Sabtu, 14 Maret 2015

BERSERAH TAK SEKEDAR MENYERAH AKAN LELAH

“Sesekali, kau perlu menyerah pada kegagalan. Untuk sekadar menerima bahwa kau memang tak bisa. Lalu mencari jalan lain untuk menemukan kebahagiaan baru.”

Kita pernah mempertahankan sesuatu, —cinta, impian, pekerjaan, atau apa saja yang menurut kita adalah kebahagiaan— hingga menafikan luka, rasa sakit, kepedihan, dan kegetiran yang bertubi-tubi menghadang. Hanya karena begitu kukuh meyakini bahwa itu adalah kebahagiaan yang paling benar. Tak peduli lagi pada kebaikan diri sendiri. Wajah yang bercahaya saat melangkah kali pertama perlahan meredup, dipenuhi coreng moreng. Kebahagiaan yang kita kira akan tergapai dan terpeluk, justru menjauh. Tapi, bukannya berhenti, justru kita malah berusaha meyakini diri sendiri bahwa kebahagiaan itu mampu kita raih.

Kita pernah melupakan sesuatu, —wajah, suasana, jalan, dan segala hal baru di tempat yang lain— demi mempertahankan hal yang bukan menjadi milik kita. Merelakan diri sendiri untuk merasakan sakit dan luka tiada habisnya. Padahal, sesuatu yang bukan menjadi milik kita, sekeras apapun kita berusaha, tetap tak akan pernah menjadi milik kita. Sesuatu yang bukan diciptakan untuk kita, pada akhirnya akan tetap berlalu dan menghilang juga.

Andai aku menjadi Tuhan, maka kemarilah... Duduklah dengan sabar di sampingku. Akan kusampaikan sebuah rahasia besar. Tak semua orang dapat memahami ini dengan baik. Jadi, dengarlah dengan hati yang lapang:
“Akan selalu ada yang lebih baik, bahkan dari kebahagiaan yang kau kira paling benar. Kau hanya perlu membuka matamu lebih lebar lagi, memperluas langkah kakimu lebih jauh lagi, membesarkan hatimu sendiri untuk menyerah pada kegagalan, lalu menerima dengan tulus bahwa kau memang tak diciptakan untuk meraihnya. Kelak, akan datang hal terbaik yang benar-benar kau butuhkan, bukan sekadar keinginan yang kau angankan. Sesuatu yang dipersiapkan Tuhan untuk menjadi milikmu yang teristimewa; kebahagiaan yang sempurna.”


Cheers,
-GJG-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar