah (iya gw doang yang baca tulisan gw. Ape lu!).

Asalan lain aku menulis.

Blog gw ini emang masih apa adanya banget, bukannya gw gaptek ga bisa ngebagusin tapi disini gw emang menguji kalian buat terima gw apa adanya, sesederhananya, dan semau gw nya (padahal emang gaptek). Satu lagi, gw ga merasa telat banget buat bikin blog karena emang sebenernya gw kenal blog udah dari lama, cuma mungkin baru dapet feel-nya sekarang. Toh cinta emang ga bisa dipaksain kan? #halah.


Cheers,
-GJG-