Sabtu, 03 Agustus 2013

DIY (do it yourself)

Tadi di-traffic light membaca coretan dinding (sayang ga sempat ngambil foto), coretannya tentang: "PUNK, ideologi yang disalah pahami." Saya setuju!!

Pulang sampai kosan saya sempat tertidur beberapa menit, ternyata bisa refresh. Lalu dengan pikiran jernih saya tumpahkan pemikiran saya (awas basah kena tumpahan) di tulisan ini dengan tujuan untuk menjabarkan maksud dari gravitty tadi yaitu seputar punk yang selalu disalah artikan oleh kamu, dia, dan mereka (baca: orang awam).

Oke, singkat prolog. Ini versi pemikiran saya.

--------------------------------------------------------------

Punk sejatinya bukan sekedar musik dan fesyen, melainkan juga ideologi. 40 tahun yang lalu punk tumbuh di Amerika dan Inggris, kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Punk lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci terhadap segala bentuk penindasan. Sederhananya, punk menyampaikan kritikan. Punk menciptakan perlawanan dengan realisasi musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan.

Punk juga hidup di Indonesia. Bahkan, Profane Existance, sebuah majalah dari Amerika menulis bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang perkembangan punk-nya menempati perangkat teratas dunia. Kota-kota besar seperti Jakarta (Jkt), Surabaya (Sby), Bali, Yogyakarta (Yk), dan Bandung (Bdg) menjadi lahan subur tumbuhnya komunitas punkers (saya lebih senang menyebutnya punkrockers). Punk dan distro bekerja sama melawan bentuk kemapanan kaum kapitalis dengan mengembangkan kemandirian.

Sebuah pandangan obyektif berusaha saya terapkan dalam hidup. Berkaitan dengan sejarah, filosofi, perkembangan aliran dalam bermusik, dan model dandanan. Artikel ini terlalu pendek untuk saya jadikan pengantar bagi kawan-kawan untuk masuk ke prinsip dan pola pikir saya yang identik dengan filosofi punk!


Cheers,
-GJG-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar