Selasa, 27 Agustus 2013

ORISINAL VS OTENTIK (salah tingkah)

Beberapa perempuan Melayu lari dan menghindar dari matahari mungkin karena ia ingin otentik dan baru.
Karena there is nothing new under the sun.

Tanggapan "wow" atau "keren" ga selamanya buruk. Kadang aku merasa surprised ketika beberapa tulisan di blog-ku ini ditanggapi dengan kosakata umum tersebut. Sedang nulis (heitt ngetik ding) artikel tentang kegundahanku malah ditanggapi "keren". Ini membuat aku tersenyum dan terkesan ganteng. Yaiyalah, mereka yang habis ngebaca blog-ku langsung private messages ke aku untuk nanggepin, tapi tanggapannya KEREN, uda gitu doang, kriiik!! Kan ga jelas apanya yang keren, aku mah nangkepnya mereka bilang aku yang keren (bukan tulisanku). Hhh... kalo itu emang dari lahir. Thx mom, thx dad, berkat sikuel percintaan kalian terlahirlah anakmu yang dibilang keren oleh kawannya.

Ingat!!! Yang bilang itu kawannya, bukan media massa. Bisa aja si kawan itu bencis atau homreng. Hhh... Tetapi sesungguhnya, tanggapan "wow" atau "keren" membuatku jengkel karena saking mewabahnya kata-kata itu.

Ngadepin penulis berbakat seperti aku ini (asseeekk) jangan dengan cara-cara umum dan klise. Be authentic-lah. Jiwaku akan tergerak, hhh...

Otentik dan orisinal itu lain. Ga ada yang orisinal di jagad raya ini, semua saling "meniru" dan "menginspirasi". Contoh, kamu ga usah capek-capek membuat bahasa baru agar orisinal. Pakai aja bahasa yang udah ada, tapi kamu pakai secara khas versi kamu.

Buat apa kamu berusaha mati-matian menemukan kata lain untuk papan, untuk makan, dan untuk depan, kalau semuanya sudah ada di dalam sejarah. Pakai saja kata-kata itu. Pakai saja kata-kata yang sudah tersedia dengan tata bahasa yang sudah tersedia juga, tapi dengan gaya yang khas kamu.
Tidak ada lagi kebaruan, semua kata pernah dikalimatkan. Pilih sisanya diudara, ucap lagi dengan mulutmu. Tak ada yang baru di bawah matahari. _Farid | Fstvlst.
Buat apa capek-capek kamu menemukan tablet, instagram, smartphone? Manfaatkan aja semua itu menurut selera dan tujuanmu sendiri. Tugasmu adalah menemukan hal lain melalui berbagai perangkat itu. Kamu bisa bikin film, ber-citizen journalism, bikin sketsa maupun lukisan yang menjadi obsesimu sendiri.
Contoh selanjutnya: Kamu ga usah capek-capek menemukan bahan lukisan orisinal. Pakai aja yang uda ada dari nenek moyang, misalnya cat minyak, atau akrilik, atau krayon, tapi melukislah khas kamu. Meskipun saya ga bisa ngelukis, tapi saya nulis (eeh ngetik ding).
Masih ada lagi. Capek-capek nyari tangga nada baru? Udah aja dari tangga-tangga nada yang sudah ada (pentatonik, daitonik, dan lain-lain) kamu bikin lagu khas kamu.
Oh ya, satu lagi. Ngapain capek-capek nemukan Hukum Newton?? Pakai aja dalil dan hukum warisan itu buat keperluan khas kamu. Ga usah sok deh, aku aja ga pernah ngaplikasiin hukum ini. Hhh...
Charles Darwin juga ga orisinal-orisinal amat tuh. Sebelumnya ada pemuda India (lupa aku namanya) yang punya pikiran soal evolusi. Tapi cara-cara yang digunakan Darwin untuk menjelaskan argumentasinya dinilai otentik walaupun mungkin ia terpengaruh oleh Wallace yang juga melakukan observasi seleksi alam di Ternate.

Padi juga ga orisinal kita, dari India (kok India mulu sih, negaranya Katrina Kaif soalnya). Tapi cara bertani padi orang Bali, orang Jawa, orang SUnda, dan lain-lain otentik.
"Jo, apa otentik itu harus nyentrik di mata umum??" Tanya si kawan yang lagi gitting.
"Ga harus juga kali. Yang penting mah kita ngerasa merdeka. Kalo dengan jaket kulit udah merdeka, ya gooo kita ikutan upacara agustusan." Jawabku sinting, sambil jemur jaket.
Aku ganti LOL dengan "Hhh..." pertama-tama bukan agar beda atau nyentrik, tapi bagi aku ketawa tuh bagusnya campuran ngakak dan tangis. Itulah kemerdekaan bagiku. Yaitu menafsirkan tawa dan tangis secara gado-gado. Kenapa gado-gado? Karena itulah makanan kesukaanku, hhh...

"Hhh..." itu bisa saja:
1) hahaha,
2) hehehe, dan
3) hihihi, bahkan
4) hohoho, atau malah
5) huhuhu.
Terserah kawan-kawan mau mengimajinasikan tawaku seperti apa, bebas! Ada yang bilang bebas itulah merdeka. Jadi selain merdeka, aku juga memberi kebebasan kepada kawan-kawanku yang membaca tawaku. Merdeka dan bebas itu identik dengan punkrock. Punya jalur dan semangat hidup sendiri untuk mendobrak tujuan hidupnya, mapan! Mapan dalam punkrock ga harus kaya, tapi mapan itu bisa bebas serta merdeka. Ya balik lagi deh, seputar itu doang ternyata. Bebas - merdeka - punkrock - mapan.

Tapi sebetulnya ini ga baru, sudah lama Semar ketawa secara begini. Tangisnya sudah melebur kedalam tawa, tawanya sudah melebur kedalam samudera tangis *haseeek. Tapi "Hhh..." itu kan dulu cuma sound. Wong waktu jaman Semar itu jamannya sastra tutur, belum sastra tulis. Tawa Semar ga pernah ditulis oleh orang jawa. Tapi kemudian pergaulanku dengan pelaku seni di Yk (baca: anak ISI) yang terkesan lugas dan simple menimbulkan inspirasi buat aku untuk menulis tawa Semar "Hhh...". Kemudian "Hhh..." menjadi tawaku di dalam sosmed yang mungkin belum pernah dibayangkan oleh Semar. Lumayan simple kan? Bisa juga di tulis "Hhh" untuk menghemat karakter sms atau medsos.

Aku kemana-mana pakai celana pendek selutut, kecuali kalo sekolah. Di pulauku kalimantan jenis celana ini di sebut celana skater, ntah darimana asal usulnya, padahal Rodney Mullen selalu pakai celana panjang saat ngulik-ngetrik papannya. Sulit membayangkan celana khasku? Kawan-kawan semua uda pernah SMP dong pastinya. Yaa seukuran itu, selutut. Karena pakai celana panjang itu panas, gerah, ga bebas, ga merdeka juga, dan pastinya ga punkrock, hhh... Pakai celana pendek tapi aku tetap bersepatu, biar terkesan rapi dan ga mengecewakan pasangan yang aku gandeng, hhh... It's really interesting. It's like a whole new world to me.

Point-ku, keanehan dan kebedaan janganlah jadi tujuan. Tujuannya kemerdekaan. Di artikel lain aku pernah nulis, berani tampil beda itu hebat! Tapi jangan sok mau beda, kalau kita sendiri ga nyaman ngejalaninnya karena kita di awal perbedaan kita bakal dikucil dan kecilkan. Kalau kita ga kuat dalam beda bakal runtuh deh.
Perbedaan berasa indah sebelum di beda-bedakan. _GJG
Seperti kataku tadi, kalau dengan jaket kulit kamu merasa merdeka, ya GO! Banyak punkrockers yang mendunia itu rapi-rapi. Sebut saja Matt Freeman (Rancid) skill bass-nya sangat liar, seperti di lagu roots radical dan maxwell murder. Tapi Matt Freeman rambut disisir rapi (klimis), boots docmar, lengan baju dilipat dengan berlapis kulit leopard, meskipun seluruh badan bertato tapi karya-karya beliau belum pernah dicekal KPK. Ya itulah rapi menurut saya, bersih dan murni tanpa mengambil atau mengakui hak-hak orang lain.

Gampangnya gini deh...
Orisinil itu asli, dan
Otentik itu khas.
Ga asli gapapa, tapi begitu kamu gunakan yaaa harus jadi khas kamu. Aku ga pake ketawa "Wkwkwk dan Ckckck" tapi pake "Hhh" bukan untuk gaya-gayaan. Tapi karena "Wkwkwk dan Ckckck" bagi aku terlalu sok imut dan terlalu girly. Bagi aku "Hhh..." lebih lugas, jauh lebih macho, dan sangat mengekspresikan kekhasanku.

Tapi ingat lho, khas pun ada batasnya. Ga semuanya harus khas kamu. Kalo kamu nyetir di jalan dua arah dan kamu ambil jalur kanan supaya khas, rasanya bukan otentik tapi DONGO. Mungkin suster-suster di UGD  (setelah kamu kecelakaan) bisa menjelaskan apakah kamu otentik atau ... sangeh.


Cheers,
-GJG-


Sabtu, 24 Agustus 2013

DOCTORS MADE IN INDONESIA

Susu si Nila yang segede belanga rusak karena titik-titik. Kata terpatah.

Tanpa bermaksud merendahkan pelawak atau mengagung-agungkan skateboarders, lebih baik minta pendapat mereka (pelawak dan skateboarders) ketimbang ke Profesor Doktor di Indonesia yang ga lagi pernah buat penelitian dasar.

Doktor ibarat SIM. Meneliti ibarat mengemudi. Doktor yang ga pernah meneliti lagi, sama aja kayak punya SIM tapi ga pernah nyetir.

Dari pengalaman hidupku, akal sehat pelawak dan skateboarders jauh lebih sip ketimbang akal sehat Doktor yang ga pernah neliti lagi.

Harusnya disertasi adalah karya awal atau inisiasi Doktor untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Tapi ga jarang di Indonesia disertasi adalah karya terakhir Doktor.

Skateboarders ga perlu minder sama Doktor di Indonesia yang sudah ga bikin penelitian dasar lagi. Mereka juga awam seperti kalian!!!

Mestinya Prof dan Doktor yang ngomong di media massa, pendapatnya atas dasar penelitian mutakhirnya. Bukan atas dasar akal sehat semata. Akal sehat urusan awam.

Cek sendiri. Benarkah banyak Doktor pengin jadi Profesor dengan berbagai cara agar dapat tunjangan negara sampai 15 jutaan per bulan???

Hati kecil ingin usul ke wartawan yang mewawancarai Doktor tentang suatu topik, tanya dulu apa penelitian terakhirnya tentang topik itu dan kapan? Jangan-jangan sudah 15 tahun yang lalu ketika dia meraih gelar Doktor.

Aku juga usul kalau kita semua baca paper Profesor di Indonesia, bilang, “Saya salut kutipan dan daftar pustaka Prof. Begitu banyak. Begitu lengkap. Tapi maaf, mana pendapat Prof sendiri di paper ini?”
Sekian.


Salam,
-GJG-

DOKTOR BK

Di mata saya, salah satu karakteristik yang membuat Dr. Ir. Bambang Kuncoro, MT (panggil saja BK) bisa begitu sukses dalam kariernya adalah ia sangat membenci kesalahan.


Saya mengenal baik sosok BK setelah berlatih dan bekerja di bawah arahannya di penelitian berbeda: batubara, bijih dan pasir besi, bahkan bencana geologi oleh Kementerian PU.

"Ketika salah, beliau tak bisa menerimanya. Beliau tak bisa hidup dengan kesalahan dan Anda bisa merasakan itu dalam dirinya," kata GJG, yang kini sedang bahagia mendekati 30 Agustus, kepada Daily Mail. Hhh… Kidding guys.

"Sepulang dari lapangan ketika saya menampilkan data yang sangat minim atau terbatas, keesokannya akan menjadi hari yang buruk untuk bekerja dengannya. Beliau tak banyak berbicara tapi ketika melakukannya, beliau harus mengkritik dan mengatakan apa yang dipikirkannya tentang keterbatasan data saya. Beliau membuat saya merasa mesti berkembang." Ini yang saya alami dalam penanganan pekerjaan Analisa Risiko Bencana Terhadap Jalan Nasional Lintas Barat Sulawesi, Pulau Timor, dan Pulau Flores. Ketika itu menghimpun data kondisi sosial yang sangat-sangat minim saya dapat. Beliau membangkitkan gairah saya bahwa sebagai peneliti harus berfikir cepat dan kritis terhadap penghimpunan data.


Terkadang beliau mengkritik saya di depan tim, tapi di lain waktu beliau mengatakannya kepada saya sendiri. Tapi beliau hanya mengatakan apa yang dipikirkan, yang dilihatnya, dan apa yang menurutnya benar. Beliau tak mengatakannya untuk menyalahkan saya, tapi untuk membantu saya.


Saya ga pernah memasukkannya ke dalam hati. Saya juga bisa menyampaikan pendapat saya kepadanya, dan beliau akan menghormati itu.

Bagi saya yang membuatnya sangat spesial adalah detail yang diterapkan dalam penelitiannya. Beliau ingin setiap personil timnya mampu berkembang di bawah arahannya, tapi di atas segalanya beliau ingin sukses. Saya telah ikut membantu men-sukses-kan sangat banyak penelitian bersama-sama.

Peneliti senior dibilang sukses apabila ditentukan dari sikap dan karakter. Keduanya ada di Pak BK.

Saya menulis artikel tentang Doktor BK ini bukan karena saya anak didiknya yang masih bertahan, bukan juga karena saya selalu dipuji-puji. Sesungguhnya karena saya telah dimarahi, disemprot, diocehin yang bersifat konstruktif (membangun), dibimbing, dilatih mental, serta diajarkan bagaimana menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang besar.

Sewaktu saya menjadi mahasiswa bimbingannya. Saat konsultasi saya merasa skripsi saya dikuliti habis-habisan (dibantai kalau bahasa awamnya). Tetapi otak kecil saya berfikir beliau benar-benar menghargai skripsi yang saya buat karena beliau bersedia meluangkan waktu untuk mengecek perhalaman dan perlembar peta. Banyak sekali koreksi yang dicatatnya untuk segera saya perbaiki, sehingga akan menambah pekerjaan saya lagi dikos. Tidak masalah, itu semua akan meningkatkan kualitas skripsi yang saya buat waktu itu.

Jenuh jelas, kawan-kawan saya hanya 3-4 kali konsultasi dengan pembimbingnya langsung sudah mendapatkan acc (persetujuan untuk maju). Apakah saya iri? Iya.
Pernyataan yang menguatkan saya waktu itu adalah: “Lebih baik berlumur darah saat latihan, daripada gagal di medan perang.” Lebih baik saya dibantai saat konsultasi (dimana hanya saya, beliau, dan Tuhan yang tahu), daripada dibantai saat presentasi kolokium bahkan sampai ga lulus.

Beliau paling anti dengan mahasiswa bimbingannya yang gagal, beliau berharap besar supaya mahasiswanya mendapatkan nilai skripsi A. Mulia sekali, karena ga hanya mahasiswa yang banting tulang tapi beliau juga ikut berpartispasi untuk membimbing, ngecek, dan koreksi demi kesuksesan bersama.

Percakapan berikut ini sekitar 7 bulan lalu. Sepulang dari lapangan pasir besi Kulonprogo, di mobil beliau bercerita

“Saya ini guru lho Stev. dan tenaga pengajar di UPN.” Ucap beliau tiba-tiba.
“Lha yaiya Pak.” Saya menjawab dengan nada bingung serta bergumam dalam hati, rendah hati sekali meskipun statusnya dosen tapi beliau menyebutnya guru dan dihaluskan dengan tenaga didik lagi.
“Saya akan lebih senang kalau mahasiswa datang kepada saya untuk dibimbing atau berdiskusi tentang keilmuan, teori, serta dimintai pendapat dari masalah perkuliahan.” Jawabnya.
“Oooo…oohh.” Singkat saya.
“Ya kemarin ada anak 2009 datang ke ruangan saya minta dikasih kesempatan untuk diajak proyek, waaah saya langsung kaget. Sebenarnya saya agak kecewa karena saya selalu memposisikan diri saya ini sebagai guru dengan tugas utama adalah mendidik dan mencerdaskan yang mau dididik dan yang mau dicerdaskan. Bukan malah mempekerjakan mahasiswa karena saya ga sanggup untuk menggaji mahasiswa calon geologist.” Bebernya yang setipe dengan curhat.
“Iya Pak, banyak juga yang cerita ke saya pengen ikut survey-survey untuk nambah pengalaman.” 
“Saya bukan pilih-pilih, harus bimbingan saya yang ikut proyek, bukan, bukan seperti itu. Jadi seperti Stev. dan kawan-kawan lain yang sering saya ajak untuk jalan-jalan ke lapangan, itu sebagai ucapan terimakasih dari saya karena kalian sudah nganggap saya sebagai guru dan mau dibimbing oleh saya. Saya serius dan keras dalam membimbing supaya kalian mampu melatih karakter kalian.” Tambahnya untuk menjelaskan opini, sekaligus mengakhiri perbincangan.


Artikel ini bukan berwujud biografi dan ga juga bermaksud untuk meng-agung-agung-kan Doktor BK. Tetapi semua yang saya ceritakan ini adalah sebagian tipis dari apa yang saya rasakan selama hampir 3 tahun berinteraksi dengan beliau.
Beliau bukan dewa. Beliau juga punya kelemahan, dan kelemahan beliau itu yang selalu saya pelajari.

Saya salah satu orang yang ga percaya kalau manusia itu sempurna. Makanya orang-orang yang saya kagumi selalu saya cari kelemahannya. Bukan apa-gimana, ya tapi untuk saya pahami. Kalau memang ada celah dan saya mampu untuk masuk maka saya akan berusaha melengkapi dan menutupi kekurangan mereka orang-orang yang saya kagumi. Jadi kehadiranku ada artinya dan begitu kerasa. *PRINSIP*

Nah si Doktor ini lemah di beberapa software geologi. Saya dulu sampai ikutan kursus software supaya bisa masuk ke ruang lingkup si Doktor itu. Saya berfikir kalau saya masuk melalui kelebihannya. Contoh mengenai hal batubara, sama saja saya seperti menantangnya, jujur ga sanggup saya menandinginya selain saya kurang pengalaman saya juga harus belajar sampai S3 dong. Gila… Tapi dengan prinsip, saya berhasil masuk, disitu saya belajar dari segala kelebihan-kelebihannya. Cara transfer ilmunya yang mudah dipahami maka banyak hal yang saya raih dari keilmuan, karakter, sampai manajerial. Tks.



Salam,

-GJG-

Jumat, 16 Agustus 2013

KAPTEN ZAEnal

Nal...
Lelahkah kau kawan, berlari bersama kami? Saya yakin itu ga akan terjadi.

Hari ke-40 kau telah jelang fajar baru, bersanding di Istana dengan yang Maha Kuasa. Hanya hari yang berganti tetap dengan semangatmu, ketika kau telah mendahului kami. Bersinarlah aku yakin, kau ga akan pernah berubah.

Selamat meninggal kawan!!
40 hari di ufuk baru. Kepal keras tangan, kini kau telah tenang di Istana yang baru.

Selepas ini pasti kami tetap tuangkan rindumu pada kau dengan rasa bangga dijiwamu. Pastikan tetap temani hari-hari kami dengan semangat sepertimu dan dengan kisah asmaramu sebuah tanggung jawab telah temukan arti bagimu, teruskan nafas hidupmu walau kau di alam kekal.

Selamat meninggal kawan.
6 Juli lalu saya dan kawan-kawan terhenyak!!

Si Ganteng yang jadi tokoh dalam artikel ini (Sumber: BuGil alias Gilcem).

Him...
Kau pergi tinggalkan tugas untuk saya. Linangan airmata jadikan lautan permata.
Besarnya derita lebih besar pula hikmahnya. Tunjukkanlah, agar yg pergi (baca: Zaenal) tersenyum disana.
Kau pergi ga hanya tinggalkan nama, kau yg pergi memberikan sejuta makna.
Kau pergi membangunkan seisi angkatan, jurusan, bahkan kampus. Agar mengerti dalamnya makna hidup yg ada.

Walau sederhana, aku rangkai artikel ini untukmu #RIP40hrZae
Meski rada garing (kriiik), hari ini aku mengenangmu #RIP40hrZae


Cheers,
-GJG-

Sabtu, 03 Agustus 2013

TAKDIR

Ga tau siapa yang bilang ini:
"Semua sekadar menjalani takdir. Ada yang ditakdirkan pasrah. Ada yang ditakdirkan berusaha. Ada juga yang ditakdirkan untuk tidak percaya bahwa semua sekedar menjalani takdir." - Sumber tidak diketahui.
Untuk mempelajari naskah penulis skenario, perlu bakat. Untuk mempelajari naskah Tuhan, perlu iman.

Sedih dipanggung adalah akting karena kamu itu based on script. Sedih dikehidupan harusnya juga akting karena kamu tahu itu naskah Tuhan.

Naskah sutradara kita tahu di depan, naskah Tuhan kita tahu di belakang.

Panggung dan kehidupan sehari-hari sesungguhnya ga jauh beda kok. Pemain drama panggung sudah baca naskah sebelumnya, pemain drama kehidupan belum bisa baca naskah. Ia hanya yakin bahwa naskah itu sudah ada.

Kita berakting sedih merespons kegagalan karena tahu bahwa kegagalan itu sudah takdir, tapi akting bukan pretending. kalau kamu masih mengartikan akting dengan pretending, maka kita belum bisa ngomong soal takdir.

Jadi, dalam soal takdir ini sekarang terserah kamu, mau meghayati secara kaum punkrock apa secara orang umum...hhh...

Dalam konteks bahwa "semua akan berlangsung pada garis takdir" itulah sebenarnya Pastor minggu kemarin saat khotbah bilang, "Kita itu seumur hidup hanya akting, beraktinglah sebaik mungkin supaya bisa di terima oleh sutradara kehidupan (Tuhan YME)." Paham kan kawan??

Kenapa sedihnya orang yang beriman beda sama sedihnya orang sembarangan? Orang beriman kalau sedih cuma akting agar pantes karena tahu itu sudah takdir...!!!
Oh gitu yaa? Iya, itulah segelintir yang ada pemikiranku.

Jika adik/kakakmu ga naik kelas, kamu ngerti bahwa itu sudah takdir, tapi masa' tampangmu ga sedih? Masa' malah cekakan?

Kalau di event musik kamu ketemu mantan waktu kecil 10 tahunan lalu, masa' kamu gak "Hai...apa kabar?" Walau kamu tahu pertemuan itu sudah takdir?

Kresna (dalam kisah perwayangan) itu ngerti sak durunge winarah atau ngerti hal-hal yang akan terjadi, tapi dia tetap seolah-olah kaget atau marah atau nangis kalau suatu hal itu terjadi.

Matamu adalah takdirmu. Soal mau kamu perindah dengan eyeliner atau eyeshadow atau maskara dll, itu soal nasibmu.
Di berbagai kesempatan aku selalu mengulang-ulang pernyataan ini:
Menikah itu soal nasib, mencintai itu soal takdir.
Kamu bisa berencana menikah dengan siapa, tapi ga bisa kamu rencanakan cintamu buat siapa. Takdirku saat ini mencintai Maya Listya (ML).

Setiap aku menghantar pulang ML, pada akhirnya aku berkaca-kaca. Karena kalau aku ga menunjukkan gejala sedih hal itu tampak ga wajar di depan wanita yang aku cintai. Semula aku ga sedih ketika sampai di depan rumah sang pacar. Buat apa sedih? Toh semuanya sudah ditakdirkan, untuk ada pertemuan berikutnya. Bagaimana dengan rindu/kangen? Kita bahas berikutnya saja, say mau weekend-an dulu, atau bahasa galaunya malming-an. Hmmm...

Oke kawan, janganlah gelisah, gundah gulana, cemas dsb. Kuat!!!
Ada kesempatan hadapilah, saat mati maka matilah. Ini dan itu dari Tuhan yang sudah dinaskahkan, kita yang usaha jalani naskah. Have a nice weekend.


Cheers,
-GJG-



TERDUGA

Habis nonton TV, teringat kalau di Indonesia selalu ada istilah: Terduga teroris.
*buka kamus gih sono*

Terduga teroris sudah ada. Kalau kamu terduga apa? Aku sih terduga menteri ESDM (semuanya teriaaak...Amin).

Mending pacaran sama terduga punkrockers atau sama orang tak terduga, yangg? Hoeeekkk.

Lebih banyak jomblo apa terduga jomblo? Jangan-jangan yang kalian sembah itu bukan Tuhan, tapi terduga Tuhan. Pantesan berantem rebutan dugaan, hhh...

Tujuan aku ngomong terduga Tuhan, tapi karena banyak yang belum ngertiin aku, maka mlipir-mlipir dulu dari terduga teroris, dll dll dll baru masuk ke Tuhan. Hhh... Karena banyak kawan-kawanku yang ngaku Dewa Mabuk yang sempoyongan, gontai, limbung, ngoceh kesana-kemari baru masuk ke ajang curcol sebagai tujuan akhir. Hhh...

Terduga teroris boleh dibunuh oleh Densus 88. Terduga jomblo pasti terbunuh oleh kesepiannya sendiri. Terduga komit sulit dibunuh oleh godaan-godaan sekitar.

Apa pun, termasuk godaan, yang membuatmu ke-bliger  atau terlena sesaat, bisa membunuhmu. Mari komitmen, resisten, dan konsisten! Hoeeeekk. Brrr...

Lha wong sedekah dan terduga sedekah aja beda kok.
Bentuk kritikan saya terhadap infotainmen selama ramadhan atau caleg para politikus saat musim pemilihan. Dimana mereka itu sedekah kok bilang-bilang ke stasiun TV supaya diliput, yaaa berlomba-lomba untuk jadi malaikat semu. Terduga dermawan!

Bra/BH juga membuat bentuk payudara jadi terduga, ga riil. Jadi, yang kita lihat di pesta-pesta, di kantor, di kampus, di jalan-jalan... semua itu cuma terduga payudara, bukanlah payudara yang tegak dan kencang secara murni... Itulah kesedihan dunia pria. Hhh...

Ini sambil nulis, aku nonton HBO lho *just info*

Lho. Lho. Lho. Tuhan ini gimana sih, masaiya Aku (Join) sama Arnold Scwheinsteiger jadi mirip-mirip gini. Ga kreatif aaah. Hhh...

Oke gapapa, kalau kalian ga setuju, tapi menurutku mirip banget. Aku kayak Arnold Scwheinsteiger 20 tahun lalu. Terserah kalau kalian menduga aku ga mirip Arnold. Tapi menurutku, aku terduga mirip. Hmmm -_____-

Neng ayok neng, kita main duga-dugaan. Darpada duga beneran, lebih baik??? *Johny Iskandar mode on*. Hhh... Maklum dua hari lalu, aku dengerin lagu itu di playlist mobil kawanku.

Mari sekarang kita periksa isi celana atau sarung (bagi yang mau terawih) masing-masing, siapa tahu selama ini kita cuma terduga laki-laki...

Kalau kamu laki-laki dan bukan sekedar terduga laki-laki, kenapa takut Amerika??
Sekian.


Cheers,
-GJG-




DIY (do it yourself)

Tadi di-traffic light membaca coretan dinding (sayang ga sempat ngambil foto), coretannya tentang: "PUNK, ideologi yang disalah pahami." Saya setuju!!

Pulang sampai kosan saya sempat tertidur beberapa menit, ternyata bisa refresh. Lalu dengan pikiran jernih saya tumpahkan pemikiran saya (awas basah kena tumpahan) di tulisan ini dengan tujuan untuk menjabarkan maksud dari gravitty tadi yaitu seputar punk yang selalu disalah artikan oleh kamu, dia, dan mereka (baca: orang awam).

Oke, singkat prolog. Ini versi pemikiran saya.

--------------------------------------------------------------

Punk sejatinya bukan sekedar musik dan fesyen, melainkan juga ideologi. 40 tahun yang lalu punk tumbuh di Amerika dan Inggris, kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Punk lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci terhadap segala bentuk penindasan. Sederhananya, punk menyampaikan kritikan. Punk menciptakan perlawanan dengan realisasi musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan.

Punk juga hidup di Indonesia. Bahkan, Profane Existance, sebuah majalah dari Amerika menulis bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang perkembangan punk-nya menempati perangkat teratas dunia. Kota-kota besar seperti Jakarta (Jkt), Surabaya (Sby), Bali, Yogyakarta (Yk), dan Bandung (Bdg) menjadi lahan subur tumbuhnya komunitas punkers (saya lebih senang menyebutnya punkrockers). Punk dan distro bekerja sama melawan bentuk kemapanan kaum kapitalis dengan mengembangkan kemandirian.

Sebuah pandangan obyektif berusaha saya terapkan dalam hidup. Berkaitan dengan sejarah, filosofi, perkembangan aliran dalam bermusik, dan model dandanan. Artikel ini terlalu pendek untuk saya jadikan pengantar bagi kawan-kawan untuk masuk ke prinsip dan pola pikir saya yang identik dengan filosofi punk!


Cheers,
-GJG-

AMARAH, SENYUM, AIRMATA (part I)

Usia saya masih belia coy, bukan berarti saya dilarang memberi wejangan kan? Bolehlah ya wejangan sedikit doang mah. Lagian ga ada tulisannya ini kan kalau "usia muda jangan sok ngasih wejangan". Oke coy, karena artikel saya kali gini pengen diwujudkan dalam bentuk wejangan maka saya akan nulis dengan gaya bahasa yang syarat EYD (ejaan yang dibunyukan).

Bacanya mah kalem aje ye, gausah serius juga kali, kan saya masih muda. Hhh... Udah aah ngoceh mulu, ini dengerin pidato saya.


==========================================

Melepas Amarah, Meraih Keikhlasan

“Terus memendam amarah sama seperti menggenggam bara panas untuk dilontarkan kepada seseorang, andalah yang akan terbakar.” - Matt Freeman (Rancid).
Dalam hidup memang wajar kalau ada peristiwa-peristiwa yang membuat kita marah (baca: ngambek) dan kecewa. Tapi cepat kendalikan emosi anda kembali. Jangan biarkan rasa amarah, dendam, iri, kesal, atau kecewa kepada pasangan, teman, rekan kerja, atau atasan dikantor bercokol lama di hati kita.

Kekesalan, amarah, dan kekecewaan hanya akan mengaktifkan hukum tarik-menarik, membuat anda menerima apa yang anda emosikan.

BILA KESAL atau NGAMBEK PADA PASANGAN yang mengingkari janji atau mengecewakan lalu anda menyalahkan dia atas kekacauan semua itu, maka anda akan mendapatkan kembali keadaan yang dipersalahkan itu. Kembalinya keadaan itu tidak harus selalu dari orang yang anda salahkan itu.

Ikhlaskanlah, maafkanlah. Hati akan terasa lebih lega dan ringan dalam menjalani hidup. Lebih fokus terhadap rencana dan tujuan hidup tanpa terbebani penyakit-penyakit hati yang akan menghabiskan energi positif.

“Jika saya mengikhlaskan diri saya, saya menjadi yang saya inginkan. Jika saya mengikhlaskan yang saya punya, saya akan menerima apa yang saya butuhkan” – Steve Jobs. 
Semoga Tuhan menganugerahkan sabar (sikap ngalahan bukan kalahan) yang tidak terbatas untuk kita semua, sehingga apapun rintangan dan tantangan yang dilalui akan terasa lebih ringan.

Sekian dan terima jodoh!


Salam,
-GJG-