Sabtu, 19 April 2014

PIKIRAN SORE


"Ga, sejak kapan ya real coffee itu Starbucks? Real coffee itu kopi hitam yang dijual di burjo seberang kosan cuma dua ribu perak segelas." Aku ngedumel sambil menuangkan saus sambal ke pad thai. Ngopi sore ini (12 April 2014) kami bertiga di sponsorin (baca: dibayarin) Yoga sebagai pengganti nginep di kosan selama di Yk.

Yoga tertawa. "Ngomong lu bau, Jo. Kayak lu ga doyan Starbucks aje."

"Bener Tol. Tapi gw tiap pagi tetap nyandu kopi burjo itu keleus. Dan menurut gw, really good coffee itu ya kopi begitu atau kopi luwak sekalian, yang hitam pekat dan bikin lidah lu gemetar saking pahitnya. Minum kopi itu yang pahit, kalo yang manis kan uda ada kenangan Cok. Hhh…" Celotehku.

Mbakku yang tadinya sibuk ngetik di MacBook-nya langsung meringis. "Eww, I'm not drinking anything that some monkey is shitting on."

"Tapi serius lho, Mbak, enak banget. It's like the Columbian cocaine of coffee. The Cuban cigar of coffee.” Aku tertawa sambil mantengin boardlist untuk ngelihat menunya.

“Ga usah capek jualan deh lu. Dikasih gratis juga gw ga mau.” tawanya Yoga sinis.

“Pernah baca The Undercover Economist-nya Tim Hartford ga?” tanyaku

Mereka menggeleng. Aku tersenyum serasa menang dan siap-siap ngejejelin dengan ulasan umum dari buku itu ke mereka berdua.

“Kalian penikmat kopi serta hot chocolate yang kapitalis ataupun urbanis harus baca deh. Di situ Hartford bilang, alasan utama kenapa coffee giants seperti AMT, Cosi, atau Starbucks bisa men-charge harga segitu mahal untuk segelas kopi itu bukan karena kualitas kopinya, Mbak. Memang sih gw akuin kopinya Starbucks itu enak.” Jelasku setengah.

“Yeee~ diem lu bacot, ngaku juga kan kalo enak.” Yoga nyahut.

“Ntar dulu Ga, dengerin gw. Tapi apa enaknya itu pantas dihargai 25-30 ribu perak segelas? Kalau kata si Hartford, yang bikin harga segitu itu lokasi. Dan branding. Mereka berhasil me-repackage kopi menjadi kultur yang hip, dengan penempatan lokasi yang tepat. Kalian tahu kenapa lokasi coffee bar itu selalu di mal atau daerah perkantoran? Karena disini, orang-orang pengen rileks seperti kita dan sebagian ada yang sibuk, jadi ga peduli masalah harga karena yang penting itu adalah fast-served coffee to feed our coffaine addiction. Lu pada tau ga margin-nya itu bisa sampai 150%? Dan kita tetap ga peduli dan tetap beli, kan? Beneran deh Mbak, cewek shopaholic dan cowok kayak Yonyet yang brandholic harus baca bukunya. Supaya lu ga kesetanan setiap lewat Dr. Martens atau Hurley Concept Store pas di Sency Ga.” Aku mengakhiri penjelasan tentang ulasan dari Hartford.

"Really, you’re the one who should be talking, Mr. I’m not wearing a shirt unless it’s Fred Perry?" Mbakku tersenyum seraya balas meledekku.

Yoga tertawa terbahak-bahak. “Mampus lu, kena bales sama mpok lu dewek.” dan mereka pun toss berdua. Kompak bener!

Aku merasakan getaran dari tottebag-ku saat ponselku bordering. “Bentar ya.”

“Eh Dek, kalo itu Ibu, bilang aja kita diluar hapeku tewas gegara lowbatt.” Ujar mbakku, sambil mengunyah mie-nya dengan semangat.

Sore yang riang, terlihat Ibu-ibu muda serius berdiskusi (ntah, mungkin tentang bisnis). Disudut kiri anaknya dibiarkan seru membaca. Aah itulah maksudnya, Ibu muda mendidik anaknya dengan memberi bacaan.

Beberapa waktu lalu di tempat yang sama, bersama kawan-kawan.


Cheers,
-GJG-

ROCKY-LEO PUNKROCKERS KAWANKU


Tentang dua kawan yang pernah bermusik bersama kala itu dengan dengan alunan punk.

Rocky dan Leo adalah contoh kecil kenapa mereka harus memilih punk sebagai prinsip hidup mereka yang berlandaskan DIY (do it yourself). Mereka besar di masyarakat yang mengkulturkan penyeragaman selera. Masyarakat yang terlalu munafik untuk hal-hal yang dianggap ”tabu“. Mereka memberontak dengan setiap kekuatan yang mereka miliki yaitu memilih etika PUNK sebagai jalan hidup mereka. Penampilan mereka dan cara hidup mereka sebagai counter culture terhadap penyeragaman selera. Sebagai manusia biasa dan makhluk sosial yang punya perasaan, mereka memilih punk bukan untuk pelarian semata tapi self diffence mereka terhadap serangan-serangan pengekangan ekspresi diri (offence of cultur mainstream), penyeragaman selera, dan kultur budaya ”mapan“ yang di ciptakan oleh mayoritas masyarakat.

Rocky dan Leo bukanlah pemuda-pemuda yang lari dari tanggung jawab. pemuda yang cengeng ato masih menjadi benalu bagi orang tua mereka. dengan etika DIY (do it yourself/berdikari) dan prinsip yang mereka miliki memberikan sesuatu yang berarti dalam hidup mereka. Rocky adalah pemuda yang menjadi tulang punggung keluarga, doi merantau ke timur Indonesia tepatnya di Mataram NTB dan mencari kerja. Sekarang dia bekerja di salah satu instansi pemerintah, sorenya mengurus usaha kreatif dengan temannya. Sedangkan Leo adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Yk, yang sangat sadar dan sangat mencintai keluarganya. Mereka memilih punk bukan karena terpaksa atau sekedar ikut-ikutan saja, punk bagi mereka cara menyikapi hidup dengan tidak tergantung kepada orang lain dengan terjemahan yang sangat sederhana yaitu mandiri.

Hari-hari mereka pun tidak selalu berpenampilan punk saja. Hari biasa mereka berpenampilan layaknya orang normal laennya. Mereka mempunyai jadual yang rutin seminggu sekali, untuk melepas kepenatan dan bercanda tawa di sudut kota tiap malam minggu mulai pukul 10 malam. Disaat anak-anak muda yang lain lebih memilih pub atau tempat hiburan lainnya. Mereka  memilih trotoar atau emper took sebagai tempat mereka berbaur bersama dengan kawan-kawan street punk mataram yang juga masing-masing dari anak-anak punk ini mempunyai profesi yang berbeda di keseharian mereka. Ada yang bekerja sebagai karyawan swasta, mahasiswa, tukang tato, pelajar, pengusaha kreatif dll. Berdasarkan pengalaman saya ke spot dimana mereka sering nongkrong, ternyata mereka adalah sosok-sosok yang sangat humoris bersahabat dan cerdas, beda banget dengan kesan dari luar yang terlihat sangar dan menyeramkan, perasaan mereka lebih lembut dari salju sekalipun (aaah yang ini lebuuuy).

Disaat hantaman labelisasi dan pencitraan ga berimbang oleh media dan golongan masyarakat yang mempunyai ideologi ”mapan”. Mereka di jadikan tumbal dari “kegagalan” sistem penerapan budaya normal yang di dengungkan masyarakat umum dan pemerintah. dan membuat golongan ini (punk) sebagai budaya yang tidak diinginkan karena merupakan budaya impor dari luar (baca: England). Hal ini menjadikan mereka menjadi pribadi-pribadi yang terkekang kebebasan ekspresinya dalam berpenampilan, oleh masyarakat yang menjunjung norma dan adat istiadat ketimuran (katanya sih!). Padahal menjadi punk bukan bagaimana kamu harus mirip menjadi punkrock star, tapi bagaimana kamu menghilhami diri, menggali potensi yang ada, pede dengan DIY yang digenggam.

Dan  jika diambil benang merah dari ”kegagalan” budaya normal tadi, indikatornya bukan terletak pada bagaimana cara berpakaian anak-anak ini. Tapi kemampuan generasi muda itu memahami dan menyerap setiap budaya dari luar, dan di terjemahkan ke dalam ruang berpikir yang luas. Tapi akhirnya kemunafikan masyarakatlah yang tidak memberikan ruang untuk memberi kebebasan berekspresi. Berpenampilan aneh, seronok = sesuatu yang tidak baik dan akan di cap sebagai minor personal. Jika kita berpikir legowo dan mau terbuka dengan lapang dada, bukankah ”kemandirian” generasi muda yang menjadi modal awal suatu bangsa, selain faktor yang lain.

Standar budaya mapan yang diterapkan oleh kalangan mayoritas yang cenderung tekstual, akhirnya menimbulkan pengekangan-pengekangan yang bersifat parsial (secara keseluruhan) tanpa disadari hal ini menjadikan individu-individu dalam suatu tingkat masyarakat menjadi miskin kreasi dan tumpul estetika. Karena apa? Yup! Hal ini merupakan akibat dari penjajahan selera oleh fundamentalis. Kaum fundamentalis ga akan pernah menerima keanekaragaman yang dibawa dari hati masing-masing person.

Ada pengalaman estetika disini ketika mereka berpenampilan punk, contohnya:
1.     Sepatu boots yang mereka gunakan sebagai bentuk penolakan terhadap aparat (polisi dan tentara) yang menindas rakyat kecil.
2.     Celana robek-robek sebagai bentuk anti ”budaya mapan“.
3.     Rantai-rantai yang mereka gunakan sebagai bentuk protes terhadap polisi.
4.     Rambut mohawk sebagai bentuk protes terhadap penyeragaman selera (standar model rambut).
5.     Dan masih banyak pengalaman estetika mode yang mereka gunakan, bukan semata hanya karena style tapi mempunyai makna estetika dibalik itu semua.

Masyarakat umum melihat anak-anak punk hanya sebagai sampah masyarakat, generasi yang termarjinalkan dll dll. Hal ini akibat dari citra yang dibangun oleh media dan ulah dari para posser (anak-anak yang sok berdandan ala punk) yang berperilaku premis dan hippies yang melakukan aksi-aksi yang sebenernya menghancurkan citra dari kebebasan dan DIY (do it yourself) itu. Kenyataan yang kita terima bahwa banyak yang terjebak dengan stigma negatif karena mereka hanya mengikuti punk untuk kebutuhan budaya pamer semata, tempat pelarian sehingga bersembunyi dibalik tirai kebebasan dan menuhankan kebebasan yang sebebas bebasnya yang akhirnya merugikan orang lain dan masyarakat pada umumnya. Sehingga menjerumuskan anak-anak punk ini (posser) ke proses pengkerdilan makna dari kebebasan itu sendiri. So, coba artikan antara kebebasan dan penghargaan terhadap kebebasan itu?

Hal ini yang sangat bertentangan dengan prinsip yang dipegang oleh Rocky dan Leo dalam menjalani hidup sebagai punk yaitu punk = DIY = kebebasan yang bertanggung jawab = pengalaman estetika = persaudaraan = cita rasa sosial yang tinggi = dan penghargaan terhadap personal. Itulah yang menjadi jalan pikiran mereka saat ini. Karena mereka hanyalah pemuda yang mencari arti kebebasan dalam nafas penghargaan terhadap nilai kemanusiaan, bukan pelarian dan kebutuhan budaya pamer semata.

Ketika mereka berkeluarga nanti mereka akan tetap menjadi punk, tanpa harus berpenampilan punk. Karena setelah itu punk bagi mereka ada di hati dan perbuatan yang nyata. Punk = DIY = kebebasan yang bertanggung jawab = persaudaraan = cita rasa sosial yang tinggi dan =  penghargaan terhadap personal.

U r fucking guys dude!!!


Cheers,
-GJG-

CBGB-OMFUG


Kali ini aku ingin berbagi info tentang “apa itu CBGB-OMFUG?”

Ga salah kiranya bila CBGB (Country, Bluegrass, Blues) disebut sebagai rumahnya musik underground. Ga ada yang nyangka sebelumnya kalo grup band Television dan Ramones yang manggung lebih dari 100 kali di CBGB akan menjadi bagian dari band punk utama di tahun 1970-an dan memiliki jutaan fans. Sampai-sampai aku hari ini masih menilai album debut Television sebagai salah satu dari sepuluh album terbaik tahun 70-an. Info dari bacaan yang aku baca (Gambar bawah), padahal sewaktu pertama kali bermain di CBGB, mereka bahkan ga dapat membayar minuman mereka sendiri.

Ini bacaan yang aku baca. Aku punya bukunya di kos. Kalau mau minjem, silahkan. Kalau mau di fotocopy, jangan!! Ya sama aja membajak dong.
Artikel di blog ini bersumber dari “CBGB & OMFUG: Thirty years from the Home of Underground Rock” oleh David Byrne (2004). Buku ini aku dapat di Peri+ bookstore, Polonia Airport dua tahun lalu. Oh ya, buku ini aku baca lalu aku resume, jadi artikel ini ga plagiasi dong. Kan aku juga mengkaji lagi. Hhh…
CBGB dibuka pada Desember 1973 dengan band yang pertama kali tampil bernama The Con Fullum dari Maine, Elly Greenberg seorang seniman country folk, dan grup jalanan yang disebut The Wretched Refuse String. Tempat ini disebut pula Palace Bar karena terletak di basement Palace Hotel. 

Selama lebih dari satu abad, Bowery telah menjadi jalan bagi jiwa yang hilang. Orang-orang terlantar dan para gelandangan alkoholik berbaris hanya untuk terhuyung-huyung ke Palace Bar demi membuka mata mereka dengan minuman pertama white port (jenis wine dari anggur putih) atau muscatel (jenis wine dari anggur manis). Di Bowery terdapat lebih dari 60 flophouses (tempat yang menawarkan penginapan sangat murah) dan ada sekitar 40 atau 50 bar, tetapi Palace Bar (CBGB) adalah yang terbesar.

Sebuah awal masa cerah bagi CBGB mulai datang, yakni ketika Hilly Crystal sedang memperbaiki tenda di depan tempatnya itu. Ia melihat tiga pemuda berantakan yang memakai jeans robek dan t-shirt memandanginya dengan penuh ingin tahu. Mereka itulah tiga dari empat anggota band rock Television.

Ga ada klub yang akan membiarkan para grup band bermain rock n’ roll asli kecuali mereka telah memegang kontrak rekamannya. Ada begitu banyak yang hanya bisa berlatih di loteng dan ruang bawah tanah. Banyak pula dari mereka yang tidak memiliki tempat untuk bermain di depan publik. Karena itu, di CBGB terdapat sebuah kebijakan seperti yang dikatakan oleh pendirinya:
“The only way to play CBGB was to perform only your own music.” ~ Hilly Crystal. Keaslian yang utama, teknik nomor dua.

Mulanya ga berjalan lancar. Baik Television dan Ramones yang diberi kesempatan manggung di waktu yang berbeda ga menampilkan pertunjukkan seperti harapan Hilly Crystal. Bahkan, Ramones lebih buruk dari Television. Keduanya kacau. Saking ‘hancur’nya, Hill Crystal berkata, “I just didn’t get! NEVER AGAIN!!” Lalu, segalanya berjalan dan berkembang karena baik Television maupun Ramones mau bekerja keras, gigih, dan percaya dengan kemampuan diri mereka sendiri. Inilah mental legenda.

Courtney Love - guitar and vox Hole.

Pada 1974, di tengah resesi. Orang ga punya uang, tapi setidaknya sewa di daerah CBGB murah. Usia 18 tahun adalah batasan usia minimal remaja di New York boleh minum sehingga banyak orang muda terlibat rock. Sementara itu, New York sendiri dalam masa pembusukan. Sebuah tahun yang membosankan. Mendekati akhir, timbul pergolakan sosial kelanjutan dari tahun 60-an. Roe vs Wade, skandal Nixon, dan perang Vietnam.

Itu adalah masa cemas bagi orang muda. Mereka bingung. Lalu, mencoba menemukan sesuatu yang menjadi pegangan bagi mereka sendiri. Dunia berfluktuasi dalam sebuah periode transisi. CBGB menjadi tempat ketika banyak dari mereka dapat mengungkapkan rasa frustasi, keinginan, kecemasan, bahkan impian-impian.

Dikarenakan hamper setiap orang di band-band relatif ga dikenal, CBGB ga memberi mereka jaminan, tetapi memberi mereka sebagian besar pintu uang untuk menutupi pengeluaran mereka. CBGB mempertahankan bar-nya. Mudah-mudahan mereka akan melihat nilai membangun basis penggemar. Semakin banyak orang yang datang dan membayar untuk melihat mereka, semakin banyak yang mereka hasilkan.

Selama 1975, Tom Verlaine dari Television dan Patti Smith berkawan. Keduanya pernah bermain bersama di CBGB sebagai band pembuka pertunjukkan malam hari. Pada 1970-an perusahaan boleh tetap buka sampai pukul 3-4 pagi. Malam pertama itu, penampilan mereka diterima begitu baik sehingga grip Patti Smith dibiarkan main sampai empat malam dalam seminggu, dua set setiap malam, sampai pemberitahuan lebih lanjut. Hingga akhirnya mereka bermain sampai tujuh minggu. Clive Davis dan staf turun beberapa kali dan akhirnya menandatangani kontrak band tepat di luar CBGB.

Kemudian Hilly Crystal mengadakan audisi untuk mengisi di CBGB yang diantaranya diikuti The Shirts dan The Talking Heads. The Shirts membawa orisinalitas yang didasarkan pada harmoni, lirik menarik, dan pengaturan dengan melodi yang agak rumit. Sementara The Talking Heads simple dan langsung.

Juni 1975 menjadi musim panas yang panjang. Rock jalanan belum lagi disebut punk. Banyak band dari Boston dari Philadelphia mulai berdatangan ke New Yok untuk bermain di CBGB. Hal ini membuat jumlah band rock menggembung. Meskipun demikian, belum ada penghargaan dari label rekaman, belum ada liputan pers, dan hanya sedikit pelanggan yang membayar pertunjukkan mereka. Namun bagi Hilly Crystal, segalanya berlangsung menyenangkan, semuanya dapat berpesta, dan bermain dengan keaslian mereka, tidak peduli pendapat orang lain.

CBGB membuat festivalnya sendiri, diberi nama “A Festival of the Top 40 New York Bands”, Hilly Crystal mengeluarkan iklan besar di Village Voice dan Soho Weekly News dan mingguan musik New Jersey bernama The Aquarium. Iklannya mengabarkan tentang Newport Festival yang akan dimulai sehingga puluhan ribu orang dan pers akan membacanya.

New York City bukanlah tempat yang mahal untuk dikunjungi pada Tahun 70-an. Banyak wartawan music menginap di kota itu untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang Newport Festival dan untuk menghadiri Festival CBGB. Koran lokal sangat mendukung, Rolling Stone juga ada di acara ini. NME dan Melody Maker datang dari Inggris. Para penulis majalah musik Prancis, Belanda, Jepang juga fotografer pun datang.

Band-band yang bermain paling menonjol adalah Television, Ramones, Mink De Ville, The Shirts, Johnny’s Dance Band, The Marbles, The Mumps, The Planets, Tuff Darts, The New Harlots, The Fast, The Demons, Orchestra Luna, The Miamis, dan The Heartbreakers bersama Johnny Thunders dan Jerry Nolan (New York Dolls) serta Richard Hell yang telah meninggalkan Television.

Festival berlangsung sukses. Industri musik mulai dating ke CBGB, lagi dan lagi. Stein Seymour dari Sire Records benar-benar ahli dibidangya dalam memilih kontrak artis-artis baru dan membawa musik baru ini ke hadapan publik. Ketika Stein Seymor mengontrak Ramones, ia dan Danny Fields (manajer Ramones) membawa mereka ke Inggris untuk melakukan tur pada perilisan album rekaman pertama mereka.

Majalah-majalah rock n’ roll yang tadinya ga pernah menaruh perhatian pada CBGB, kemudian memberikan kepercayaan pada tren baru dalam music ini. Scene music baru telah berkembang. Max’s Kansas City kembali dibuka dan memulai hal yang sama seperti CBGB. Fotografer dan para penulis tentang rock berkeliaran. Klub-klub di kota lain mulai mendapat angin dengan adanya peristiwa ini. Di antara mereka The Rat (Ratskeller) di Boston mulai mempromosikan jenis rock bar. Dimulailah era punk yang tadinya disebut street rock kemudian disebut punkrock.

Tim Armstrong - guitar and vox Rancid.

Rancid perform is crowded, fans do lets pogo and down to the music.

Cheers,
-GJG-

Jumat, 04 April 2014

FIKSU (Fiksi Asu bukan Fiki Shu)


Malam itu dia datang, ga nyangka udah lama juga ga ketemu. Sebenernya sempet mau ketemu cuma waktunya ga tepat jadi ga jadi ketemu. Tiba-tiba dia nelpon dengan gaya khasnya dia, “Si, dimana? Gw sama anak-anak nih, mau seluncuran”.

Terus gw bilang, “Gw di rumah Nal, ikut dong dimari sepi nih".

And then he said, “Oke, gw jemput ke rumah ya." Ga lama dia dateng sama kawan-kawan lama gw yang lainnya. Terus kita berangkat ke indoor skatepark di Handasa. Park-nya asik, bisa ngerokok, udara seger (yaiyalah kan AC), bebaslah pokoknya. Latihan sampai pukul 2 malam. Kumpul lagi sama kawan lama seru, kocak.

Awal dari situ Reynald sering ke rumah. Sekedar ngobrol sambil main gitar, tuker pikiran, dll. Dia sering iMess tapi ga sempet gw bales karena waktu itu kebeneran ga ada pulsa dan paketan pun drop (maaf ya kasih, hhh…). Ga lama dia cabut ke Yk, gw mulai iMess-an, nothing's goin on we're just talk about nothing hhh…

And then one night kita iMess-an lagi, gw tanya,

Kam, 14 Feb 10:19 PM

To: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Kapan balik Nal?
Read 10:19 PM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Kesiangan mulu nih Si, lagian gw denger-denger Bandara Baranangsiang tutup ya??
Read 10:21 PM

Reply To: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Pulanglah Nal…
Read 10:22 PM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Emang ada apa Si?
Read 10:22 PM

Reply To: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Ada gw Nal, hhh...
Read 10:24 PM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Alasan yang tepat, bentar ya Si...
Read 10:25 PM


Lama dia ga bales, gw iMess lagi.

Kam, 14 Feb 11:05 PM

Reply To: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Kenapa Nal?
Read 10:05 PM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Otak gw kayak jalan aja Si, berangkatiiiin Si ke Bogor (Bgr). Kita akan bertemu di waktu yang nocturnal ya Si.
Read 11:09 PM


Gw kira dia bercanda ternyata besok paginya dia iMess.

Jum, 15 Feb 08:21 AM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Si, gw jd ke Bogor lagi booking tiket. Terus gimana Si?
Read 08:21 AM

Reply To: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Oke kabarin tar balik bareng aja ke Bgr. Cari pesawat yang mendarat pas gw balik kantor.
Read 08:26 AM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Baiklah…
Read 08:27 AM


And he arrived, dia bilang.

Jum, 15 Feb 16:46 PM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Dimana Si, gw baru mendarat. Gw tunggu ya, kalo ada cowok kece bawa papan berhenti ya. Hhh...
Read 15:01 PM

Ketemulah sama dia, dengan t-shirt merah, celana pendek, trucker hat merah bertuliskan Kaus Kutang, dan sepatu gembung. Hhmmm…kita ngobrol. Tiba-tiba dia nanya "Besok agendanya apa Si?"

Gw bilang, "Ngumpulin data buat laporan di kantor Nal.”

Kata dia, "Boleh ga gw anterin hhh…"

Gw bilang, "Boleh Nal, tapi bangun pagi ye..." Sepanjang jalan kita ketawa-ketawa plus dia bawa oleh-oleh gelang wwjd buat gw, bakpia buat tantenya, dan abangnya dibawain santoso. Hhh...

Malam itu ga langsung balik, mampir dulu ke tempat abangnya di Cipulir ngasih oleh-oleh bakpia dan santoso. Kelar dari sana, cabut ke Bgr, makan di Harlys and then go home. Gw anter dia. Sesampainya gw di rumah, iPhone ada notif dari iMess-nya.

Jum, 15 Feb 09:57 PM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Si hati-hati, tks ya Si…
Read 09:57 PM


Besoknya beneran lho dia bangun pagi, terus iMess gw.

Sab, 16 Feb 06:45 AM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Si, jadi ambil datanya?
Read 06:19 AM

Reply To: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Baru bangun Nal...bentaran lagi ya..
Read 18 Nov 06:45 AM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Siang amat.. Okelah..
Read 06:49 AM


Terus ga lama dia jemput.

Manis banget waktu itu, dia bawain berkas-berkas gw.. anterin gw kemana aja.. ngelindungi.. selalu ngebukain pintu buat gw.. he’s nice, he’s cute, untuk seorang yang gw kenal cablak dan ekstrim hhh... Besok-besoknya kita jalan bareng terus. Weekend bareng sama anak-anak juga.

Awal dari semuanya.
Seminggu dari itu, Jum’at malam habis jalan sama abang gw (yang aslinya kawan dia) dia mampir ke rumah, dia laper gw buatin nasi goreng. Puji Tuhan, dihabisin. Ntah apa karena kelaperan kali yah hhh.. Ga lama dia maenin gitar aja, ga ngeh lagu apa karena gw bengong aja, terus dia bilang, "Si gw punya lagu enak nih, gw share ke handphone lu yee.”

Gw bilang, "Lagu apa Nal? Sape yg nyanyi?"

Dia nyaut, "Ada Si dua lagu, judulnya –east bay night– lagunya Rancid, sama satu lagi –if I like you– Offspring yang nyanyi. Dengerin ya Si." Gw dengerin, pertamanya ga ngeh juga kalau lagu itu artinya buat gw. Nyadar-nyadar gw cuma senyum-senyum, dia juga senyum-senyum. Kita diem aja berdua. Ga lama dia pamit aja pulang, ga nyangka masakin nasi goreng dikasih lagu hhh..

Terus sabtu pagi dia nyuruh ke rumah sebelum jalan. Gw dikenalin sama keluarganya, lucu banget, gw bingung gitu, udah gitu kita jalan. Tadinya mau nonton, cuma waktunya ga ada yang cocok karena setiap weekend dia udah di-booking sponsor buat seluncuran. Akhirnya ga  jadi nonton, gw temenin dia seluncuran sama anak-anaknya yang juga kawan-kawan gw. Seru. Love to see him playin skateboard, and playlist full punkrock di iPod-nya yang gw dengerin.

Selesai seluncuran, bingung mau kemana akhirnya dia anter gw balik. Momennya lucu banget, nyampe rumah gw, gw ma dia liat-liatan gitu, senyum-senyum ga jelas. Ga lama dia NYIUM gw (wtf, speechlees tau aja apa yang gw harepin) terus dia bilang, "Aneh ya Si..."

Gw bilang, "Iye Nal..." Kita berdua bengong.

Terus dia bilang, "Berangkatin aje ye Si..."

Dengan caranya itu dia nembak gw hhh… Gw cuma manggut-manggut, senyum dan bilang "Iye Nal."

Malamnya dia iMess.

Sab, 23 Feb 11:21 PM

From: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Antiklinia.
Read 11:21 PM

Reply To: Reynald Fanani (+628529201xxxx)
Fanani...
Read 11:23 PM

Happy yang gw rasain, gw kaya ketemu jiwa gw aja setengah. Setiap gw jalan sama dia ketawa mulu, ada aja kegilaan dia yang bikin gue ngakak. Dia tipe orang yang ga bisa ungkapin rasanya jadi dia selalu kasih gw lagu kadang tulisan di blog-nya. Setiap jalan pasti ada theme song-nya hhh..

Dia selalu bilang, "Kita seneng terus ya Si. Ketawa mulu. Cobaan nih Si, pasti ada air mata." Dia selalu bilang gitu, tapi gw selalu positif thinking aja. Setiap gw lagi sedih juga dia bilang, "Sabar ya Si. Cobaan yg berat untuk orang-orang yang kuat. Senyum aja Si." Selalu damai deket dia, ga pernah ada emosi. He really2 nice man, simple, care, selalu buat gw tenang.

Ga lama dia harus cabut lagi ke Yk. Sepi, sedih yg gw rasain. Sampai akhirnya gw ga kuat, gw susul dia ke Yk, gw bilang sama dia "Kapan lagi gw ketemu lu, mumpung ada waktu even dua hari. Just to see u I'm happy."

Sampai di Yk, dia jemput gw di airport. So glad to see his smile. Gw langsung dibawa ke pantai, sama kawan-kawannya juga. Sampai pantai, gw ngeliat ada yg nyewain ATV. Langsung kita berdua boncengan naik ATV. Rasanya kayak anak kecil yang seneng banget. Kita puter-puter pantai. Belanja keripik-keripik pantai dan makan malam pakai ikan bakar.

Udah gitu kita ke Malioboro. Dia nemenin gw muter-muter dengan sabarnya, yang setau gw dia lagi ga enak badan. And then we go home. Seru kumpul sama kawan-kawan skate-nya, begadang sampai pagi nemenin dia juga ga bisa tidur karena batuk-batuk terus. Sampe akhirnya bisa tidur juga.

Besoknya kita muterin Yk lagi naek motor Honda Karisma biru glitter, diajakin nongkrong di kopi klotok (awesome places to drink hhh…), beli pizza di sebelah warung santoso, nongkrong di santoso. And then balik deh, sewa dvd, kita nonton dvd, hhhmmmm ga akan pernah lupa. Malam sebelum gw pulang, dia ga tidur cuma liatin gw tidur, jagain gw sampai pagi. Anterin gw ke airport, ga pernah ada kepikiran kalo itu pertemuan gw terakhir sama dia, dia bilang sama gue. "Tenang Si, ini bukan akhir tapi awal, gw sayang lu Si." Akhirnya kita long-distance, its hard, tapi dia selalu bisa buat gw tersenyum dan percaya.

Ga lama dapet kabar dari dia, dia mau berangkat ke Kalimantan buat riset lagi untuk dua bulan. Khawatir, sedih semua campur aduk yang gw rasain, tapi apapun hal yang baik apalagi buat masa depan dia gw selalu support, dia bilang "Sabar ya Si, gw udah punya rencana buat lu. Akan indah pada waktunya, percaya sama Tuhan ya." Tenang banget pas dia ngomong gitu.

Akhirnya dia berangkat, yang gw tau dari dia bakal susah sinyal, tapi dia bilang. "Sebisa gw pasti gw bakal nelpon lu Si, baik-baik ya Si. Be good"

And I just smile and say "Oke, sayang."

Dan ternyata emang bener, gimana pun caranya dia nelpon gw atau sms gw. Dia ke bukit dulu setiap malam untuk cari sinyal. Even dia lagi kerja siang, begitu ada sinyal satu atau dua dia pasti sms atau telpon walau 1 menit. Selalu nyemangatin gw, nghibur gw walau jauh.

Hitungan hari dia mau balik kita udah buat rencana buat liburan bareng lagi ke Yk. Uda sempet booking juga tiketnya. Entah kenapa seminggu sebelum kepergian dia, khawatir gw berlebihan, dia telat ngasih kabar atau ga nelpon, gw kebingungan, panik, takut dia sakit atau kenapa-kenapa. Dan tanggal 4 Juli hari Kamis kita ribut, masalah sepele karena terlalu khawatir dia batuk-batuk terus, gw ngelarang dia nge-beer. Kita ribut, kata-kata dia terakhir cuma: “Gw sayang sama lu Si, gw lebih sayang lu dibanding diri gw sendirii.. bae-bae.."

Jum’at ga ada kabar, Sabtu dia harus pergi untuk selamanya.
Reynald, begitu banyak arti buat hidup gw. Ini kehilangan terbesar dalam hidup gw. Gw berusaha buat kuat Nal, buat selalu senyum seperti yg lu bilang. Sabar yang selalu lu ingetin ke gw.
Berat  Nal, tapi gw selalu yakin kata-kata lu, “semua akan indah pada waktunya.” Kamu udah bahagia disana. Aku juga berusaha bahagia disini.
Tks Nal, untuk empat bulan yang indah. Kamu memberi banyak hikmah dibalik semua ini. Aku sekarang punya keluarga baru yang sangat-sangat aku sayang, keluarga kamu, kawan-kawan kamu. Rensi sayang kamu, Reynald Fanani.


TALENT:

Rhencyta Antiklinia
Rensi, 23 tahun, workaholic banker, penikmat hidup yang seharusnya punya masa depan cerah. Harusnya. Sampai ia berpisah selamanya dengan ksatrianya dan merasa dirinya damaged good.
Seperti historial namanya, Rancid yang berarti tengik dan Antiklinorium kumpulan lipatan. Rensi mampu mengumpulkan kehidupan yang berkomposisi keji sekaligus melipatnya agar semakin dikaji, sick!!

Reynald Fanani
Renal, 24 tahun, mahasiswa pascasarjana, seru, humble, brilliantly funny. Sempat khawatir ketika bahagia, karena sadar nanti akan ada airmata. Selalu lega ketika ada masalah karena setelahnya hadirlah bahagia. Tears of joy!
Nama yang disandang mengandung makna kerinduan akan kawan lama dan dedikasi kepada (RIP) Zaenal Fanani.



Cheers,
-GJG-