Seberat-beratnya
perjuangan ngangkat barbel pake titit,
masih lebih berat perjuangan mahasiswa
yang sedang garap tugas akhir.
Saya
menyebutnya Tugas Akhir (TA) supaya artikel ini universal, bisa berlaku untuk
mahasiswa D3. Serta ga berhak sombong untuk menyebut disertasi atau apalah itu
yang sejenisnya.
Banyak
problem ketika akan menggarap TA, apalagi kalau kamu baru the end sama pasanganmu. Bisa juga ketika sedang TA-TAnya semangat
jiwamu, orangtuamu di kampung angkat tangan soal biaya dan kamu harus menulis
TA sambil part time di warung kopi
atau jaga warnet.
Ini
tertulis dari pola otakku yang sedemikian longgar, tapi berwawasan kepaksa
karena juga sedang mengalami masa-masa suram garap TA. Ternyata sebetulnya problem
umum bikin TA adalah kekaburan si pembuat TA mengenai beda topik dan tema.
Harus jelas bedanya. Topik adalah pokok bahasan. Biasanya cuma satu kata, yakni
kata benda maupun gerund (kata benda
bentukan dengan imbuhan ke-an). Rokok, permen, meja, dll kata benda, atau gerund seperti ke-cantik-an,
ke-gemuk-an, dll. Bentukan ke-an bisa dijadikan topik.
Pilihlah
topik yang kamu betul-betul suka. Atau kalau diberi pilihan oleh pembimbing,
pilihlah yang kamu masih ada suka-sukanya. Kalau kamu ga suka karedok, tapi
masih suka kacang panjang, kol, dan timun…ya sudahlah embat saja daripada kamu
makan serabi yang ga ada timun-timunnya sama sekali itu. Dalam falsafah Ki
Ageng Suryo Mentaram (dari Bukunya Sujiwo Tejo), yang disebut mulur mungkret intinya seperti itu juga.
Pilihlah yang kamu paling suka, seapes-apesnya masih ada yang kamu sukai.
Mungkin dulu kamu berangan-angan menikahi perempuan yang putih muluuuss dan
kecantikannya gabungan antara Tika Putri, Asia Carera, dan Britney Spears,
tetapi ternyata ga dapet. Ya nikahlah dengan wanita asalkan putih mulus. Kalau
ga ada wanita yang putih mulus, ya nikahlah sama wanita. Kalau ga ada wanita,
ya nikahlah dengan apapun lawan jenis asalkan hidup. Begitu juga dengan topik.
Jangan terlalu maksakan yang kamu suka. Pilihlah usulan-usulan topik pembimbing
dengan ilmu mulur mungkret.
Tapi
jika kamu suka banget, suka puoool terhadap
suatu topik, dan yakin bisa all out ngerjain
karena suka, ngototlah pada pembimbing akan topik itu. Makanya jangan sampai
musuhan sama dosen pembimbing. Percaya deh…mending kamu musuhan sama FPI
daripada musuhan sama dosen pembimbing. Kalau kamu ga musuhan, kamu bisa
ngentot (eeeh ngotot) mengajukan topik yang kamu sukai. Gimana? Pusing? Kalau
pusing mending hang out dulu, siapa
tahu disana kamu ketemu minimal wanita yang putih muluuuussss. Hhh…
Ada
pun (cieeeeileeh bahasanya sok yoi). Tema adalah apa yang ingin kamu kerjakan
dari suatu topik. Paling enak tema adalah kalimat dengan kata kerja aktif.
Katakanlah tema itu adalah gimana perempuan yang sudah menikah 10 tahunan atau
seorang janda kembang bisa tetap aktif di ranjang. Itulah kalimat tema. Tema
inilah yang akan membedakan TA seseorang dengan lainnya, meski topiknya sama,
yaitu “perempuan”. Dari topik “perempuan” kita bisa bikin tema:
1) Sanggama
dengan perempuan sangat merepotkan.
2) Mengecilkan dada perempuan bukan tidak bermasalah, bisa juga ditentang.
2) Mengecilkan dada perempuan bukan tidak bermasalah, bisa juga ditentang.
Wah buaaaanyaak banget tema yang kita bisa buat
dari topik “perempuan”. Coba deh kalian bikin tema sendiri, lalu chat-private messages ke aku.
Oke, tks atas usulan tema-temamu wahai dosen pembimbingku yang non-mainstream. Aku lanjutkan yaa…
Dengan topik yang kamu suka, dan dengan tema yang bisa mengarahkan kerja penulisan,
sebetulnya TA-mu uda 90% rampung. Judul
gampang. Setelah topik dan tema ketemu, penjudulan bisa kalian pikir-pikir
sambil main, jalan-jalan, dekapan, dll.
Ini
kelihatannya remeh-temeh. Tapi masih banyak yang pemahamannya rancu soal topik
dan tema. Di perpus apalagi, buaaaanyyaaaak banget yang nyebut tema, padahal
maksudnya topik. Dengan topik aja kamu ga bisa mulai garap TA. Contoh, dengan topik “rokok”…modyaarr kamu mau nulis
TA apa dan gimana? Contoh tema dari topik rokok: “Saya ingin menulis pendapat
pengasong rokok di Pulau Tarakan…” dll. Setelah topik “rokok” kamu kasih tema,
misalnya: Saya ingin menjelaskan lika-liku industri rokok di Kudus… Baru kamu
dapat menulis TA.
Once again, sampai sekarang tema
dan topik masih rancu. Banyak spanduk seminar mencantumkan tema: Narkoba. Lha
ini sebetulnya baru topik, bukan tema. Dengan tema seminar “Narkoba”, pembicara
dan panitia bingung mau ngomong segi apanya? Itu topik dan masih luas banget.
“Mencegah meluasnya penyalahgunaan Narkoba di lingkungan rumah sakit”, nah itu
baru tema. Artinya kita dikasihtahu harus ngapain dengan topik Narkoba.
Aku
bukannya mau merendahkan pelacur. Aku cuma mau cerita, Juni 2013 waktu ikut
kawan-kawan dari Stupid Again (SAYKpunx) meliput pelacuran di jalur Pantura
dalam misi pembuatan videoklipnya, ada seorang perempuan yang tatapannya kosong
dan diam saja disuatu pagi di rumah bordir. Saya Tanya kenapa kok diam saja.
Lalu jawabannya? “Wah, hari ini saya ga punya tema, Mas,” katanya.
Hah…gila. Masa’
mahasiswa kalah dengan pelacur bisa ngomong seperti itu karena pergaulannya
yang luas dengan para penyair dari Yk, Bdg, maupun Cirebon (Crb). Dia ga bisa
berbicara, bukan karena ga punya topik, tapi karena ga punya tema. Dia mending
ga berbicara daripada ngomong ngglambyar
(melebar). Jadi jangan ngglambyar sampai
ke pasar-pasar dan jalan tol kan, tapi ada batas yang jelas karena bola memiliki
tema.
Intinya
kalau skripsi S1 tuh bagaimana menerapkan rumus. Tesis S2 bagaimana menggunakan rumus untuk keperluan lain serta mengkait-kaitkan hubungan rumus yang satu
dengan yang lain. Disertasi S3 bikin rumus. S1 adalah lapangan bola, S2 adalah
kotak penalti, S3 adalah titik penalti. Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin
sempit ruang lingkupnya, semakin jelas temanya. Karena itu semakin tajam dan
menentukan. Jadi sebelum menendang gol melalui titik S3, selesaikan dulu TA-mu di
tingkat lapangan. Bayangkan bahwa kekasihmu sedang melambai-lambai di pinggir
lapangan bola dengan rambut ekor kuda, berkacamata hitam, dilapisi jaket jins bermotif leopard dan melonjak-lonjak
menyaksikan pergumulanmu dengan wasit, yaitu dosen pembimbingmu. Sekian ~
Cheers,
-GJG-