Senin, 25 Februari 2013

DRUNK STORY

gojoingo's drunk story:
Remember, when my hardlife 2002 till 2007.

The way so far, the way so black. I couldn't see, how this could be. I drink too much, i couldn't breath. Please help me guys, for my fucking future...

Please help me stop this tears. I cry when i think my parents. If I die and will be die like this, so pathetic and so wrong. Alcohol in my... (fuck my head & kick my ass).

And soon it will be gone. I wish another day.

Cheers,
-GJG-

Minggu, 24 Februari 2013

INSPIRATIF

Kisah tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan sering kali memenangkan penghargaan petani dengan jagung terbaik sepanjang musim.

Suatu hari, seorang wartawan dari koran lokal melakukan wawancara dan menggali rahasia kesuksesan petani tersebut.

Wartawan ini menemukan bahwa petani itu membagikan benih jagungnya kepada para tetangganya.

"Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda, lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama setiap tahunnya?" tanya wartawan, dengan penuh rasa heran dan takjub.
"Tidakkah Anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawa dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka kualitas jagung saya akan menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula," jawab petani. 
Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas jagungnya, jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal yang sama.

Dalam kehidupan, mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan pada orang-orang di sekitarnya. Jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan untuk orang lain. Jika Anda ingin hidup dengan kemakmuran, maka Anda harus berusaha meningkatkan taraf hidup orang-orang di sekitar Anda.

Anda tidak akan mungkin menjadi ketua tim yang hebat, jika Anda tidak berhasil meng-upgrade masing-masing anggota tim Anda. Kualitas anda ditentukan oleh kualitas orang-orang disekitar anda.

Orang Cerdas sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain, begitu pula orang yang baik adalah orang yang berbuat kebaikan bagi orang lain.

Apa yang kita tanam, itulah yang kita petik kelak. Tidak lebih....tidak kurang...pas.


Salam, 
-GJG- 

James Bender dalam bukunya, "How to Talk Well" 
[New York; McGray-Hill Book Company,Inc., 1994].

Selasa, 19 Februari 2013

PUSTAKA #1 (pola sebaran dan kemenerusan sayap barat antiklin palaran)

Geometri lapisan batubara khususnya pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara di lokasi penelitian, sekitar lokasi penelitian, dan regional saling berkaitan karena masih menjadi satu kesatuan dalam proses-proses geologi sebagai pengendali utama pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara.

Silahkan klik.


Salam,
-GJG-

Jumat, 15 Februari 2013

UP THE PUNK (aceh's topic)

Sebelum saya berpanjang-panjang menulis posting tak penting ini, saya nyatakan dulu satu hal yang pasti:
- saya seperti kawan-kawan kebanyakan, tak sepakat dengan fenomena razia, pemukulan, penggundulan dan bentuk pelecehan lainnya yang dilakukan oleh polisi syariah di Aceh pada Desember 2011 silam. Tak ada manusia yang layak diperlakukan demikian hanya karena stigma yang datang dari penampakan dan perilaku yang tidak sesuai (konon) dengan adat/norma setempat. -

Tapi ada beberapa catatan yang baiknya saya mulai dengan yang pertama; kasus ini tidak sesederhana yang media gembar-gemborkan. Ada kompleksitas tersendiri dimana sulit dipahami oleh awam yang tidak sempat berada di dalam scene punk dimanapun. Tidak juga oleh Propagandi atau Rancid yang memberikan pernyataan mereka (gambar bawah). Indikator sederhananya sebut saja satu; Tidak adanya aksi solidaritas di tataran Aceh juga menimbulkan pertanyaan. Banyak faktor memang, kondisi yang tak memungkinkan misalnya. Namun dari perbincangan dengan beberapa kawan, nampaknya faktor keterasingan komunikasi dan ketidakkesepakatan atas aksi-aksi kultural komunitaslah yang menjadi penyebab.


Saya yakin, terdapat banyak kawan-kawan Punk di Aceh sana sejak rejim Soeharto berakhir, bahkan saya yakin scene di Aceh sudah mulai ada dan luar biasa aktif di penghujung 90-an dan awal 2000-an. Tidak hanya karena keadaan tidak mengijinkan lalu mereka tidak melakukan sesuatu, apalagi hanya sekedar aksi solidaritas. Jika dahulu tidak pernah ada masalah dengan masyarakat lalu mengapa tidak juga sekarang? Oke, faktor polisi syariah, tapi saya yakin bukan hanya itu. Pasti ada sesuatu. Paling tidak saya bisa berkaca pada keadaan di kota kami sendiri dan dimana ‘Punk’ bukan lagi sesuatu yang harus saya bela sebagai identitas, namun lebih sebagai semangat.
Saya tidak mengidentikkan lagi ‘punk’ sebagai identitas, sejak penampakan itu dipakai dengan sesuatu yang tidak saya sepakati, mulai dari mohawk yang menjadi trend fashion yang ngga banget (band-nya Ahmad Dhani misalnya) hingga wujud ‘punk’ yang berkeliaran disudut kota sebagai pengamen (sejak kapan punk meminta belas kasihan?) dan memalak orang, apatis terhadap pergulatan komunitas sekitarnya, termasuk menjadi fasis geng yang sungguh sama sekali tidak ‘punk’.
Inilah jawaban dari share blog saya yang perdana yaitu Straight Edge (silahkan klik link). Jawaban yang sesungguhnya mengapa saya (GJG/join.red) memaknai, menjalankan, dan berkomitmen terhadap paham straight edge sejak 2007 hingga saat menulis ini yaitu mampu berhenti dari rokok, jauh dari alkohol, dan agak netral dari beer. Saya tidak memungkiri di umur saya yang belia ini, semenjak 2002 saya sudah merasakan hal-hal tersebut di pulau kecil yang menyerupai bentuk koma pada kenampakannya di Peta Indonesia. Hasil dari proses selama menjalani paham tersebut adalah cercaan, ocehan, diakhiri dengan sanjungan bertubi-tubi dari orang terdekat yang merasa bla…bla…
Saya meninggalkan identitas punk, tetapi rutinitas pagi di playlist selalu berisikan distorsi-distorsi dari karya Rancid, dll. Hal ini supaya semangat punk selalu hadir untuk mengawali dan mengarungi aktifitas harian saya.
Oke untuk mencegah OOT/out of topic (bahasa yang sering digunakan kawan saya, sebut saja dia Matty), maka saya akhiri backflute ini untuk lanjut mengenai topik.
Catatan lainnya cukup mengagetkan sebenarnya, mengingat ini terjadi pada komunitas yang mengidentifikasikan diri dengan kata dan makna ‘PUNK’. Catatan yang agaknya perlu sama-sama kita renungkan mengingat menjadi ‘punk’ adalah sebuah pilihan yang bukan tanpa resiko apapun makna yang kalian tempelkan disitu. Dimana pilihan itu sudah seharusnya datang dengan konsekuensi yang sudah diperkirakan, dimana (layaknya sebuah pilihan) harus dipertahankan oleh mereka-mereka yang yakin dengan pilihannya. Sehingga menjadi cengeng saat konsekuensi itu datang sangatlah aneh.

Lepas dari beberapa catatan usai mengumpulkan info tentang Aceh perihal fenomena ini, ada sesuatu yang agak absurd. Lagi-lagi dengan catatan; ini terjadi dengan mereka yang mengaku ‘punk’, bukan sebuah ke-profesian khusus lain (misalnya tukang baso) yang tidak ada makna-makna pembangkangan khusus melekat didirinya.
  • Bakso disini bukan juga Bakso Idola yang anda (Matty dan Geppy.red) perdebatkan dengan saya barusan saat anda membuyarkan konsentrasi ketika saya menulis ini. No problem, at least kehadiran anda sedikit membuka wacana, antara lain: Era Soe(karno/harto), Dhani, Ibas yang sok menjaga trah Sarwo Edi, Monas yang di bersihkan untuk menyambut orang siap gantung (baca: Anas), Nazar, Presidenmu yang berpolitik riot dengan mengalihkan isu Lapindo, Golkar yang mana PNS era dulu wajib memilih Golkar (gimana Cendana Family ga 32 tahun), Bu Mega yang lebih baik minang cucu, hingga saya nge-growl demi kemajuan TA kalian. So, enjoy your dissertation buddy!

Pertama; saya tak melihat adanya perlawanan signifikan dari mereka yang di-razia plus plus itu kemarin. Pada sebuah potret mereka digunduli, dimasukan ke kolam dengan nerimo. Cukup aneh sebagai penerimaan atas nasib, bukankah kawan-kawan sudah seharusnya melawan jika memang itu semua adalah pilihan hidup yang kalian pilih, bukankah kawan-kawan sepakat bahwa hidup kalian adalah milik kalian yang tak ada seorangpun bisa mendiktenya kecuali tentunya kawan menjadi punk hanya pilihan dilematis dari sedikitnya pilihan menjadi diri sendiri. Mungkin saya salah, mungkin kawan-kawan disana melawan seadanya, namun saya melihat kawan-kawan masih sehat walafiat, masih bisa berdiri dan, ajaibnya, rela masuk kamp rehabilitasi. Jika konon menjadi diri sendiri itu sama pentingnya dengan mempertahankan isi perut, mengapa untuk sekedar kebebasan berekspresi yang melekat pada tubuh kawan-kawan disana tidak bisa mencontoh mereka yang berjuang hidup mati untuk isi perut mereka. Dari Kebumen hingga Mesuji bertebaran tauladan bagaimana mempertahankan sesuatu yang berarti penting bagi hidup kita. Kecuali memang arti itu tak sepenting yang kita perkirakan.


Catatan terakhir; soal respon ‘punk’ yang sungguh pula aneh untuk ukuran scene yang besar dengan tradisi melawan otoritas. Melakukan aksi solidaritas itu penting. Berguna untuk menunjukkan eksistensi dan simpati lintas komunitas dan mengirim sinyal kepada mereka yang ditahan bahwa mereka tidak sendirian.  Namun melakukan aksi yang mirip aksi-aksi usang ala mahasiswa, dengan mendatangi kantor kepolisian atau simbol-simbol kekuasaan, lengkap dengan statement seolah mereka adalah institusi yang layak diakui adalah sesuatu yang absurd. Jika letak pentingnya aksi solidaritas hanya untuk mengakui betapa pentingnya mereka sehingga harus kita datangi sekalipun untuk kita protes, maka sama artinya kita mengakui bahwa eksistensi kita berada ditangan mereka dan kita memelas meminta mereka untuk tidak berlaku tidak adil pada kita. Secara tidak langsung menunjukkan pada khalayak seolah perubahan akan terjadi jika kita memintanya pada otoritas. Sesuatu yang sama-sama kita sepakati sejak lama; tak akan pernah terjadi.

Bukankah selalu ada alternatif lain selain mendatangi otoritas dan meminta mereka berhenti melakukan pelanggaran? dan siapa pula target (aksi) komunikasi kita? apakah otoritas? atau masyarakat lain yang sebenarnya lebih layak kita ajak dialog perihal eksistensi kita (jika memang inti aksi ini melempar wacana soal perbedaan).

Sesuatu yang paling menggelikan adalah aksi seminggu kemarin yang terjadi di Yogyakarta (YK), dimana sekelompok ‘anak punk’ (ow em ci!!!, i hate that fukkin term!!!) mendatangi Polresta dengan statement-statement yang oxymoron. Mulai dari penamaan elemen aksi mereka; Masyarakat Punk YK (oh dewa marmot, ampuni kami!!) hingga pernyataan kepada kepolisian seolah punk memelas untuk dimengerti; “Kami hanya pakaian dan rambut yang dinilai urakan. Hati dan perilaku tetap santun dan soleh.”  cmon dude, do you really have to say that to fukkin cops???

Meminta masyarakat YK tidak terlalu apriori terhadap komunitas ‘punk’ pun sama oxymoron-nya. Karena penerimaan tidak terletak pada kata-kata, namun pada pembuktian dari hari ke hari dimana komunitas terlibat dalam pergulatan masyarakat dalam membangun pilar-pilar kehidupan bersama. Berkoar-koar berteriak didepan masyarakat tentang bagaimana hebatnya punk, tidak membuat kalian menjadi punk dan kemudian diterima diluar sana.
Buatlah band, buat gigs, rilis rekaman kalian, buatlah zine dan media kalian sendiri, berjejaringlah, jaga teman kiri-kanan dan keluarga kalian, bangun kemandirian komunal, organisirlah komunitas kalian, bergabunglah dengan mereka yang tidak beruntung di hidup ini, lawan otoritas yang menindas tanpa pandang bulu, bersenang-senanglah dengan passion kalian. Meski diluar sana kenyataan tak sesederhana itu, tapi paling tidak; at least those are things that make you punks. Berhentilah mengemis legalitas dan penerimaan. Respect is not a gift, its something you earn.
Terakhir, mengutip orasi sang orator lapangan; “Silakan bapak polisi geledah tas anak Punk. Tak sedikit dari mereka isinya sajadah dan kopiah untuk alat sholat. Kami masih berfikiran sehat, pak polisi,” tegasnya. Wait the fuck up…!!!  jadi dengan kata lain mereka yang tak memiliki alat sholat itu tidak berfikiran sehat dan layak diperlakukan tidak adil? Lagipula -tanpa mengesampingkan fakta banyak kawan-kawan yang relijius, bukankah simbol-simbol ‘kepribadian berakhlak’ ala maisntream adalah sesuatu yang kita lawan? Bukankah inti menjadi punk itu mengingatkan kita untuk meyakini pilihan kita sendiri? apapun itu, relijius atau tidak, stand up for what you believe in!


Apapun yang kawan-kawan yakini, jalani keyakinan kalian dengan kepala tegak. Tak ada aturan bahwa menjadi punk harus menjadi atheis, jadi jalani lorong spiritualitas kalian, peduli setan apapun yang orang katakan (seperti lagunya alterego “Whatever You Say”). Begitu pula sebaliknya, jika kalian yakin bahwa menjalani hidup tanpa keimanan bisa menjadikan kalian nyaman dengan apa yang kalian hadapi, mengapa pula harus mendengar petuah yang kalian sendiri tak yakini, termasuk masuk ke camp rehabilitasi. Diluar sana, gonjang-ganjing ini mengerucut pada debat tak berujung berkepanjangan sampai minggu lalu dan stigmatisasi baik pada ‘Punk’ maupun ‘Islam’ (yang direpresentasikan polisi syariah). Jangan terperangkap di wilayah itu, menjadi punk bukan kriminal, dan tidak pula menjadi seorang muslim  yang di beberapa pojokan diluar sana diperlakukan mirip kasus di Aceh. (Beberapa situs diskriminatif anti-toleransi mempergunakan isu Punk Aceh ini untuk mendiskreditkan Islam). Selama menjadi minoritas, akan selalu ada waktu dimana kalian melewati hari-hari cadas. Yang pasti sekali lagi; menjadi cengeng sama sekali tidak punk dalam menerima konsekuensi. Fight for it.


Yes, that’s me wrote all that crap. Mengemis penerimaan pada otoritas bukanlah sesuatu yang menyebabkan punk eksis di muka bumi. Now i sound too politicaly-correct, But fuck it, Lets make punk a threat again. Up the punx!

  • Maaf kepada pembaca. Jujur saya nasrani, tulisan ini bentuk opini saya terkait ‘punk’ bukan khotbah ke seluruh umat yang menyudutkan Islam. Thx for attention.
  • Saya besar bersama semangat ‘Punk’ yang saya ketahui. Sedikit banyaknya berjasa membentuk dan membuat saya sampai di hari ini. Satu-satunya kontribusi balik saya bagi Punk adalah berbagi nilai-nilai yang saya pahami dan sepakati dengan beberapa lainnya. Senihil apapun makna itu hari ini. Saya kadung yakin bahwa punk bukan sekedar pilihan selera musik. Saya lebih menekankan pada tulisan kemarin adalah soal prinsip non-kooperasi dengan polisi syariah. Bukan hal Islam-nya. Saya tak punya hak mengganggu gugat bagaimana seharusnya mereka memainkan musik, harus bersuara seperti apa musik mereka, atau harus terlihat seperti apa mereka. Thats pointless, kebebasan berekspresi sudah seharusnya mutlak milik mereka, ini bukan era Soe(karno/harto) lagi yang seperti barusan diingatkan oleh Matty dan Geppy.



Cheers, 
-GJG-

Referensi: gutterspid-herrysutresna-bangucok dan media online aceh.
Sumber gambar:  Hai-online magazine dan media online aceh.

PENGGUNAAN GPSMAP 76CSx (guidance book)



PENDAHULUAN

GPS adalah alat yang sangat penting bagi geologist yang sedang melakukan eksplorasi batubara di suatu tempat, digunakan sebagai alat navigasi. Sebelum memulai navigasi ada baiknya kita mengenal bagian-bagian dari GPS (dalam hal ini digunakan GPSMAP 76CSx).


BAGIAN-BAGIAN GPSMAP 76CSx



PENGGUNAAN GPS DALAM EKSPLORASI BATUBARA

Hal-hal yang perlu dilakukan geologist dalam penggunaan GPS untuk melaksanakan kegiatan Eksplorasi Batubara:
1.  Membuat dan Menggunakan Waypoint.
2.  Memproyeksikan Waypoint.
3.  Menggunakan Tracks Menggunakan Routes.


1.  Membuat dan Menggunakan Waypoint

Sebelum memulai navigasi kita perlu memastikan GPS telah menyala dan menerima signal satelit dengan maksimal.

  • Waypoint suatu daerah dapat direkam di dalam GPS. Waypoint tersebut dapat di lihat kembali dan dapat muncul dipeta yang tersedia di GPSMAP 76 CSx.
  • Setelah kita sampai di suatu tempat yang akan kita rekam dan telah di pastikan signal satelit telah maksimal (minimal 3 signal) yang harus di lakukan adalah menekan tombol Mark pada GPS.
  • Tentukan symbol dan nama yang di inginkan sesuaikan dengan nama stopsite di lokasi tersebut. OK.
  • Untuk memunculkan posisi yang di rekam ke peta, pilih Map.


2.  Memproyeksikan Waypoint

Memproyeksikan Waypoint adalah menentukan arah waypoint yang akan kita tuju, dimana waypoint tersebut telah kita ketahui dan di masukkan ke GPS:
  • Tekan FIND pada key yang tersedia untuk membuka find menu. 
  • Pilih waypoint icon, dan tekan ENTER untuk membuka halaman waypoint
  • Pilih waypoint yang di inginkan, dan tekan ENTER.
  • Tekan Tombol MENU untuk membuka Option Menu.
  • Pilih Project Waypoint, dan ENTER.
  • Masukkan arah dan jarak waypoint yang diproyeksikan, dan cari menggunakan Kompas/SUUNTO Azimuth.





3.  Menggunakan Tracks

Tracks digunakan untuk mengetahui jalur yang telah kita lewati, track akan terputus apabila signal satelit tidak ditemukan.
  • Untuk memulai Track, tekan tombol Page hingga muncul tampilan Main Menu berikut:

  • Pilih Tracks kemudian ENTER.
  • Pilih On untuk di tandai tekan ENTER.
  • Kemudian Tekan Quit dan GPS siap digunakan.


4.  Menggunakan Routes

Routes digunakan untuk menampilkan sebuah IUP yang telah diketahui koordinatnya dan di masukkan kedalam GPS, sehingga dapat menampilkan Areal IUP sebagai lahan tempat melakukan Eksplorasi Batubara.
  • Untuk memulai Routes, tekan tombol Page hingga muncul tampilan Main Menu berikut.
  • Pilih Routes, dan ENTER
  • Setelah dipilih Route yang di inginkan pilih Map dan ENTER.

Salam,
- GJG | S. Nalendra -

Rabu, 13 Februari 2013

KENDALI KARAKTER

"Kebanyakan orang mengatakan intelektualitaslah yang membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka salah, yang membuatnya hebat adalah karakter" - Albert Einstein.

Jenderal H. Norman Schwarzkopf pernah mengatakan, "Kepemimpinan adalah kombinasi yang sangat kuat dari strategi dan karakter. Namun jika harus memilih salah satunya, pilihlah karakter."

Karakter dan kredibilitas selalu berjalan bersama. Kepemimpinan tanpa kredibilitas cepat atau lambat akan hancur.

Lihat saja kepemimpinan yang diguncang oleh skandal korupsi, sex atau hak asasi manusia, seperti yang terjadi pada mantan presiden Amerika, Richard Nixon, Bill Clinton atau para petinggi perusahaan Enron yang memanipulasi data keuangannya.

Karakter membuat kita dipercaya dan rasa percaya membuat kita bisa memimpin. Seorang pemimpin tidak pernah membuat komitmen kecuali ia melaksanakannya dan ia benar-benar melakukan segalanya untuk menunjukan integritas, sekalipun hal itu tidak nyaman baginya.

Seorang pemimpin berkarakter kuat akan dipercayai banyak orang. Mereka mempercayai kemampuan pemimpin tersebut untuk mengeluarkan kemampuan mereka yang tertahan.

Jika seorang pemimpin tidak memiliki karakter yang kuat, ia tidak mendapatkan respek dari pengikutnya. Respek diperlukan bagi sebuah kepemimpinan yang bertahan lama. Seorang pemimpin memperoleh respek dengan mengambil keputusan yang berani dan mengakui kesalahannya. Ia juga lebih mendahulukan kepentingan terbaik pengikut dan organisasi dibandingkan kepentingan pribadinya.

Kepercayaan adalah dasar kepemimpinan. Rusak kepercayaan, berakhir pulalah sebuah kepemimpinan.


Salam,
-GJG-


Repost from mailist geologipangea07.

Selasa, 12 Februari 2013

THE KUTEI BASIN (Ott dalam Satyana)

Antiklinorium Samarinda adalah jalur-jalur antiklin di bagian timur Cekungan Kutei, Kalimantan Timur dari daratan sampai lepas pantai, membentuk jalur-jalur sejajar berarah selatan baratdaya-utara timurlaut selebar sekitar 125 km dan sepanjang sekitar 400 km. Jalur-jalur antiklin ini menjadi tempat lapangan-lapangan minyak dan gas di Cekungan Kutei. Asal kejadian Antiklinorium Samarinda telah dibahas oleh banyak peneliti yang melibatkan banyak mekanisme, misalnya: kompresi yang berasal dari benturan mikrokontinen Banggai-Sula di sebelah timur Sulawesi (van de Weerd dan Armin, 1992-AAPG Bull), inversi oleh dua sesar mendatar besar yang mengapit Cekungan Kutei di sebelah selatan (Sesar Adang-Paternoster) dan sebelah utara (Sesar Mangkalihat) (Biantoro dkk., 1992-IPA Proc), detachment folding above overpressured sediments (Chambers dan Daley, 1995-IPA Proc), differential loading on deltaic sediments and an inverted delta growth fault system (Ferguson dan McClay, 1997-IPA Proc).

Mekanisme dari van de Weerd dan Armin (1992-AAPG Bull) tidak terbukti karena bagian utama Selat Makassar di sebelah tmur Kalimantan Timur sama sekali tidak menunjukkan gejala-gejala komprei, sehingga tidak ada propagasi gaya kompresi dari benturan mikrokontinen Banggai-Sula menerus sampai Cekungan Kutei lalu membentuk Antiklinorium Samarinda. Penjelasan dari Biantoro dkk (1992-IPA Proc) tidak sesuai karena regional wrenching dari dua sesar mendatar besar tidak akan membentuk antiklinorium sampai selebar 125 km dan sepanjang 400 km, itu mungkin hanya akan membentuk pop-up structure tunggal. Penjelasan dari Chambers dan Daley (1995-IPA Proc) dan Ferguson dan Mc Clay (1997-IPA Proc) benar pada aspek pembentukan struktur secara individu, tetapi tidak menjawab pembentukan Antiklinorium Samarinda secara keseluruhan.


Penjelasan yang memuaskan secara regional dan komprehensif, menurut hemat saya diajukan oleh van Bemmelen (1949-the Geology of Indonesia), Rose dan Hartono (1976-IPA Proc) dan kinematika struktur/tektoniknya didetailkan oleh Ott (1987-IPA Proc). Ketiga publikasi ini menggunakan gliding tectonics atau gravity sliding dalam pembentukan Antiklinorium Samarinda. Penyebab utama kinematika ini adalah terangkatnya Tinggian Kuching pada Oligo-Miosen di sebelah barat Cekungan Kutei yang kemudian dikompensasi secara gravitasi dan volumetrik oleh menurunnya Cekungan Kutei ke sebelah timur. Sedimen molasse dari Tinggian Kuching yang didominasi oleh sedimen halus pada Miosen Awal diendapkan di Cekungan Kutei dan telah membentuk decollement atau detachment surface yang merupakan floor thrust untuk sedimen-sedimen yang lebih muda di atasnya terdeformasi secara thin-skinned tectonics sambil berprogradasi diendapkan ke sebelah timur membentuk Antiklinorium Samarinda. Kinematika gravity sliding ini masih terjadi sampai sekarang di bagian paling timur Cekungan Kutei yang membuka ke Cekungan Selat Makassar Utara dalam bentuk toe-thrust system sedimen-sedimen turbidit di wilayah lereng cekungan.

Tidak ada peranan tektonik lempeng dalam pembentukan Antiklinorium Samarinda. Tetapi pengangkatan Tinggian Kuching pada Oligo-Miosen dapat dijelaskan melalui dua cara: tektonik lempeng dan undasi. Tektonik lempeng menjelaskannya sebagai berhubungan dengan berbenturannya mikrokontinen-mikrokontinen di sebelah baratlaut Kalimantan akibat pemekaran dasar samudera Laut Cina Selatan. Mikrokontinen-mikrokontinen Luconia dan Spratley Islands-Dangerous Ground (Metcalfe, 1996-Tectonic Evol. of SE Asia, eds Hall & Blundell) dianggap telah membentur Kalimantan di sebelah baratlaut dan mengangkat Tinggian Kuching.

Teori undasi van Bemmelen (1949-the Geoogy of Indonesia) menganggapnya sebagai gerakan vertikal meso-undasi oleh naiknya intracrustal asthenoliths mengangkat foredeep palung (flysch phase) proto-Laut Cina Selatan. Intracrustal asthenoliths adalah material mantel yang naik (upwelling mantle plume) yang terjadi mengikuti reaksi geokimia terhadap perubahan-perubahan tekanan dan temperatur setelah tektonik gravitasi flysch phase yang membentuk endapan-endapan turbidit di palung. Dalam anggapan ini, maka semua sedimen pasca-pengangkatan Tinggian Kuching adalah fase molasse orogenesa.


Semoga berguna bagi pembaca yang umumnya sedang studi skripsi maupun tesis.
-GJG-

Terjemahan Hank Ott - The Kutei Basin
(Proceeding IPA, 1987).


Senin, 11 Februari 2013

STRAIGHT X EDGE (first time post)

STRAIGHT X EDGE
a live worth living


  • Sebuah sejarah atau sebuah aib? Jika saya mulai hadir membuat blog.
  • Is it revolution or a destroyer of monotomous tradition? Jika akhirnya seorang Join (GJG) menganut dan berkomitmen dengan paham ini.

Inilah post saya yang paling awal di dunia blogger, dengan diawali publikasi karya yang melawan selera awam dengan topik "STRAIGHT X EDGE - a live worth living" sebuah jawaban atas komitmen yang saya jalani. Awal kuliah S1 (Prodi Teknik Geologi UPN), saya uda mulai menerapkan komitmen ini, banyak rintangan, cobaan, cercaan, di kata sok, takut sama bini (baca: pacar), serta banyak yang ga percaya.
"Rokok dulu jo." Sembari mengeluarkan Djarum Super, si kawan baru di kampus (sekitar September 2007).
"Iye, udeh gampang. Selow sih." Itu suara yang tanpa permisi keluar dari bibir tapi dalam hati menggerutu anjir nih rokok tipe gw lagi, secara Djarum Super men bungkusnya yang merah dengan perpaduan list hitam menggoda si bibir untuk menghisapnya.
Mungkin itu salah satu bentuk godaan dalam menjalankan komitmen saya. Paling sulit adalah saat perut kenyang, kemudian sembari menunggu turunnya makanan dalam perut kalau bahasa tanpa EYD rokok lok! Memang pas banget momen-momen setelah makan, ngerokok, ngobrol asik sama bocah-bocah baru. Tapi ga lama, salah satu bocah baru mulai sadar yang lain pada kebal-kebul kok si Join kagak ye?
"Jo, lu kagak ngerokok ye? gaya bet lu. Takut ketauan bokap lu? Rokok aja kali Jo, bokap lu di Kaltim sono bakal kaga ngerti dah." rasukan si NS (inisial nama), yang dilanjutkan dengan ketawa-ketiwi berasa paling gaul gitu doi kalau megang batang rokok, yang bisa jadi itu cuman ketengan (*istilah di Jogja, beli batangan).
Jleb, faaak, nyengir dulu aah :)  tahan Jo tahan. Pada songong dah, lagian masih anak kemarin sore uda belagak tengil, sebenarnya siapa sih yang sok? Ya, kalau di lihat dari cara megang puntungnya, gaya ngisapnya yang sekedar memasukkan asap lalu dikeluarkan tanpa adanya tarikan (sesungguhnya di situlah nikmatnya), terkadang sambil batuk-batuk kecil, hhh (*pengganti haha...hihi...) mampus. Aku menilai mereka semua bukan perokok tapi anak-anak yang baru mulai merokok, biar dikata rada rebel gitu.
"Hhh... ga gitu juga kali Ru. Busseet dah bawa-bawa bokap, gw ga takut ma bokap gw, tapi gw hormat ma beliau cok. Aseeek, basi bet ye. Ya beliau ngertiin gw mulu sih, secara bokap sponsor bulanan gw kali, hhh..." Gw coba mengalihkan isu.
"Yaaaah elu lagian, yang laen pada ngerokok juga, lu doang yg bibir lu tanpa asap." celotehan NS ditutup dengan ketawa-ketiwi lagi. Gw pun senyum tipis dan merasa kasihan sama mereka terutama sama NS.
"Iye, asap noh ngebul di bibir lu pada kayak knalpot pitung tanpa modif. Lagian ngerokok mah di isep-embus-isep-embus doang kaga ada tarikan sama sekali. Beng-beng ama Matte noh dikit doang asapnya, motor 4 tak doi ramah lingkungan.  Hhh... Nikmat bet ye ngerokok kalo di tarik Te? Yo ra beng?" sambar saya dengan harapan bisa menampar halus ocehannya sih NS.
Itulah yang menjadi bahan cercaan saya dalam menjalankan komitmen saya. Ada lagi, ntah ini kategori hinaan atau apa saya juga belum mampu mengkategorikannya. Apakah itu? Rasa ketidakpercayaan dari sang gebetan (kala itu) yang akhirnya sudah menjadi mantan pacar (era ini).
"Jo kamu serius ga ngerokok?" Tanyanya.
"Iya Ne." Anggukanku dengan mantap.
"Alah boong." Sambarnya.
"Dih, ga percaya dia mah." Jawabku.
"Karena ada aku aja kan kamu ga ngerokok?" Tanyanya dengan polos.
"Jangan kepedean deh Ne, hhh... Emang aku uda ga ngerokok kali, sumpah daah!"
"Oh iya deh." lurus suaranya.
"Kok maksa banget iya-nya?"
"Emang." 
"Hhh... masih ga percaya ya?" 
"Lagian, basi kali Jo. Uda hafal sama belangnya cowok." wajahnya merengut kecewa karena tidak ada usaha dari aku untuk menjelaskannya. "Mustahil Jo, bibir-lidahmu aja kamu tindik tapi malah ga ngerokok." sambungnya.

Aku bergumam tapi dalam hati What tindik? Ini namanya di-piercing Nene, kasian amat hhh... Rasanya aku pengen menjelaskan panjang lebar perbedaan antara tindik dengan piercing, karena menurutku itu lebih penting dan bisa menambah pengetahuan baru terkait piercing yang masih dianggap tabu oleh orang awam. Daripada memberikan alasan kenapa aku pensiun dini dalam dunia seni rokok, itu akan menjadi sebuah anggapan bahwa aku melakukan pembelaan diri. Dengan menjelaskan saya dan Nene sama-sama akan mendapatkan hal positif daripada beralasan.
"Oh jadi kamu ga percaya dari sisi itunya Ne? Ya ini bentuk kenakalanku Ne, tapi aku sadar harus mem-filter kenakalanku." aku perlahan coba menjelaskan, tapi justru bukan menjelaskan perbedaan piercing.
Dia segera menoleh dan menyipitkan matanya yang memang sipit. "Hahaha... Lucu, masa iya nakal kudu di filter juga. Harus ya di filter."
"Ya kalo menurutku Ne, yang membahayakan itu bukan anak nakal tapi justru yang terlambat nakal akan lebih membahayakan." 

"Aku ga dong." singkatnya.
"Aduh... Selagi masih muda aku akan merasakan seluruh kenakalan, tapi semoga bisa cepat sadar, hhh..." kok aku malah jawab yang rada out-of-topic mulu.

Selang 2-3 bulan kemudian, yang dahulu sekedar kenal dengan nuansa paksaan dari para senior, akhirnya terseleksilah mana yang menjadi sahabat dekat (saya menyebutnya sebagai kawan), hanya teman kampus, serta yang dulu gebetan sudah menjadi sang pacar (dia menyebutnya sebagai kekasih). Semua itu tidak lantas serta merta menyurutkan cibiran terhadap komitmen saya, tetapi saya tidak sendirian lagi untuk menghadapinya, ada sang pacar yang merupakan sesosok wanita humble selalu membantu saya untuk mengelak cibiran-cibiran, ocehan, cercaan dari orang-orang yang saya temui terutama di lingkungan kampus UPN yang membanggakan.

Setiap pertanyaan terlontar dari orang-orang terdekat yang berkaitan dengan komitmen saya, sang pacarlah yang menjadi penjawab paling depan. Sangat pede dia menjawab dengan mengelakkan perasaan sinis dari seorang penanya. Sang pacar ialah tokoh (kala itu) yang menjadi gerbang paling depan untuk membentengi segala bentuk cercaan atau hinaan terhadap komitmen saya. Mungkin karena sang pacar sudah mengerti dan paham segala bentuk tingkah saya sebagai pemuda yang mempunyai kenakalan yang berbeda. 

Satu masalah muncul, ada anggapan bahwa jawaban dari sang pacar adalah bentuk perlindungan diri bahwasanya saya menjalankan komitmen ini berlatarbelakang takut sama pacar. Ya, itu dikarenakan sang pacar selalu agresif dalam menjawab, sehingga timbul penyalahartian. At least, saya tetap menghargai usaha agresif dari sang pacar yang telah mengerti saya, but then menganggap hinaan, cercaan, ocehan mereka (bukan kawan saya) sebagai angin segar supaya saya tetap kokoh di komitmen saya.

Well, anjing menggonggong saya akan tetap komitmen!!!

Maybe for some of you really sure how he feels about me. Seperti yang dirasakan juga oleh sang pacar. Thx buddy-honey!

Ya inilah paham yang saya anut. Silahkan menikmati bacaan, yang saya sadur langsung dari free music magazine DAB volume 12.














Cheers,
-GJG-