Skateboarding bukan dunia saya yang kemarin sore, tapi dari awal 2005. Selebihnya terkait saya dan skateboarding tidak akan saya bahas pada artikel ini. Ya dengan angkuh saya katakan target dari artikel ini sesungguhnya supaya diliput di Happen Skateboarding Magazine. Cukup memicu semangat saya untuk mengumpulkan materi-materi EYD serta pendalaman untuk memahami narasi yang baik dan benar. Ini adalah permulaan langkah saya, meskipun di awali dari Happen Skateboarding Magazine (Jo, Happen itu ratingnya nasional lho. Bersyukur kek) semoga ke depannya bisa masuk di Rolling Stone Magazine atau bisa dimuat di Majalah Playboy (harapan tertinggi saya, tapi saya bingung mau nulis apaan ya kalau ke Playboy, bayangin deh...).
Oke, wujud dari artikel ini nantinya berkonsep seperti:
- pengantar redaksi kalau bahasa koran,
- sari (abstrack) kalau di jurnal dan karya tulis ilmiah,
- bisa juga mirip intro layaknya di musik dan lagu,
- bahkan yang mencengangkan artikel ini ibarat foreplay kalau saya sedang bercinta dengan Britney Spears. Hhh... Mimpi aja terus Jo.
Gutten morgan,
Bonjours,
Buenos dias,
Good morning, ladies and gentleman. Welcome aboard Qatar Airways flight GJG 019 to article sekkapoer bharuus. Come on... lets read - enjoy!
----------------------------------------------------------------------------
Ada benang kusut. Untuk merapikan kembali, kita harus menemukan terlebih dahulu ujungnya. Dari mana harus memulai pencarian ujung benang itu? Dari bagian yang paling kusut? Atau bagian lain yang tidak begitu kusut? Sementara itu, perasaan kita mengatakan bahwa benang itu masih bagus, sayang kalau dibuang. Jadi, harus diselamatkan. Nanti akan bisa digunakan. Daripada membeli lagi. Apa susahnya mengurai benang kusut? Asal ada kemauan, pasti kekusutan itu bisa diatasi. Toh, tidak ada prosedur teknis yang secara ketat harus dijalani. Asal ada kemauan saja.
Jangan dikira mengurai benang kusut bukan merupakan kerja asyik. Orang disekitar pasti memperhatikan bagaimana proses kita menguraikannya. Apalagi, jika waktu yang telah dilewati dirasa cukup membosankan, orang akan semakin penasaran, ingin ikut menangani dan mencapai hasil akhirnya. Siapa yang berhasil tuntas mengurai benang kusut akan dihinggapi perasaan lega dan ingin mengumumkan keberhasilannya itu kepada orang sekitar. Jika tidak berhasil, bisa-bisa jadi bahan tertawaan. Tapi, itu juga bukan masalah, karena tidak ada kata terlambat dalam hal menangani kekusutan benang.
Artikel ini mencoba berbuat hal yang sama dengan fragmen diatas. Skateboard yang kini banyak menemani kehidupan anak muda di perkotaan ternyata berada dalam kondisi tercerabut dari habitat aslinya, terpelanting dari tangga yang sama sekali tidak tahu menahu aturan bagaimana semestinya skateboard dimainkan. Sebagian dari masyarakat (muda-mudi) modern yang tertarik dengan skateboard, kemudian menggunakannya semau dan sesuka hati sebagai ekspresi diri (numpang nge-trend). Kesukaan berekspresi dengan media skateboard kemudian menimbulkan kontra dari sebagian lain masyarakat yang berseberangan keyakinan dengan adat lama.
Sebagian yang lain lagi ternyata malah membelokkan kegunaan skateboard untuk menandai hal yang negatif (menurut saya negatif). Skateboard menjadi identik dengan dunia bebas serta gaul. Keseringan anak muda sebagai pemula yang memulai untuk bermain skateboard umumnya hanya sekedar fashion membentuk jati diri supaya terlihat gaul. BUKAN, skateboard muncul bukan karena fashionable-nya tetapi karena keekstriman dari olahraga ini. Anehnya, anak muda bukan risih dengan cap itu, melainkan malah mengembangkannya sebagai kebanggaan sesama "profesi".
Hai pemuda (dan segelintir pemudi), sebelum melakukan sesuatu alangkah serunya kalau saudara-saudari sekalian terlebih dahulu memahami filosofinya. Khususnya skateboard dalam hal ini. Tolonglah yaa (please)... jangan hina atau merendahkan skateboarding hanya sekedar ajang kumpul anak muda untuk dikelilingi para gadis.
Sebelum artikel ini dilanjutkan, Bung Dimas Jerry yang saya hormati sebagai skateboarders senior di Yk (baca: Jogja) akan menyumbangkan pendapatnya. Oke, silahkan Jer langsung saya ketik ini:
Perlu dipertegas jika konteks artikel ini adalah mode cutting-edge sebagai bentuk perlawanan terhadap mode mainstream. Ya PERLAWANAN, ya skateboard is cutting edge. Seperti kita, khususnya yang masih punya otak, ketahui, pola pikir mainstream melahirkan banyak sisi gelap nan kejam yang tercipta berkat argumentasi "brilian" mereka yang salah kaprah. Kesalah kaprahan tersebut melibatkan overkonsumerisme, adiksi akut anak muda "kemarin sore" terhadap sifat kegaulan, yang pada akhirnya menjadikan skateboard tenar bukan karena prestasinya melainkan karena membludaknya anak skate "karbitan" yang hanya mengejar citra. Dangkal.
Sekian Jo, thx.
Keadaan skateboard di dalam masyarakat modern Indonesia sudah semakin kompleks. Ibarat benang kusut, ia juga telah mengalami keterputusan di tengah alurnya sehingga muncul (lagi) ujung yang menimbulkan persoalan baru, pangkal (kebuntuan) yang menyebabkan akibat baru. Jika keterputusan tersebut berganda maka dapat dipastikan persoalannya akan semakin kompleks. Di sana berhadapan banyak pihak yang masing-masing membela kepentingannya sendiri. Padahal, kalau mau sedikit surut untuk bersama-sama mempelajari secara komprehensif hal ihwal yang berkaitan dengan skateboard, bukan tidak mungkin sikap terbaik dapat ditemukan dan disepakati untuk digunakan dengan meminimalkan efek asosiasi yang egoistik.
Penerbit Happen Skateboarding Magazine (Nareen Kameswhara.red) dengan tekadnya yang membara berusaha mengajak pembaca mengenali skateboard lebih luas. Mempertimbangkan nilai yang ada di dalamnya. Menghargai estetikanya. Menghormati penghayatan yang termaktub. Mencoba meluruskan pandanga apriopri, dan sebagainya. Forum yang dipilih bukan sebagaimana layaknya orang berbicara di depan dewan ilmiah, melainkan forum yang sangat encer. Meski kadang harus menyebut sumber yang berasal dari kalangan ilmiah, paparannya tetap saja bebas terucap. Di Happen Skateboarding Magazine tercipta ruang gerak dan visual bagi pembaca untuk secara kreatif menangkap spontanitas dan keluguan cara bicara penyumbang ide dari event skate di seluruh Indonesia. Ruang gerak pembaca ini mungkin mirip dengan yang disebut sebagai "celah sunyi" di dalam puisi.
Bla bla bla bla bla. Apa saja dikatakannya. Apa saja bisa jadi bermakna. Apa saja menjadi milik bersama. S K A T E. Tak kenal maka tak sayang. Tak tahu maka menganggap gaul. Tak dinyana maka sudah merambah sampai kemana-mana. Mengeluh apa yang mesti dikeluhkan. Kerja tak lagi bergantung pada siapa pun. Kreatifitas adalah panglima perang melawan kepicikan referensial. Gerbang pemahaman terhadap perubahan zaman selalu terbuka lebar. Jangan bikin peradaban berjalan dengan langkah gontai. Skateboard tidak akan mematikan kebenaran. Skateboard tidak akan sudi sebagai ajang gaul. Skateboard tidak akan menjerumuskan nasib. Waktu juga tidak berjalan mundur.
Apa yang ingin anda ketahui tentang skateboard maka semua ada dan dimanjakan oleh Happen Skateboarding Magazine. Meski tidak bisa menjanjikan untuk berbicara (melalui tulisan) secara terperinci hingga ke yang sekecil-kecilnya, percayalah data yang tersaji ini cukup beragam dan sudah dicoba untuk mengambil contoh kasus dari berbagai belahan Indonesia. Dan, tidak ketinggalan juga tersaji wacana dan liputan mengenai event atau kompetisi di beberapa kota dalam negeri.
Happen Skateboarding Magazine ini akan mampu mengembalikan skateboard pada keberadaannya sebelum lebih kusut. Barangkali terlalu muluk kalau pretensi semacam itu dijadikan sasaran bidik dari kerja penulisan artikel ini. Atau malah terlalu mencari-cari. Pro kontra menjadi semakin terpisah oleh jurang apriori nantinya. Tidak, pasti tidak demikian yang ingin kita lakukan. Lalu, mengapa artikel ini mesti diterbitkan di Happen Skateboarding Magazine?
Zaman modern, keterbukaan, kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan berekspresi, budaya punk rock, konteks gaya hidup solidaritas komunitas, kesadaran menuntut hak, ketahanan nasional, pencapaian estetika tinggi, derajat gaul, keberanian bertaruh, penegakan sendi-sendi berolahraga, dinamika tata perkawanan, dan banyak lagi pernik kehidupan yang tidak bisa disebutkan di sini satu per satu, kesemuanya ada hubungannya dengan skateboard.
----------------------------------------------------------
Empat hari artikel ini saya tulis beserta pengumpulan materi dan perenungan argumen. Sebagai penutup saya kutip penyataan Eka Rock:
Keseragaman membuat saya bangga, bisa berbeda dengan kalian. Karena saya punya pendirian bukan musiman/karbitan.
Cheers,
-GJG-
Referensi:
Happen SM vol 6 issue #52
Tim redaksi Happen Sm
Tim Gedung Pusat (GP) Skateboad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar