DareToCare bermula dari perbincangan melalui selular antara saya dengan Guruh Triadiyoga tanggal 22 Maret 2014. Guruh yang pemalas tapi selalu bijak merupakan kawan sekaligus komandan angkatan saya. Obrolan kami mengenai ajakan tentang keberanian untuk amal. Langsung saja saya membuat grup WhatsApp, karena membuat grup band sudah ga jaman.
Pamflet publikasi DareToCare. |
Pamflet tersebut dibagikan menurut keyakinan Guruh yang lebih tahu siapa saja yang merasa siap dan dalam kondisi sehat secara ekonomi, karena tujuan ini amal dan bersifat segera. Maka ga ada rencana panjang dan tanpa AD/ART. Bergabunglah 12 donatur (tks kawan-kawan). Kemudian grup WhatsApp dijadikan wadah untuk discuss mengenai program amal terkait modal dan pembagian dengan asas kemuliaan.
Discuss #1. |
Discuss #2. |
Discuss #3. |
Ya seperti itulah rapat mengenai konsep DareToCare, tenang tanpa harus hingar bingar di ekspose media, tanpa perlu acara charity megah di hotel mewah. Dari media WhatsApp, saling silahturahmi menjenguk saudara kami. Pada 26 Maret 2014, bergerak cepat kami membahas untuk membentuk tim kurir inti DareToCare, mereka diajak karena kredibiltasnya di aksi-aksi kemanusiaan sebelumnya.
Tim kurir Galih dan Guruh. Melalui Syamsi, kami pun bersilahturahmi dan merasa ada panggilan untuk membantu. Tks Syam! |
Donatur DareToCare pun bertambah menjadi 16 orang dan bulan berikutnya saldo juga ikut bertambah, Puji Tuhan. DareToCare ga punya kantor, bergerak dari WhatsApp, koordinasi kapan saja. Kami adalah kumpulan amal yang mengudara tanpa rumit, sulit, dan berbelit-belit.
COMING SOON
Selanjutnya pada akhir Oktober kemarin Pepi menanyakan lanjutan tentang grup ini. Karena Syamsi sudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Maka 1 bulan terakhir DareToCare vakum. Aku membuat kegaduhan bahwa memiliki konsep, bak gayung bersambut, maka Guruh langsung menanyakan apa konsepmu! Ya namanya juga konsep ibarat wacana, saya belum siap untuk menyampaikannya dengan berdalih masih proses pematangan konsep supaya tidak mudah disanggah mentah-mentah oleh para donatur.
Hingga saat ini pun belum aku sampaikan konsep itu. Tetapi dengan itu bukan berarti aku santai leyeh-leyeh, empat hari ini yang aku pikirkan hanya bagaimana mengutarakan konsep amal selanjutnya untuk DareToCare ini. Ketika bangun tidur aku langsung memikirkan konsep ini, sepanjang hari aku hanya mengerahkan segala daya-upayaku untuk DareToCare ini supaya tetap berlanjut, hingga ketika kembali tidur lagi aku masih memikirkan konsep, bahkan ketika tidur pun aku bermimpi bagaimana cara mulai mengutarakan konsep DareToCare. Mungkin kedengerannya lebay, tapi kawanku Guruh pasti sangat tahu, aku sudah terbiasa melakukan hal "gila" karena sering menjadi relawan ketika membantunya selama menjabat menjadi Komting 2007.
Apa yang ada di pikiranku saat ini? Hanyalah untuk meneruskan DareToCare, ayolah transfer-transfer sedekah lagi, semua bergerak membantu sesama, berapapun nominalnya. Aku bersyukur Syamsi tetap kuat hingga rejeki menghampirinya. Begitu juga adiknya (RIP) Zaenal, yang tetap melanjutkan kuliahnya di Teknik Lingkungan UPN. Mereka berdualah sosok yang dikirimkan oleh Tuhan untuk mengetuk hati kita. Selanjutnya?? Teruslah kita bertahan bergerak bersama melalui DareToCare untuk bareng-bareng mencari tiket ke surga, itu saja!
Sejak aku mampir ke salah satu panti asuhan di Selatan Selokan Mataram, Kota Yk, respon dari dalam nurani sungguh luar biasa! Bagaimana tidak, maka akan aku ceritakan sedikit kisahku.
Tubuh mungil itu seperti Tuhan yang menghadirkan untuk "mancing" kita.
Seberapa pantas sih kita masuk surga, kalau kita masih nyaman makan di McD, KFC, PizzaHut, Hoka Bento, Starbuck, habis ratusan ribu sekali kecap! Sementara kita hanya berdiam diri melihat tubuh-tubuh mungil itu dapat jatah makan dari pemerintah tidak lebih dari makanan burung.
Aku mengajak rekan-rekan donatur DareToCare untuk meneruskan kegiatan amal ini, amal jalanan, tanpa sangkutan angkatan, gap, bahkan parpol apapun! Backing kita cuma satu, GUSTI ALLAH, dengan inspirator sedekah modern seperti Ust. Yusuf Mansur. Aku sudah mengerucutkan siapa saja yang bisa menjadi sasaran penerima, berdasarkan prioritas, yaitu:
1. Panti asuhan anak cacat,
2. Panti asuhan bayi terlantar,
3. Panti asuhan yatim piatu,
4. Janda-janda tua dhuafa,
5. Anak-anak dewasa/orangtua sakit dan tidak mampu,
6. Biaya sekolah anak yatim dan dhuafa,
7. Tempat ibadah yang sedang dibangun,
8. Kebutuhan alat ibadah.
Maaf kalau aku rada menggurui, begitulah aku yang bingung menyampaikan konsep ini. Idealnya adalah konsep ini:
Nantinya, lokasi target bisa di Yk, Jkt, Kalimantan, atau di lokasi tempat para donatur berkarier. Kita semua donatur, kita kurirnya, demi Tuhan akan sampai ke mereka yang membutuhkan. Pembagian seperti sistem kita kemarin melalui discuss dan asas kemuliaan.
Semoga kita yang merupakan rakyat jelata dan ga kenal tokoh politik manapun mampu membentuk amal jalanan untuk tabungan kelak di kuburan kita semua. Semoga kita bisa sebagai penyalur bagi para saudara/kawan donatur lain yang tergerak untuk membantu tapi ga punya kesempatan melakukannya sendiri. Semoga kita bisa di-support oleh satu pihak, Gusti Allah, selesai semua urusan!
Salam,
-GJG-
Sebegitu tiba di panti asuh, aku ngobrol sebentar dengan ibu pengelola panti, sampai akhirnya aku ngelihat siapa yang ada dibalik lemari itu. Ibu pengelola panti itu langsung memperkenalkan ke aku.
Ini mas, perkenalkan namanya Lana. Dia paling pintar disini, sekolahnya juga pintar, sudah lulus SMA, bisa komputer, bisa pakai jilbab sendiri, Mbak Lana nih yang bantu kami mengelola yayasan ini. Lanjut ibu panti.
Aku memandang Lana, mungkin tadi bukan prestasi yang luar biasa sampai aku kemudian melihat sosoknya... gadis cantik, manis, berkulit putih, berambut panjang, dengan senyum yang mengembang... dan dia ga punya tangan. Aku bengong, takjub dengan sosok di depanku, anak ini luar biasa, dengan senyum dan tatapannya orang tidak akan menemukan kekurangan di dirinya.
Lana bercerita:
- Aku dulu seperti mereka (bayi-bayi) mas, mereka semua sempurna, aku cacat sejak lahir dan tinggal di panti ini.
- Sekarang ada 30 bayi yang dikumpulkan di panti daerah Kadirojo, Kalasan. Semua nasibnya sama dengan aku sejak kecil ga tau deh orangtua kami siapa.
- Oh ya, aku sekolah di sekolah biasa mas, aku ga mau dikasihani, SMP-SMA di Muhammadiyah biasa, aku ga minta meja khusus. Ku tulis semua dengan kakiku, bisa kok. Pikirku anak ini istimewa, seperti Yogyakarta. Semangatnya luar biasa.
- Bayi-bayi cacat ini lahir karena gagal aborsi, bapak-ibunya ga ngeharapin kehadirannya, segala macam cara dilakukan, namun ketika Tuhan Sang Pemilik Hidup berkata lain, tetap lahirlah mereka walau dalam kondisi cacat akibat ulah orangtuanya sendiri.
- Ini namanya Risti mas, Risti bayi yang ga punya lubang dubur 6 bulan lalu masih disini, dibuatkan lubang diperutnya. Coba deh pegang tangannya mas, dia pasti mau merangkak-rangkak keluar dari boks yang menghalanginya.
- Siapa lagi mas yang mau merawat mereka? Kami disini bertekad menjaga mereka. ini amanah dari Tuhan. Mereka tetap manusia walau cacat diseluruh tubuhnya.
- Aku tiap hari disini mas, bantu ibu-ibu pengelola yayasan ini. Aku bisa lakukan semuanya kok, ngetik, internet, pakai hp aku bisa semua pakai kakiku. Tuhan itu Maha Adil mas, di setiap kekurangan yang dimiliki manusia, pasti ada kelebihannya. Astaaaagggggga, Lana ini luar biasa, malu aku jika kalah dengan semangatnya.
- Jatah biaya makandari pemerintah hanya Rp 2.500,- per anak per hari mas. Bayangkan mas, dengan makanan burung saja mahal makanan burung.
Lana, aku tiba-tiba melihat dia begitu sempurna... seperti ada tanga yang tumbuh keluar dari hatinya... tangan yang indah yang bisa memeluk bayi-bayi malang di dalam sana... seperti sayap yang dimiliki ibu yang mengasihi anak-anaknya. Malu aku jika melihat semangatnya! Tanganku kalah tangkas dengan semangat yang keluar dari tubuh ga bertangan itu.
Saat ini ada 19 bayi normal dan 30 bayi cacat di panti asuhan yang aku lupa nama pantinya. Mereka berjuang dengan bantuan pemerintah yang tidak seberapa (2.500/hari/anak) dan dari donatur! Saat ini hanya ada 2 donatur tetap disini, selebihnya adalah donatur tidak tetap yang datang silih berganti, ga bisa dijagakan setiap hari.
Sekian ya.Setelah saya renungkan, saya memberanikan diri untuk menulis ini. Bahkan lagi menggodong supaya kisah ini bisa dijadikan materi konsep untuk lanjutan DareToCare. Mari kita bantu, niscaya Surga untukmu!
Tubuh mungil itu seperti Tuhan yang menghadirkan untuk "mancing" kita.
Seberapa pantas sih kita masuk surga, kalau kita masih nyaman makan di McD, KFC, PizzaHut, Hoka Bento, Starbuck, habis ratusan ribu sekali kecap! Sementara kita hanya berdiam diri melihat tubuh-tubuh mungil itu dapat jatah makan dari pemerintah tidak lebih dari makanan burung.
Aku mengajak rekan-rekan donatur DareToCare untuk meneruskan kegiatan amal ini, amal jalanan, tanpa sangkutan angkatan, gap, bahkan parpol apapun! Backing kita cuma satu, GUSTI ALLAH, dengan inspirator sedekah modern seperti Ust. Yusuf Mansur. Aku sudah mengerucutkan siapa saja yang bisa menjadi sasaran penerima, berdasarkan prioritas, yaitu:
1. Panti asuhan anak cacat,
2. Panti asuhan bayi terlantar,
3. Panti asuhan yatim piatu,
4. Janda-janda tua dhuafa,
5. Anak-anak dewasa/orangtua sakit dan tidak mampu,
6. Biaya sekolah anak yatim dan dhuafa,
7. Tempat ibadah yang sedang dibangun,
8. Kebutuhan alat ibadah.
Maaf kalau aku rada menggurui, begitulah aku yang bingung menyampaikan konsep ini. Idealnya adalah konsep ini:
Tentang obat yang belum terbeli,
beras dan lauk yang belum terbayar.
Tentang susu dan makanan bayi yang habis esok hari,
juga biaya sekolah yang masih tertunda.
Tentang bangunan panti, serta tempat tinggal bersama yang harus ditambah luasnya.
DareToCare menyampaikan titipan dari langit, tanpa perlu rumit, sulit, dan berbelit-belit.
Nantinya, lokasi target bisa di Yk, Jkt, Kalimantan, atau di lokasi tempat para donatur berkarier. Kita semua donatur, kita kurirnya, demi Tuhan akan sampai ke mereka yang membutuhkan. Pembagian seperti sistem kita kemarin melalui discuss dan asas kemuliaan.
Semoga kita yang merupakan rakyat jelata dan ga kenal tokoh politik manapun mampu membentuk amal jalanan untuk tabungan kelak di kuburan kita semua. Semoga kita bisa sebagai penyalur bagi para saudara/kawan donatur lain yang tergerak untuk membantu tapi ga punya kesempatan melakukannya sendiri. Semoga kita bisa di-support oleh satu pihak, Gusti Allah, selesai semua urusan!
Salam,
-GJG-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar