Cukup lama aku berada di lingkungan cutting edge, dan itu berarti aku sudah bisa berbicara tentang cutting edge dong?! Nggak juga! Karena terus terang sampai saat ini aku ga bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang komunitas ini. Hhh...!
Sekarang aku sedikit cerewet atau berbelit-belit tentang diriku sendiri. Esensi punk bagiku dan perspektif aku di scene. Aku tumbuh dan berkembang dan masih bertahan sampai saat ini dalam komunitas punk, walau aku tidak bisa menjadi seorang punk yang ideal di scene. Keberadaan aku di scene punk masih belum diakui sama beberapa orang sampai sekarang. Aku sering di tertawakan dan diremehkan cuman alasan mata seseorang di scene yang rasis. FUCK YOU!
Aku penikmat musik dan sudah tidak lagi bermusik (baca: ngeband). Aku ga punya rambut kick ass dan sepatu boot. Aku ga pakai gelang spike, apalagi rantai besi. Tetapi saya menggunakan asesoris yang lebih kekal yaitu body piercing. Sekarang aku jarang hadir di party punk ataupun acara-acara underground dan cutting edge berlangsung. Aku sudah tidak mungkin lagi untuk berlama-lama nongkrong di pinggir jalan atau di halte. Aku sangat senang berkumpul dan diskusi. Aku juga ga begitu tertarik ikut aksi turun ke jalan atau apalah namanya identitas bagi seseorang.
Tapi aku, seorang cowok yang pernah nakal, yang mengidentifikasikan bahwa punk adalah diri sendiri. Aku yang lebih tertarik menulis atau bercerita dengan orang lain tentang punk-nya aku. Rambutku cepak ala oldskull dan lubang piercing-ku ada tiga. Gaya pakaianku rockabilly dimana kepalaku selalu ditutupi topi snapback dan trucker. Aku suka jalan kemana saja dengan sepatu kembung (iSkate version) atau sandal jepit hitam. Semasa SMA, aku paling suka nyetreet di rumah kosong sambil merokok atau kadang juga nge-beer. Aku senang berkawan dengan mereka yang lebih liar dari aku sehingga aku punya kawan seorang bitch (I fucking proud of you...really!). Tahun 2005-2009 aku sering keluar kota untuk mengikuti kompetisi skateboarding. Sekarang ikutan jalan-jalan keliling kota bareng orang-orang mainstream dan sering nyasar di hutan untuk kerja sebagai geologist. Aku sangat betah di alam, tapi bukan alam maya, hhh... Aku lebih tertarik diskusi bersama kawan-kawan di tongkrongan, maupun di kos with someone. Now...I get the idea! Aku yang hanya punya 1 zine (baca: blog) ini merasa sangat bermanfaat untuk menjadi pendorong.
Semuanya ga bikin aku merasa cool atau bukan jadi seorang punk. Karena bagiku punk bukan untuk dipegang, bukan untuk disentuh, bukan untuk dipandang ataupun bukan untuk ditempelkan kepada orang. Tapi menurutku punk itu mesti dimengerti, dijalani, dan diaplikasikan sama diri kita. Jadi aku bisa bilang bahwa punk itu bukan untuk ditonton, dikuasai, ditinggalkan, dan dibuang. Makanya, punk mesti ada dalam diri kita sendiri. Di dalam pikiran, di dalam jiwa, dan di dalam darah. Jika punk ada didalam diri kita sendiri maka dalam komunitas punk ga akan ada orang yang menganggap dirinya hebat, pintar, senior, atau apalah sebutannya. Lihat dan pahamilah komunitas taring babi oleh marjinal, luar biasa penanaman akan paham punk. Punk harus berkreasi, punk menumbuhkan ide untuk hidup. Dan aku sekarang sedang tidak mendapat pertanyaan: "kamu sudah punk ya?" Karena aku yakin kalian sudah tahu jawaban pastinya. Something must be done.
Aku bilang janganlah kita memperkenalkan dan menjelaskan punk itu dari awal tentang musik saja. Tapi ceritakan sama mereka latar belakang sejarah yang dimiliki oleh punk, supaya mereka mengidentifikasikan oirisinalitas punk bukan dari luar saja. Sehingga aku yakin seyakin-yakinnya kalau eksistensi punk sendiri akan mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari lapisan masyarakat. Jadi aku bisa kasih kesimpulan bahwa esensi punk bukan hanya di identikkan dengan konser-konser, fanzine-fanzine atau gaya hidup.
Jadi jika punk adalah diri kita sendiri, aku yakin kita ga akan lagi di atur, ditipu, dihina, ditindas, dan dihancurkan. Kita ga akan pernah takut lagi untuk melawan manusia-manusia kotor seperti penjilat bangsa, koruptor, dan penindas hidup kita.
Akhirnya aku akan berteriak kalau saat ini sudah saatnya kalian sadar dan bangun dalam berpikir yang lebih realistis bahwa aku juga berhak beropini dan melakukan sesuatu untuk diriku sendiri, untuk punk-nya aku, It's so cruel...Yeah!
Akhir kata, terima aku apa adanya, Maka aku pun akan memahami dan mengerti karakter, serta menghormati tipikal kalian semua.
Cheers,
-GJG-