Selasa, 01 Oktober 2013

MINDER #2

Pagi ini otak lagi semangat untuk ngelanjutin artikel Minder #1. Ya diskusi hangat malam itu dengan kawan yang biasa aku panggil Adis dari lengkapnya Andisa, aku dapat spirit dari kutipan Adis: "Membahasakan apa yang dipikirin itu ilham Jo, syukurin itu!" Oke Dis, thxIni hasil semangatmu.

Ini lho ciri-ciri Minder

Ciri bangsa minder:  Teater Sujiwo Tedjo dan Kabaret Butet Kartaradjasa yang tiket HTM-nya 100k aja cocotnya ribut, tapi tiket Metallica jutaan malah diborong sekalian sok ngebayarin pacarnya masing-masing.
Ciri lainnya: Punya gaya tersendiri yang tropikal, tapi lebih bangga pakai jas acara-acara resmi.

Minder itu pakai produk asing, tapi dengan tata cara yang menurut asing juga. Bukannya pakai sepatu yang digrowongi jadi selop. Bukannya pakai jas yang digrowongi jadi beskap jadi bisa untuk tempat keris di punggung. Pakai BB tapi broadcast untuk masarin Volcom, Rusty, dll, bukannya untuk memasarkan produk lokal sendiri: nasi rawon, gado-gado, nasi pecel, dan lain-lain. Oooh vagh, laper! (sambil sms chandra ah, tar sarapan pecel seberang depan ambarukmo hotel).

Kalau aku pakai caraku sendiri, yaitu topi trucker. Ga minder bukan berarti antiasing. Sepatu merahku tuh Emerica, pabrikan footwear skateshoes yang menurut aku higher quality, tapi aku pakai menurut versiku. Aku kombinasikan dengan topi trucker (foto tar di-upload pas jaringan kencang), topi itu kadang aku pakai buat bepergian ke luar jawa juga, sekalian memperkenalkan ke masyarakat lokal setempat.

Sebelum nulis tentang minder ini, aku pernah cerita hal ini juga di tongkrongan, kadang sama anak kos pernah juga, dengan rekan di SDAconsultant. Dari kesemua itu aku ingat ada kawanku nyelethuk:
"Balik lagi Jo, katanya budaya negeri ini, nyatanya kamu pake iPhone, hayoo."
Minder itu make produk asing untuk kepentingan asing. Aku pakai iPhone untuk ngasih tau rute perjalanan kalo di lapangan pas survey batubara. Ngasih tau kapan ada event band indie lokal perform, terus ngajakin untuk support mereka yang bermusik dengan jalur cutting edge. Nge-share foto yang bermanfaat di media sosial, serta searching di Safari kalo pas lagi senggang atau lagi ga ngerti sesuatu. Orang naik haji pake pesawat bikinan Amerika, tapi untuk kepentingan Islam. Apakah mereka minder? Jangan segampang itu mengartikan minder. Kalo kita beli tank Amerika untuk menghancurkan Pulau Bunyu (bagian kecil dari pulau-pulau di Kalimantan Timur), itu minder. Tapi kalo kita beli tank dari Italia dan Jerman agar pedagang mie ayam dari Belitung Timur bisa naik dan menyerbu Eropa, itu bukan minder coiii.

Hmmm, bener ga sih kita minder? Ah, kayaknya minder deh.

  1. Kalo ga minder, mana mungkin tiap ada festival jazz yang namanya terpampang gede-gede bahkan ada fotonya di baliho itu pemusik asing. Terus Glenn Fredly, Syaharani, dan Indra Lesmana kecil-kecil hurufnya dan nyempil di spanduk?
  2. Kalo ga minder, mana mungkin perjanjian-perjanjian migas jauh lebih nguntungin asing ketimbang kita?
  3. Kalo ga minder, mana mungkin produk-produk di mall kebanyakan produk luar ketimbang dalam negeri. Vietnam aja ga gitu, mereka menjual produknya sendiri di mall.
  4. Kalo ga minder, mana mungkin kita mau disetir Bank Dunia, dll. ~rupiah lemah syahwat~
Tapi mungkin ga sih kita ini ga minder, lha negara-negara lain aja seperti Australia, agak-agak takut gimana gituu sama Amerika...apalagi kita. Ga masuk akal kalo ga minder.
Tapi apakah hidup semuanya harus masuk akal?
Coba inget-inget deh waktu kamu nembak gebetanmu, emang caranya masuk akal? Apakah semuanya harus kamu rumuskan rencana-rencananya, gimana, dan kapan mengucapkan tembakan itu, DOORRR! Sering kali nembak itu spontan aja dan didorong oleh rasa nekat yang beralaskan perasaan kalo aku suka dan say.............................tiiitttt$$$%%%%. Nekat itu selalu ga masuk akal, yang masuk akal adalah berani.

Mumpung tahun depan 2014, kudu cerdas untuk menyaring menghadapi hawa politik. Kadang aku terpikir salah satu syarat jadi presiden Indonesia adalah ga punya riwayat minder dalam hidupnya. Jika ada capres yang dari data intelijen diketahui bahwa dulu waktu SMA pernah malam mingguannya naik angkot kalo mau ngapel tapi sesampainya didepan rumah gebetan malah balik kanan karena ada tamu pria lain datang dengan mobil, yang capres kayak gitu jangan dipilih jadi presiden. Menghadapi saingan bermobil aja takut, apalagi menghadapi PT. Freeport.

Hmmm...aku ga pernah puasa, tapi selalu coba menghormati yang puasa. Tapi aslinya yang paling berat dalam puasa adalah menahan diri dari rasa minder! Sekian, tks.


Cheers,
-GJG-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar